App herunterladen
1.82% It’ Precious / Chapter 4: Percakapan yang Disengaja

Kapitel 4: Percakapan yang Disengaja

Ruang Tengah Keluarga Haikal Prasatya terlihat lebih ramai dari biasanya. Dan di ruangan itu selebihnya ada tiga manusia disana yang kesemuannya berjenis kelamin wanita.

Mereka adalah Mama Rina berserta dua anaknya yaitu Lisya dan Syika. Malam natal memang akan dilewatkan beberapa waktu mendatang. Walaupun sekarang adalah malam natal, akan tetapi keluarga kecil Haikal tanpa kehadiran Papa yang masih sibuk dengan kerjaannya meeting di dalam ruang kerja yang terdapat tidak jauh dari ruang Kamar Tidur Utama di lantai dua.

Yang menjadi sebab mengapa ketiganya menyempatkan untuk berkumpul di ruang santai. Dan menyisakan ketiga sisa anggota keluarga yang sibuk sedang berbicara.

Namun arah obrolan mereka terurai ke perbincangan cukup sensitif. Mengenai Vanka. Anak bungsu dari ketiga bersaudara ini memiliki masalah hubungan dengan keluarga Haikal.

Dia, keberadaannya tidaklah diterima cukup untuk bisa mereka bertiga hargai sama seperti mereka menghargai ketulusan hubungan anggota keluarga kecil Haikal lainnya. Yang sarat dengan adanya persamaan perasaan mereka bertiga kepada Vanka.

Malam natal di tahun ini, adalah malam dimana mereka menginginkan keputusan yang mereka sudah hadapi untuk segera diklarifikasikan ke Vanka. Sepertinya mereka lelah harus berlama-lamaan mengarungi kehidupan dimana mereka sendiri tidak mengharapkan keberadaan Vanka di sisi mereka.

Akibatnya semua anggota keluarga pun memutuskan agar Lisya, sebagai Kakak tertua agar menelefon Vanka agar dirinya bisa cepat pulang dari kegiatan shopping nya. Mereka bertiga merelakan Vanka untuk memakai kartu debit keluarga dan pergi berbelanja hanya karena mereka butuh waktu untuk bisa menyelesaikan masalah ini.

Iya. Mama Rina, Lisya dan Syika sedang merencanakan untuk mematangkan perasaan mereka, mengambil tindakan agar Vanka bisa mendengar apa yang mereka bicarakan di salah satu ruang santai yang ada di dekat ruang tamu.

Sehingga memungkinkan Vanka agar dirinya bisa mendengar perbincangan ketiganya. Pohon natal yang tersedia di ruang tamu, juga bisa digunakan untuk mempermudah agar Vanka bisa mendengar lebih lama selain dirinya langsung menerobos masuk ke ruang santai.

Lisya yang mengetahui jika adiknya, Vanka akan menuju ke rumah keluarga Haikal dalam kurun waktu dua puluh menit lagi itu mengatakan kepada Mama dan adiknya Syika jika dalam percakapan yang Lisya sudah akhiri itu mendapat kepastian jika Vanka akan datang dalam waktu dua puluh menit lagi.

"Ma, Vanka akan datang tepat nanti jam dua siang. Dua puluh menit lagi dia akan pulang. Apa Mama setuju ingin memberitau Vanka di malam natal kali ini. Karena kita sebelumnya belum membicarakan gimana setelah Vanka mendengar percakapan kita nantinya," ujar Lisya, dengan perasaan was-was pula dia memberanikan dirinya agar bagaimanapun hidupnya tidak terjerat oleh pengaruh keberadaan adiknya, Vanka.

"Apa yang kita semua pilih selalu ada resikonya, Lisya. Setidaknya kita sudah berusaha untuk keadaan dan kebaikan kita sendiri. Tidak memungkinkan membiarkan Vanka masih belum tau mengenai keberadaannya. Memikirkan itu saja sudah membuat Mama khawatir dengan nasib kita kedepannya," Kata Mama Rina memberi saran yang menurutnya adalah hal wajar.

"Iya, Syika juga setuju dengan Mama. Gimana kalau kita mulai bercerita mengenai perihal paling kecil. Mungkin membicarakan mengenai kehidupan sekolah Vanka yang sangat tidak bersemangat, ada sedikit peluang kita membahas jika Vanka memang tidak disegani oleh banyak orang. Bilang saja jika Vanka sangat menyombongkan dirinya dengan kedudukannya. Dan kita bisa memberi tanggapan jika kita juga menganggap Vanka sudah sombong sebagai salah satu anggota keluarga Haikal," salah satu anak Mama kedua bernama Syika menerangkan akan hal paling sederhana untuk memulai memberitau Vanka akan keadaan orang disekitarnya yang memang tidak menyukai Vanka, nanti jika waktunya tiba.

"Menurut Mama tidak apa-apa kalau kita menyinggung sedikit rahasia keluarga kita, kalau Vanka dilahirkan tanpa keinginan semua orang yang dia kenal. Dia adalah anak haram yang dilahirkan karena permainan politik keluarga kita. Nanti Mama akan jelaskan saat tiba waktunya Vanka sudah datang," kata Mama benar-benar ingin agar Vanka bisa mengerti apa gerangan yang timbul di keluarga ini dan memiliki hubungan dengan keberadaan Vanka.

"Tapi Ma, apa Mama mau mengatakan dengan yakin jika Lisya adalah penyebab utamanya? Lisya tidak bisa melihat bagaimana nantinya jika harus dihadapi dengan kenyataan kalau Vanka tau apa maksud dari perbincangan kita nanti. Lebih baik Mama iyakan saran Syika, Ma," kali ini Lisya beradu mulut dengan Mama.

Mengerti jika Vanka yang sudah tumbuh besar pasti punya kekuatan berpikir yang lebih dari dia sebelumnya. Apalagi jika ini mengenai hal berbau politik keluarga dimana Lisya lah yang merupakan pemeran utamanya.

"Ma,, Syika yakin Vanka yang mendengar sedikit kata yang menyinggung dirinya, akan segera mengerti semuanya. Dan mungkin ada waktu lain yang bisa menjawab semuanya," kata Syika yang setelahnya beberapa menit kemudian ketika Mama masih belum bisa menentukan.

Tedengar suara derap kaki dari kejauhan dan sudah pasti bahwa Vanka sudah datang dari acara shopping nya tadi. Dan tidak lama kemudian bunyi pintu ruang tamu utama seketika sudah terdengar. Dari sisi lain ruang santai di dekat ruang tamu itu.

Vanka terlihat menenteng tas belanjanya serambi melihat jika pohon natal yang baru disemat sedari dia berada di luar rumahnya itu menjadi daya tariknya untuk menaruh hadiah yang dibelinya tadi di pusat perbelanjaan kota.

Mau tidak mau Mama pun langsung menyepakati dengan spontan apa pilihannya dari segi bahan pembicaraan yang akan dia beritakan. Suara Mama terdengar cukup lantang ketika itu pula Vanka yang masih mencopot sepatunya tersebut dan beranjak menuju ke pohon natal mulai mendengar percakapan tersebut.

"Mama sudah memutuskan, kita tidak bisa membohongi keadaan selamanya. Vanka harus tau keberadaannya di keluarga kita. Karena selama ini dia belum mengetahui apa yang sudah kita sembunyikan dari dia yang kita anggap anggota keluarga kita. Vanka tidak tau jika keberadaan dia di keluarga ini juga politik di dalamnya. Dan ini berhubungan dengan keluarga kita. Kalau Vanka sampai belum tau bisa jadi selamanya dia tidak akan mengetahui rahasia siapa sebenarnya dia dan masalah yang dia hadapi. Bisa-bisa keluarga kita menanggung beban karena dia tidak tau apa hal dibalik keberadaannya," Ucap Mama yang berbicara beberapa kalimat yang dia olah dari pemikirannya.

Mama tidak ingin berkata secara langsung dan tepat sasaran. Karena itu bisa saja membuat Vanka mengambil tindakan. Jika benar kalau dirinya bisa saja tidak terima dengan kenyataan dan akhirnya beralih mencari cara mengenai masalah Vanka sendiri.

Percakapan itu mencuat reaksi dari Vanka sendiri. Pandangannya terpaku saat pertama kali Mama mengatakan kalimat itu dari dia yang mendengarnya secara baik-baik. Vanka masih belum sadar sepenuhnya.

Dirinya belum menentukan apakah akan pergi dan bertanya selanjutnya ke ruang santai di sebelah ruang tamu dari lorong yang ada di pojok dari ruang tamu dan pohon natal yang berada di pojok sudut berlawanan dari lorong menuju ke ruang santai.

Ucapan Mama Rina menurutnya perlu untuk dia klarifikasikan bersama, namun sesaat itu Mama memotong keadaan Vanka yang memutuskan untuk berjalan menuju ke ruang santai.

"Bagaimana menurutmu, Lisya ? Apakah dalam waktu dekat kamu sudah memutuskan ? Apa kamu benar memilih agar semua keluarga menyembunyikan rahasia ini ke Vanka ?" tanya Mama Rina mengoper percakapan ke Kak Lisya.

"Lisya tau ini berat untuk Lisya sendiri. Tapi, sebaiknya Lisya akan menyembunyikan saja, Ma. Lebih baik jika Vanka tidak mengetahuinya," kata Kak Lisya terdengar bijak.

"Kenapa keluarga kita sungguh terlalu baik kepada Vanka, dia tidak mengetahui pasti jika dia tidak diharapkan di keluarga ini. Mama terlalu merasa jika Vanka menjadi beban buat kamu, Lisya. Tapi keluarga akan membantumu agar kamu aman dari keberadaan Vanka," kata Mama Rina.

Sesaat Lisya merasa jika omongan Mama berlebihan, karena sudah membobol Sebagian dari rahasia yang ada.

Jika Vanka tidak diharapkan di keluarga ini, begitu pula dengan ucapan jika keberadaan Vanka yang memberatkan dia. Lisya kembali terdiam, menandakan jika tugas Mama Rina, dirinya dan Syika telah usai.

Namun berbeda dengan Vanka yang mendengar itu, dia merasa jatuh dengan apa yang dikatakan oleh Mamanya juga oleh Kakaknya Lisya.

Dia memutar pikirannya, bagaimana cara dia bisa masuk ke ruang santai. Namun, sepertinya ruang santai kembali sepi saat Mama mengatakan akan memeriksa dapur karena nanti malam akan ada dinner keluarga inti Haikal.

Karena kedua kakaknya juga sudah pergi dari sana akhirnya Vanka memberanikan dirinya menuju ke kamarnya yang ada di lantai tiga tersebut, dimana kamar Vanka dan kedua Kakaknya berada di sana pula.

Dia mengetahui jika kedua kakaknya ada di pantry, sehingga dia pun mengerjab menuju ke kamarnya, melewati tangga. Dengan selamat, akhirnya Vanka sampai di dalam kamar.

Kali ini dengan seluruh badannya yang gemetar parah, serta dia memutuskan agar natal tahun ini dia lewati dengan alasan sedang tidak enak badan saja.

Baginya pun percakapan tadi, sungguh membuat dirinya jatuh. Dia tau benar inti dari apa yang Mama ucapkan.

Apakah benar jika semuanya sudah berpura-pura dibelakangnya dengan menjadi keluarga Vanka? Apakah ini hadiah natal Vanka ditahun ke-15 ini? Sungguh memilukan.


Kapitel 5: Sebelum Kumpul Keluarga

Vanka terbangun sesaat ada seseorang yang menggoyangkan badannya. Sepertinya sudah sedari lamanya dia tidur lelap sehari sebelumnya. Saat dia sudah datang dari shoppingnya itu dan mendengar percakapan yang tidak dia ingin untuk didengar.

Dan berakhir masuk mengendap ke dalam kamarnya dengan kemudian menangis sesenggukan dan tertidur lelap setelah dia sudah mandi secepat kilat.

Karena seseorang telah membangunkan tidur lelap Vanka, kedua bola matanya kemudian terbuka secara perlahan dan akhirnya dia membalikkan badannya serta menemukan Kak Syika sedang membangunkannya.

Kali ini Vanka masih belum sadar dengan apa yang terjadi sebelumnya, tetapi suara Kakaknya itu membuyarkannya dan segala saraf otaknya terisi dengan kebanyakan kejadian di kemarinnya.

"Hei,, Tidurmu nyenyak ? Mama sampai menelefon beberapa kali ke nomor ponselmu, dan kamu tidak menjawabnya. Apa kamu tidak lapar, kita kemarin sedang dinner hanya dengan keluarga inti saja. Ada apa dengan kamu yang tidak menerima telefon dari Mama. Kita semua khawatir denganmu, tapi Mama menyuruh aku dan Kak Lisya agar tidak menggangumu di kamar. Sampai akhirnya aku beranikan subuh ini ke kamarmu. Aku berniat melihat keadaanmu, tapi malah melihatmu tertidur. Jadi Kak Syika coba bangunkan kamu," kata Kak Syika panjang kali lebar berkata yang intinya hanya ingin melihat bagaimana dengan keadaannya saja saat itu.

Dengan mata masih berkunang, Vanka akhirnya kembali bangun dari kasurnya. Dia kembali bangkit dari keterpurukan, dan mengatakan sesuatu kepada Kak Syika yang membangunkannya.

"Oh,, iya kak. Sehabis aku pulang berbelanja aku langsung ke kamarku dan tertidur. Saat itu aku tidak bertemu dengan Kak Syika, Kak Lisya maupun Mama. Apa semua mencariku kemarin malam ?" tanya Vanka berbicara tanpa ada satu pun kejanggalan yang dia beritau ke Kak Syika perihal kemarin siang itu.

"Iya lebih tepatnya seperti itu, semua mencarimu. Bahkan kamu melewatkan acara buka kado. Aku sendiri hanya melihat kadomu terpapar di dekat pohon natal tanpa tertanda orangnya yang tampak di ruang tamu saat sesudah kita dinner. Oh ya, Kak Syika hanya memberitau kamu jika hari ini akan diadakan acara keluarga. Lebih tepatnya setelah kita selesai ke gereja, kita langsung ke rumah Tante Sita. Kamu harus bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Pakai pakaian baru yang bagus ya," kata Kak Syika mengatakan alasan dia masuk ke dalam kamarnya ini.

"Heem, makasi ya Kak sudah bangunin Vanka. Vanka nggak tau kalau nggak dibangunin Kakak bisa ikut acara keluarga hari ini apa tidak," ujar Vanka seketika Kak Syika pamit dirinya ingin juga bersiap-siap karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Dan sebentar lagi, tepatnya satu jam lagi semua akan bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Karena natal memang akan diadakan dengan prosesi sembahyang awal mulanya. Begitu pula dengan banyak agama lainya dengan hari raya mereka.

Vanka sama sekali tidak memedulikan bagaimana dengan dandanannya hari ini, dia lapar. Sehingga dia pun berusaha mengeluarkan energinya untuk mengambil makanan dan minuman di area pantry yang ada di lantai dasar rumahnya itu.

Berharap dia tidak akan menemukan siapa saja saat dia pergi ke pantry. Dan keberuntungan ada di pihaknya saat dia sudah sampai di dapur untuk mengambil minum dan melihat apakah sarapan sudah tersedia.

Untung saja Vanka tidak menemukan semua anggota keluarganya berada di pantry saat itu. Dia langsung saja mengambil beberapa potong roti dan juga buah potong dan mengambil minum segelas susu. Dia pun langsung saja pergi menuju ke kamarnya setelah sarapan yang diinginkannya sudah diambil sesegera mungkin.

Tidak sampai memakan waktu selama tiga menit Langkah kaki Vanka sampai di dalam kamarnya. Dengan menaruh piring berisi sarapan itu di atas nakas meja yang ada di samping Kasurnya itu, Vanka pun hendak menutup kembali kamarnya.

Tapi dia malah melihat Kak Lisya dan Kak Syika asik bercengkerama satu sama lainnya di kamar Kak Lisya yang pintunya tak ditutup. Mereka sedang memilah dan memilih baju untuk dikenakan nantinya.

Benar saja Vanka merasa iri dengan Kak Lisya. Dia tidak tau mengenai apa yang sudah dia rasakan, tetapi keadaan percakapan sehari sebelumnya itu telah menyeret salah satu nama Kakaknya. Kak Lisya. Dan dia tau omongan Mama yang bercerita jika dia dilahirkan karena politik keluarga ini ada hubungannya dengan Kakaknya, Kak Lisya.

Dia tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya, tapi dia tau satu hal pasti. Iya, Vanka harus mencari informasi terkait akan masalahnya sebagai anak yang tidak diharapkan. Dia kembali berharap, semoga itu tidak ada hubungannya dengan Kak Lisya yang dia cemburui sedari dulunya.

*****

Perayaan hari natal dengan ritual ke gereja berlangsung selama kurang lebih dua jam. Siang hari sesudah gereja menyudahi prosesi sembahyang dalam rangka hari besar Natal di tahun ini.

Tidak lama kemudian kebanyakan dari semua peserta gereja saling menyalami tangan semua peserta sembahyang masingnya di halaman depan gereja. Memang keadaan ini dikatakan salah satu ritual setiap tahunnya.

Suasana hati Vanka saat menyalami satu per satu peserta sembahyang ini sedang buruk. Dia menyalami banyak para peserta gereja dengan air muka dan kesadaran yang tidak jernih.

Vanka menyebut-nyebut kejadian kemarin siangnya. Rasanya sangat memiliki beban pikul yang hanya dikarenakan oleh hal yang dia juga tidak tau bagaimana kebenarannya.

Tapi entah mengapa itu membuka sanubarinya, jika keluarganya mungkin memang sudah menyembunyikan sesuatu dari Vanka.

"Vanka,, Yang lainnya sudah bubar sedari tadi, tapi kok malah kamu masih berdiri di sini ? Tante liat memang kamu duduk terpisah, tidak sederet dengan Mamamu dan kedua Kakak perempuanmu sedari sembahyang mulai," Refleks Tante Sita menyapa Vanka.

Sepertinya Vanka tidak sadar jika sedari tadi semua peserta sembahyang hampir semuanya bubar, dan Tantenya barusaja melihatnya masih berada di tempat dimana dia berdiri tadi. Dan benar keadaan di sana sudah mulai tidak terlalu ramai lagi.

"Oh, Tante. Iya,, tadi Vanka memilih nggak duduk dekat dengan Mama dan Kak Lisya sama Kak Syika. Apa sudah sedari tadi bubarnya, Tante?" tanya Vanka lugu.

"Lhah iya, Vanka. Kamu bisa lihat sendiri toh. Oh iya, katanya Mamamu sudah berangkat duluan ke rumah Tante. Karena natal hari ini dirayakan di rumah Tante, jadi kamu ikut mobil Tante saja. Bareng sama Alvio dan Yuma. Kamu duduk di kursi tengah ya Vanka," kata Tante Sita menggeret Vanka bersamaan menuju ke dalam mobil Tantenya.

Di lain hal Vanka masih mempertanyakan apa yang akan terjadi kalau dia berhadapan dengan semua keluarganya, tapi reaksi Tantenya itu masih menunjukkan jika keadaan masih dalam keadaan tidak mencurigakan.

Dan dia masih beruntung karenanya.

Seketika setelah semua pengemudi dan penumpang mobil Tante Sita sudah lengkap personilnya, ketika itu juga mobil pun berangkat ke rumah Tante Sita. Jarak antara gereja yang dia datangi ditiap tahun untuk merayakan natal ini memang memiliki jarak yang jauh dengan rumah Tante Sita.

Dalam perjalanan saat itu, Vanka memandang sepanjang jalanan di hari Sabtu yang lumayan dipadati dengan banyak mobil dan beberapa para pejalan kaki yang ada di beberapa daerah yang memang jalannya lebih indah untuk dilihat dengan hanya jalan kaki saja.

Vanka melihat keadaan di mobil saat itu, selain pengemudi yaitu Om Panji, suami Tante Sita yang menyetir. Hanya dirinya saja yang sedang tidak berselancar dengan gawainya.

Vanka duduk di barisan tengah bersama dengan Yuma, sepupu terdekatnya itu dan Alvio yang adalah adik lelaki Yuma ada di kursi penumpang paling belakang.

Tanpa dia ingin menggangu suasana, namun dia juga ingin mengajak Tante Sita bicara akhirnya dia pun memegang ponselnya. Dan mengirimi pesan ke Tantenya itu. Masalahnya adalah karena dia belum menerima satu pun kabar setelah kemarin siang.

"Tante, Vanka mau bicara sama Tante. Dan Vanka nggak mau ganggu suasana di sini sekarang. Vanka mau bicara masalah cukup serius." Jemari Vanka melatih lentiknya dengan ketikan di ponselnya yang jadul.

Rupanya Vanka mengira jika mode suara ponsel Tante Sita sedang off, dan benar jika dalam beberapa waktu kemudian Tante Sita menjawab Vanka tanpa adanya suara pertanda ada pesan keluar serta masuk secara bersamaan.

"Iya,, nggak apa-apa. Bicara tentang apa Vanka ?" tanya Tante Sita menjawab.

Bukannya Vanka merasa dia bisa dengan leluasa tenang sekarang untuk menjawab Tante Sita.

Namun ternyata dugaan Vanka mengatakan jika Tante mematikan mode suara ponselnya mungkin dikarenakan sedang berkomunikasi dengan Mamanya, Mama Rina. Tanpa ada opsi lain, Vanka pun bertanya kepada Tantenya di percakapan chat tersebut.

"Jadi,, Tante. Vanka sudah tau." Singkat padat dan jelas jawaban dari Vanka kepada Tante Sita. Dia mengira bahwa Tantenya itu akan berpikir tidak mudah untuk menjawabnya. Tetapi, Tantenya itu menunjukkan jika Vanka diterima dalam percakapan chat kali ini. Yaitu dengan membalas chat Vanka.

"Vanka. Tante Sita masih tidak ingin memberi kabar ke kamu. Tapi, dengan umurmu sekarang. Kamu memang sudah harus bisa mendapat kabar ini," ucap Tante Sita pada chat dengan Vanka.

Vanka mengetahui jika Tante Sita juga tidak menyembunyikanya. Namun ada apa dengan keadaan yang baik-baik saja ini ?

Tanpa Vanka ingin kembali menanyakan alasan keadaan masih baik-baik saja. Kemudian Vanka pun berpikir sejenak. Dan dia dengan kilat mengetik kembali di ponsel jadulnya itu.

"Lalu. Ada apa dengan keberadaan Vanka, Tante?" tanya Vanka memberi pertanyaan yang dia pun juga tidak menyinggung bahwa dia adalah anak yang sebenarnya dilahirkan karena memang bermasalah sehingga menyebabkan politik di keluarga ini.

Walaupun begitu, Vanka berani menantang Tantenya menjawab pertanyaannya. Kali ini dengan harapan jika Vanka mendapat jawaban jika Tantenya itu belum bisa memberi kabar selengkapnya. Lagipula Vanka berpikir dia belum bisa menerima berita besar ini.

"Tante mau tanya ke kamu. Apa ada yang kamu curigai sebelumnya dengan kamu sendiri?" tanya Tante Sita dalam jawaban chat kali ini.

Maksud Tante Sita dengan jawabannya belum bisa tercerna sebaik mungkin oleh pemikiran Vanka. Sedangkan Tante Sita sendiri menanyakan itu, dengan maksud jika Vanka sudah curiga dengan salah satu topik politiknya ini.

Maka setidaknya Tante bisa membiarkan Vanka yang sebelumnya sudah curiga. Dalam arti sudah tau sebeberapa. Namun, ternyata Vanka memilih agar dirinya tidak memberi jawaban apapun kepada Tantenya ini.

Dilain hal dia tau orientasi kecantikannya tidaklah seperti kedua Kakaknya. Ataupun dengan Kak Lisya yang dia cemburui semenjak dulunya itu.

"Tapi, Tante. Vanka belum tau apapun tentang diri Vanka sendiri. Dan jujur, Vanka masih terkejut," ujar Vanka menjawab chat Tante Sita.

"Oke, Tante tunggu kamu tau satu hal pasti dari sebuah masalahmu. Kalau kamu sudah yakin, maka tidak ada yang perlu ditanyakan. Tapi, Tante masih mau mendengar ceritamu jika kamu berkenan," kata Tante Sita menjawab pesan ini.

Dalam hitungan detik pesan itu dibaca oleh Vanka. Dia tau dia tidak memiliki pegangan pasti akan bagaimana dia dengan kabar tersebut. Dia akan mengusahakan mengabari jika Tante Sita tidak senggan dengan kabar terbaru darinya kapan saja dia bisa mengetahuinya.

Pesan terakhir dari Tante menjadi akhir dia bisa membicarakan dan menanyakan akan kabar yang didengarnya kemarin. Oleh Mama Rina dan kedua Kakaknya.

Karena mobil pun kemudian sudah memasuki sebuah perumahan kawasan cukup terpandang di Kota ini. Dan Vanka pun masih harus berbasa-basi di hari pertemuan keluarga untuk merayakan natal di tahun yang bukan merupakan keberuntungannya.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank 200+ Macht-Rangliste
    Stone 0 Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen

    tip Kommentar absatzweise anzeigen

    Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.

    Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.

    ICH HAB ES