Dino dan Ibu terus saja menanti kabar dari Ayah. Pria berkulit hitam itu hingga kini tak menghubungi mereka, padahal sudah dua puluh jam berlalu sejak keberangkatannya. Bahkan Dino yang mencoba menelpon pun tak pernah terrhubung. Seakan Ayah berada di luar jangkauan.
"Mungkin Ayah sudah tiba di sana, makanya tak bisa mengabari kita. Aku jadi merasa cemas, rasanya ingin menyusulnya saja," ucap Dino. Bocah itu terus berjalan kesana kemari tak bisa diam.
"Duduklah! Kau hanya menghabiskan tenagamu jika terus berjalan!" seru Ibu yang sesungguhnya juga merasa penasaran akan kabar yang mungkin Ayah bawa kepada mereka.
"Bu, apa Sesilia tak mengatakan sesuatu sebelum kepergiannya? Aku yakin dia pasti butuh bantuanmu, Bu!" tanya Dino dengan tatapan penuh curiga.
Ibu terdiam cukup lama, ia butuh waktu untuk menjawab.
"Ayolah, Bu! Sesilia bukan gadis bodoh yang bertindak sembarang. Aku yakin dia memiliki rencana matang dan salah satu dari kita pasti mengetahuinya!"