App herunterladen
8.69% Angels Like You / Chapter 24: Perintah Nama

Kapitel 24: Perintah Nama

Xavier menghela napasnya berat saat kedua matanya memandang lurus-lurus pada sosok gadis yang terpejam di atas kasur, di depannya.

Keisha menolak untuk melepaskan tangan Xavier. Dalam artian lain, Keisha ingin tidur sembari memegang tangan Xavier.

Dan kini, sudah sekitar sepuluh menit lamanya dengkuran halus mengalun keluar dari belah bibir Keisha. Menandakan bahwa sang empu telah terbang mengarungi dunia mimpi yang entah seperti apa.

Dengan gerakan pelan, Xavier menyingkirkan tangan Keisha dari lengannya. Setelah itu, Xavier beranjak bangkit lalu melenggang pergi meninggalkan kamar ini. Tak mau membangunkan Keisha berkat gerakan gegabah nya, Xavier lantas menutup pintu dengan gerakan pelan.

"Elio Morgansen, kekasih Keisha Valencia, mati tenggelam di laut dengan jasad tak pernah temukan. Ada beberapa pernyataan penting lagi yang harus aku tanyakan kepada Keisha. Pertanyaan tentang ... di mana dia berasal dan mengapa Keisha bisa ada di pasar pelelangan budak. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Apakah itu mengartikan kalau Keisha dijual secara sengaja oleh orang lain?" gumam Xavier bingung.

"Mungkin aku akan menanyakannya lagi besok atau lusa. Bertanya mengenai semua hal ini dalam satu waktu secara bersamaan pasti akan sulit bagi Keisha. Aku bahkan tidak tega melihatnya menangis seperti tadi," sambung Xavier sembari berjalan menuju pintu dan keluar dari unit apartemennya.

Ding ...!!!

Dong ...!!!

Suara bel ditekan. Xavier lah pelakunya. Hingga tak lama kemudian, pemilik dari unit apartemen itu muncul.

Tanpa melemparkan senyum atau pun sapaan, Xavier langsung menerobos masuk begitu saja.

"Hei! Hei! Hei! Apa yang kamu lakukan?! Aku tidak menerima tamu di malam hari!" kata Daniel pedas.

Melihat Xavier menghiraukannya dan terus berjalan masuk, mau tak mau Daniel menutup kembali pintu apartemennya sebelum berjalan menyusul Xavier dari belakang.

Xavier mendudukkan dirinya di sofa. Tanpa merasa ragu, dia meraih satu toples snack di atas meja dan memeluk toples itu erat-erat.

Daniel memandang Xavier datar. Ia lantas memukul kepala Xavier cukup kuat.

"Bodoh! Apa yang kamu lakukan di sini?! Mengganggu saja!" seloroh Daniel pedas.

Xavier melirik Daniel menggunakan sudut matanya. Setelah itu, dia melemparkan satu biji kacang atom kepada sang protagonis lainnya, yang ditangkap sigap oleh Daniel.

"Bukankah kamu merasa kesepian? Aku berbalik hati untuk menghiburmu dengan datang ke sini. Jadi, perlakukan tamu dengan baik dan jadilah Tuan Rumah yang ramah," pungkas Xavier dengan enteng.

Daniel memutar bola matanya malas. Tangannya bergerak memasukkan kacang atom yang ia tangkap beberapa saat lalu ke dalam mulutnya lalu berujar, "Jadi, kapan kamu mengusirnya?"

"Apa?"

"Kapan kamu mengusir perempuan itu? Pemilik apartemen pasti memarahi mu, 'kan, tadi?"

"Mengusirnya? Aku tidak akan mengusirnya. Aku sudah menjelaskan semuanya kepada pemilik apartemen dan dia bersedia memberikanku keringanan. Tentu saja semua itu tidak gratis!"

"Huh? Lalu? Perempuan itu akan tetap tinggal bersamamu?"

"Mn. Dia adalah kekasihku. Bagaimana mungkin aku mengusirnya pergi?"

Satu detik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

Telinga Daniel berdengung, mengira kalau dirinya salah mendengar. "A—apa? Kekasihmu?"

"Mn. Bukankah aku sangat keren?"

Daniel memukul kepala Xavier cukup keras, ingin membuat ke-idiotan pria di sampingnya ini lenyap.

"Aku rasa kamu sudah gila. Pagi tadi kamu memberitahuku kalau kamu membeli perempuan itu dari pasar pelelangan budak. Dan kini, kamu mengatakan kalau perempuan itu adalah kekasihmu? Ck, ck, ck, kamu benar-benar tidak bisa diselamatkan lagi!" kecam Daniel pedas seperti biasanya.

Xavier menyeringai. "Aku benar-benar tidak berbohong. Dia adalah kekasihku. Dan mulai saat ini, kamu harus memanggilku Elio, bukan Xavier. Itu adalah nama asliku yang sebenarnya," pungkas Xavier mengulum senyum misterius.

Duduk di sisi Xavier, Daniel memandang pria di sisinya dengan aneh. Ia benar-benar tidak tahu dosa macam apa yang ia perbuat di kehidupan sebelumnya sampai-sampai bisa bertemu dengan manusia idiot seperti Xavier.

"Kamu benar-benar membingungkan. Aku sama sekali tidak bisa membaca jalan pikirkan mu," ungkap Daniel jujur.

"Aku hanya mengatakan kejujuran. Apa yang salah dengan hal itu? Dan perempuan itu juga sudah membuktikan kalau aku benar-benar kekasihnya. Jadi, karena bukti yang dia berikan konkret, aku percaya kepadanya," gumam Xavier kemudian.

"Lalu, setelah kamu bertemu dengan kekasihmu itu, apa yang akan kamu lanjutkan selanjutnya? Apakah kamu akan pergi dari sini dalam waktu dekat?"

Meskipun Daniel membenci Xavier karena ke-idiotan nya, hal itu tak bisa menampik fakta kalau Daniel merasa senang ada orang yang mau berbicara kepadanya.

Bertahun-tahun Daniel hidup dalam kesendirian. Ia berangkat kerja di pagi hari lalu pulang ke rumah setelah selesai.

Daniel memiliki teman, namun, teman-temannya itu terkadang menganaktirikan Daniel sebab Daniel tak memiliki harta yang bergelimang.

Ini adalah kepahitan hidup yang Daniel rasakan, dan tidak ada yang tahu mengenai hal ini.

Xavier bergumam sejenak. Lalu, dia memasukkan kacang atom ke dalam mulutnya dan lantas membalas, "Aku tidak tahu. Namun, aku sedang memikirkannya. Kemungkinan besar, aku memang akan pergi dari sini entah dalam waktu dekat atau pun tidak. Bagaimana pun juga, aku harus menyelesaikan misi ku," kata Xavier tanpa sadar.

Kening Daniel seketika berkerut dalam setelah menelisik ada yang janggal dalam tutur kata pria di sampingnya ini. Oleh karena itu, Daniel pun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya setengah berbisik, "Misi? Apakah aku salah dengar?"

Xavier tertegun. Ia kini beralih menatap Daniel dengan horor. "Misi? Aku tidak mengatakan misi," sangkal Xaviera kemudian.

Daniel memandang Xavier aneh. Pria itu menolak untuk melakukan kontak mata dengannya.

"Baiklah. Aku pulang sekarang. Aku sudah menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan. Jangan lupa untuk memanggilku menggunakan nama Elio mulai saat ini. Tidak ada Xavier dan lain sebagainya. Apakah kamu mengerti?" pungkas Xavier menginterupsi lebih dulu karena tak mau dipojokkan setelah lidahnya tergelincir.

Tanpa menunggu balasan apa pun dari Daniel, setelah menaruh toples yang sedari tadi ia peluk ke atas meja, Xavier lantas bangkit dan berjalan pergi.

Xavier menutup pintu unit apartemennya. Ia berjalan masuk ke dalam kamar untuk memeriksa Keisha.

Melihat perempuan itu masih terbaring damai, Xavier mendekat. Xavier duduk di samping tempat tidur untuk kemudian menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Keisha ke belakang.

Lalu, Xavier mengelus pipi lembut Keisha. Dan di detik itu juga, sesuatu di dalam dirinya berdetak keras-keras.

Xavier lantas menarik kembali tangannya saat merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Apa sebenarnya getaran itu?

Xavier selalu merasa ada getaran yang aneh setiap dirinya berdekatan dengan Keisha.

"Baiklah, setelah ini, aku tidak akan membuang-buang lagi waktu terbatas ku. Aku harus mulai bergerak. Karena, waktu yang aku miliki tidaklah banyak," pungkas Xavier bergumam dengan sorot mata memandang wajah Keisha dalam.

"Aku akan menguak satu persatu latarbelakang Keisha. Ya. Aku akan melakukannya."


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C24
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen