Aku mengerti mengapa Doni sampai berpikir random begini. Hanya saja keadaan tak bisa mendukungnya. Tinggal sembilan Minggu lagi sampai putraku lahir, jika kami pergi sekarang akan kerepotan dia menjagaku. Lebih lagi aku sudah tak bisa mempercayainya seperti dulu, rasanya ada batasan di antara kami.
"Andai saja dia juga sedikit terbuka tentang hidupnya," kekehku mengutarakan uneg-uneg.
Dalam hubungan ini sama sekali tak seimbang. Dia sudah jarang bercerita tentang kehidupan pribadinya lagi, padahal dulu Doni sering melakukannya. Jika alasan pria itu bungkam lantaran tak mau aku banyak pikiran, mengapa harus sampai seperti ini? Cih, Doni bodoh ini.
Tapi, bukankah ada hati Raisa yang perlu kujaga saat ini? Aku tak mau membuat hati gadis itu terluka. Dia begitu sempurna menjadi kekasih seumur hidup Doni, serakah kalau aku memintanya menjaga kami. Mungkin memang batasan yang dibuat Doni ini jalan terbaik untuk kami. Semoga saja pemikiran random-nya bisa lekas pergi.