App herunterladen
4.19% Theodor Obsession / Chapter 17: Hiding

Kapitel 17: Hiding

Kaila mendengar bisikan Theodor seketika tubuhnya menegang. Dia takut jika Richard kena imbasnya kalau ketahuan bahwa dia sedang memikirkan Richard.

"Aku tidak mikirin siapa-siapa kok," kata Kaila tersenyum kaku.

"Jangan berani-berani mikirin laki-laki lain jika bersamaku. Walaupun tidak bersamaku, kamu juga tidak boleh memikirkan pria lain," kata Theodor dengan penekanan.

"Iya, Theo," balas Kaila sambil memakan makanannya.

Setelah selesai makan, mereka semua memutuskan kembali ke kelas masing-masing karena waktu jam istirahat udah selesai.

"Kira-kira bakal dikasih tugas apa lagi ya sama guru killer ini?" tanya Margareta.

"Mana gue tahu, lagian guru ini enggak ketebak. Kadang ujian mendadak kadang kerja kelompok dadakan," jawab Kaila.

Tidak lama guru mereka sudah tiba. Mereka langsung diberikan tugas kelompok setelah dijelaskan apa saja yang perlu mereka kerjakan.

"Kaila, lu kenapa melamun?" tanya Christine.

"Ehh, gue nanti ada janji sama Richard," jawab Kaila.

"Cari mati lu sama Theo," balas Nora yang tiba-tiba nimbrung.

"Nimbrung aja lu," ejek Christine.

"ya, gimana ya, gue enggak enak nolak ajakan dia soalnya udah dari kemarin janjiannya," kata Kaila.

"Hmm, gue bingung harus kasih saran apa ke lu," balas Christine.

"Mending gini aja," kata Margaretha membuat Kaila dan yang lainnya menengok.

"Apa idenya?" tanya Kaila.

"Lu nanti pulangnya tetap sama Theodor. Pas udah sampai rumah langsung siap," jawab Margareta.

"Ehh, tapi jangan sampai ada mata-mata yang ngikutin lu," kata Christine.

"Iya-iya, gue yakin tidak akan ada mata-mata yang mengikuti gue," balas Kaila.

"Percaya diri banget lu tidak ada mata-mata. Emang Theodor ngasih tahu lu?" tanya Nora.

"Enggak sih," balas Kaila sambil tertawa terbahak-bahak.

"Udah, mending ini kelarin dulu. Bentar lagi tuh guru bakal ngoceh nih kalau kita belum kelar," kata Nora.

"Iya, sini gue yang kerjain," balas Kaila.

Kaila mengerjakan semua tugas kelompok dengan cepat.

"Apa kalian sudah selesai?" tanya Fera.

"Sudah, Bu," jawab Kaila menyerahkan tugas kelompoknya ke Fera.

Fera melangkahkan kaki menuju ke mejanya, lalu dia mengatakan bahwa semua murid yang sudah selesai mengerjakan tugas kelompok dan mengumpulkan boleh pulang.

"Hore, bisa main game sepuasnya," kata Christine.

"Ikut, gue bosan di rumah," pinta Margaretha.

"Oke," balas Christine.

"Main game mulu mending pulang sekarang," kata Kaila.

Kaila melangkahkan kaki keluar dari kelas. Dia melihat Theodor tidak ada tersenyum dan melangkahkan kaki menuju parkiran.

"Asyik, Theo enggak ada," gumam Kaila.

Seketika senyum Kaila berubah menjadi wajah kesal saat melihat Theodor ternyata menunggunya di parkiran.

"Ayo kita pulang," kata Theodor dengan senyum manisnya.

Kaila berjalan mendekati Theodor lalu memberikan tas ranselnya ke Theodor.

"Masuk, Kaila," kata Theodor sambil membukakan pintu mobil.

Theodor melihat Kaila yang masuk ke dalam mobil ternyata hanya memakai rok seragam pendek dan menampilkan paha mulusnya mengeraskan rahang. Dia tidak suka miliknya terpampang untuk orang lain.

"Ada apa?" tanya Kaila melihat lirikan mata Theodor mengarah pada kakinya.

"Kenapa rok kamu bisa sependek itu, Kaila? Kamu bisa saja dijahati orang lain," jawab Theodor.

"Iya aku gendutan makanya jadi pendek," kata Kaila.

Theodor mengangkat sebelah alisnya mendengar alasan bodoh dari Kaila. 

"Dia emang benar-benar hobi sekali bertingkah konyol," gumam Theodor.

Theodor masuk ke dalam mobil lalu mulai melajukan mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah Kaila.

"Aku nyalain musik ya," kata Kaila sambil menyalakan musik di radio.

Kaila menyandarkan kepala di sandaran kursi mobil lalu mulai bernyanyi mengikuti alunan musik membuat Theodor tersenyum mendengar suara indah Kaila.

"Suaramu selalu indah, Kaila," puji Theodor.

"Ayo bernyanyi bersama-sama," ajak Kaila.

Theodor terkekeh geli melihat kelakuan kaila yang percaya diri sekali. Dia mulai ikut bernyanyi membuat Kaila tersenyum dan menggerakkan kepalanya.

***

Setengah jam kemudian, mereka sampai di kediaman Abraham. 

"Kamu mau mampir?" tanya Kaila.

"Tidak, Kaila. Aku ada kondangan sama orang tuaku hari ini, kamu mau ikut?" tanya Theodor.

"Tidak. Kamu hati-hati di jalan ya," balas Kaila.

"Iya, Kaila. Kamu masuk aja pasti orang tuamu sudah menunggu," kata Theodor.

"Iya, hehehe," balas Kaila.

Kaila masuk ke dalam rumah, sedangkan Theodor melajukan mobilnya menuju rumahnya.

"Mama, i'm home," kata Kaila dengan senyum lebarnya.

"Anak kesayangan mama sudah pulang?" tanya Rebecca memeluk putrinya yang baru pulang sekolah.

"Iya dong aku anak kesayangan Mama, emang siapa lagi di rumah selain aku?" kata Kaila.

"kamu ini ya. Nanti adik kamu yang bersama Grandma Lisa dan Grandpa Leo tersinggung loh, kamu sudah seperti anak tunggal saja," balas Rebecca.

"Lagian Maxime mau-mau ajah mengurus grandma dan grandpa di rumah sakit," kata Kaila.

"Eits, kamu tidak boleh berbicara begitu. Maxime itu tetap adik kamu walaupun dia lebih sering di luar," tegur Rebecca.

"Ya sudah, Ma, aku mau bersih-bersih terus aku ada janji sama teman aku," pamit Kaila.

"Teman yang mana, Kaila?" tanya Rebecca.

"Teman yang biasa, Ma," jawab Kaila.

"Oke, yang penting jangan pulang terlalu malam," kata Rebecca.

"Siap Mamaku yang paling cantik dan kesayanganku," balas Kaila.

"Kamu ini paling bisa merayu Mama," kata Rebecca.

"Iya dong, kan anak Mama," balas Kaila.

"Ya sudah mandi sana, katanya kamu ada janjian sama teman," kata Rebecca.

"Siap, Ma," balas Kaila.

Kaila melangkahkan kaki menuju kamarnya. Senyum dia terbit saat pintu kamar sudah dia buka.

"Wah, kangen banget sama kamar!" teriak Kaila sambil berlari ke atas ranjang.

Baru saja Kaila berbaring di atas ranjang tiba-tiba dia mendengar suara pesan masuk di ponselnya. Dia melihat pesan itu dari Theodor dengan ogah-ogahan membukanya.

"Kaila, jangan lupa bersih-bersih. Jangan langsung baringan di kasur," kata Theodor dalam pesan itu.

"Theo apa-apaan sih? Emang dia siapa aku, mau berbaring saja dia yang repot," gumam Kaila. 

Kaila tidak membalas pesan itu. Dia bangkit dari ranjang lalu masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil pakaiannya.

***

Brum

Rebecca yang berada di ruang tamu mendengar suara mobil dari luar memanggil Ayu yang baru saja datang.

"Ayu, siapa itu di luar?" tanya Rebecca menatap mobil yang menunggu di luar pagar.

"Oh, itu katanya teman Nona Kaila. Dia sudah janjian hari ini sama nona," jawab Ayu.

"Oke. Kenapa orang itu tidak masuk?" tanya Rebecca.

"Sepertinya Nona Kaila yang meminta temannya menunggu di luar saja, Nyonya," jawab Ayu.

"Iya anak itu kadang memang suka aneh," balas Rebecca.

"Nyonya, saya ke dapur dulu ya," pamit Ayu.

"Iya, silahkan," balas Rebecca.

Rebecca melihat Kaila belum turun ke bawah melangkahkan kaki menuju kamar Kaila. Saat sudah sampai di depan kamar, Rebecca mengetuk pintu berkali-kali.

"Kaila, Mama mau masuk," kata Rebecca.

Cklek

Pintu kamar terbuka. Rebecca langsung masuk ke dalam dan memandangi pakaian yang digunakan Kaila.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C17
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen