App herunterladen
4.98% Pernikahan Kontrak Tuan Muda / Chapter 20: Nasihat Mama

Kapitel 20: Nasihat Mama

Diva tersenyum mengacak rambut adiknya gemas. "Iya!" balasnya singkat.

Dira masih berumur lima tahun, pipinya yang tembam membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

"Megan ke mana, ma?" tanya Diva setelah menyadari jika di rumah hanya ada, mama, adiknya juga asisten rumah tangga saja.

"Kuliah, dia ada kelas pagi hari ini. Diva, ayo makan hari ini kebetulan sekali mama masak banyak makanan kesukaanmu!" ujarnya, membuat mata Diva berbinar.

"Benarkah, Diva sangat merindukan masakan mama. Cantik, ayo kita makan!" ajaknya pada adiknya.

Dira bersorak senang dalam gendongan Diva, mereka bertiga turun ke meja makan yang sudah tersedia banyak makanan kesukaan Diva yang kebetulan Revalina masak hari ini.

Mereka makan dengan tenang, kebiasaan mereka atau tata tertib mereka ketika ada di meja makan.

Dira dengan manja ingin makan dengan disuapi Diva hal itu membuat Diva sangat gemas dengan adiknya.

Sudah lama Dira tidak bermanja padanya hal itu yang membuat Diva sangat merindukannya. Adiknya yang paling kecil dan yang paling menggemaskan.

"Ayo habiskan makanmu, supaya Dira cepat tumbuh besar seperti kakak!" Dengan lucu dia mengangguk, mulutnya yang penuh makanan membuat pipi cabi itu mengembung.

Revalina tersenyum melihatnya, sungguh dia sangat bahagia melihat kedua anaknya saling menyayangi seperti ini.

"Assalamualaikum, Megan pulang!" Cowok jakun itu tersenyum bahagia setelah melihat ada Diva di sana.

Megan memeluk kakaknya erat, bukti bahwa dia sangat merindukan sosok kakaknya. Kakak yang selalu ada untuknya, yang selalu membantunya, dan tempatnya bercerita kala dia ada masalah.

"Ah, sudah lama kita tidak bertemu kau semakin tinggi saja!" ucap Diva terkekeh kecil, tangannya mengusap gemas kepala adik laki-lakinya.

"Ya, dan kau semakin pendek!" Megan terkekeh meledek melihat tinggi tubuh kakaknya hanya sebatas dadanya saja.

"Kau ke sini sendiri kak?" tanyanya setelah tak mendapati siapapun lagi di rumahnya.

"Iya, Mas Kenzo masih kerja nanti dia akan menyusul ke sini!" Megan mengangguk, menatap wajah polos adiknya yang sibuk dengan mainan baru yang tadi Diva belikan.

"Wih, mainan baru tuh." Megan menggoda adik perempuannya membuatnya kesal.

"Jangan ganggu! aku aduin ke Kak Diva!" ucapnya galak, matanya melotot garang bukan terlihat menakutkan malah terlihat semakin menggemaskan.

Mereka semua terbahak mendengarnya, Diva mengacak rambut adiknya gemas. Selesai makan mereka berdua berkumpul di ruang keluarga.

Bercanda bersama duduk di karpet depan televisi. "Hubunganmu dengan Kenzo baik-baik saja, nak?" tanya Revalina kembali, dia seorang ibu dia hanya ingin memastikan jika selama ini putrinya bahagia.

"Iya, ma. Sangat baik, Mas Kenzo sangat menyayangiku, dia sangat memanjakanku, apapun yang aku mau selalu dia turuti bahkan dia tak memperbolehkanku membersihkan rumah."

"Mama tau, di rumah ada sekitar lima asisten rumah tangga yang setiap hari datang dan saat sore mereka akan pulang, karena katanya dia tidak suka jika ada yang menganggunya."

"Ya karena Kak Kenzo ingin selalu berdua dengan kakak tanpa ada pengganggunya!" seloroh Megan dengan tawa.

"Anak kecil diam!" sahut Diva.

"Tapi Diva tidak suka jika harus berdiam diri di rumah, jadi untuk bagian dapur Diva yang mengerjakan, Diva yang akan masak untuknya. Dan mama tahu, papa mertua kasih Diva rumah sakit untuk Diva kelola!"

Revalina sempat terkejut mendengarnya sebelum senyumnya mengembang mendengarnya membuat dia sangat yakin jika putrinya benar-benar di istimewa kan di sana.

"Syukurlah, mama bahagia jika melihatmu bahagia sayang. Jika ada masalah, selesaikan baik-baik. Karena hal itu wajar dalam hubungan suami istri, jadilah istri yang baik untuk suamimu."

"Iya, ma. Sebisa mungkin Diva akan belajar menjadi istri yang baik untuk Mas Kenzo. Diva ingin seperti mama, yang akan selalu ada buat papa di saat suka maupun duka, dan selalu bersama sampai ajal yang memisahkan!" Revalina tersenyum mendengarnya.

Tangannya mengusap pelan kepala putrinya. "Patuhi semua ucapan suamimu, nak. Jangan pernah membantah, jika suamimu melarang maka jauhilah, jadilah istri yang baik untuknya, suamimu sudah banyak membantu keluarga kita."

Diva memeluk tubuh mamanya, menikmati usapan lembut di kepalanya. "Iya, ma. Sebisa mungkin, Diva akan berusaha buat jadi istri yang baik dan penurut."

"Satu lagi pesan mama, jangan pernah kau umbar aib keluargamu, aib suamimu, sebagai istri kau harus bisa menjaganya. Aib suamimu sama saja dengan aibmu, jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Jika ada masalah bicarakan baik-baik, rumah tanggamu ini masih sangat baru, masih banyak cobaan yang harus kalian lewati bersama."

"Iya, ma. Makasih untuk nasihatnya, Diva beruntung bisa punya mama sehebat mama. Selalu ada buat Diva ya, ma!" ucapnya serak.

"Pasti, mama akan selalu ada buat kamu, selagi mama masih hidup mama akan selalu bersama kamu sayang, jadi jangan pernah merasa sendiri."

Melihat kondisi jika kakanya ingin menghabiskan waktu bersama mamanya membuat Megan undur diri, dia menggendong adik perempuannya yang tengah tertidur pulas.

"Megan bawa adik ke kamar dulu!" pamitnya.

Diva tidur dengan berbantalan paha mamanya memeluk perut mamanya, menikmati usapan lembut di kepalanya.

Ini yang dia rindukan, rindu dimanjakan oleh mamanya, rindu dimanjakan oleh papanya, dan rindu kebersamaan keluarga nya.

"Papa pulang jam berapa ma?" tanya Diva, mendongak menatap wajah Revalina.

"Mungkin nanti sore kalau papamu tidak lembur." Diva mengangguk kembali memejamkan matanya.

Hari ini dia ingin bermanja dengan mamanya dan menghabiskan waktu bersamanya.

****

Karna keasyikan menikmati usapan tangan mamanya membuat Diva tertidur, Revalina terus mengusapnya membelai rambut putrinya, mengusap pipinya pelan.

Putrinya sudah dewasa sekarang, dia sudah menjadi seorang istri. Putri kecil yang dulu dimanjakannya, yang dulu selalu menangis kepadanya saat dia terjatuh.

Kini telah tumbuh dewasa, dulu dua berpisah dengannya saat Diva mengenyam pendidikan di luar negeri selama bertahun-tahun dan sekarang dia harus kembali terpisah dengan putrinya setelah dia menikah.

Tanpa sadar matanya basah, Revalina mengusap air matanya pelan. Dia bahagia melihat binar bahagia di mata putrinya.

"Nyonya Tuan Kenzo datang!" Revalina tersenyum setelah melihat menantunya tiba di rumahnya.

Kenzo menatapnya diam sebelum dia menyalami ibu mertuanya sebagai bentuk penghormatan.

"Diva tidur?" tanya Kenzo, dia tersenyum melihat wajah polos istrinya yang tengah tertidur di paha ibu mertuanya.

"Bagaimana kabarmu, tu--"

"Ma, aku menantumu jangan mengatakan itu. Anggap aku sebagai anakmu!" potong Kenzo saat Revalina akan memanggilnya tuan.

Revalina tersenyum mendengarnya. "Bagiamana kabarmu, nak?" tanyanya.

"Baik, semenjak kedatangan putri mama keadaan saya selalu baik!" Revalina dapat melihat Binar bahagia di mata Kenzo saat menatap wajah putrinya.

"Mama bahagia mendengarnya, bisa kau berjanji padaku?" Kenzo menatap pandangannya.

"Berjanji untuk apa, ma?"

"Berjanjilah untuk selalu membahagiakan Diva!"


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C20
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen