Joo mengumpat habis-habisan. Tak cukup dengan pekerjaan yang terus saja mengalami masalah dia pun juga tak bisa menemui istrinya. Okey, memang benar fakta bahwa dia 'sedikit banyak' meragukan cerita Jelita bahwa itu anaknya.
Lebih lagi Astrid mengatakan kalau bisa saja ia hanya terbaring di sana, tanpa melakukan apa-apa. Tentu saja Joo lebih mempercayai wanita yang dicintainya dengan sepenuh hati. Sepuluh tahun lebih lamanya dia mengharapkan cinta dari Astrid, mana mungkin Joo bisa merelakan saat wanita itu kembali dalam pelukan?
Bukan hanya itu saja, Ayah dan Bunda pun juga menyukai Astrid. Terlepas dari status yang menghalanginya saat ini, bukankah sikap Astrid menunjukkan kalau wanitanya itu juga memiliki perasaan yang sama? Ah, sial. Joo merasa aneh setiap kali menyebutkan kata cinta.
"Mengapa bisa begini?" gumamnya sangat lirih.