Aku terus menangis histeris tanpa henti sembari memanggil nama anakku. Ku coba goyangkan tubuh mungilnya, namun percuma, ia masih menutup mata. Ku peluk tubuhnya, mencoba memberikan kehangatan untuk tubuh dinginnya itu. Aku tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Tak mungkin Holland meninggalkanku secepat ini, aku pasti sedang bermimpi. Aku pun menampar pipiku agar tersadar dari mimpi buruk ini, terasa sakit dan perih. Dapat aku pastikan jika ini bukanlah mimpi.
Sayup-sayup aku mendengar jeritan Marysa, sepertinya ia melihat apa yang aku lakukan ini. Sungguh! Aku tak peduli dengannya, aku hanya ingin Holland kembali hidup dan kembali pulang ke rumah bersama. Aku akan membuatkan kue yang banyak, bermain bersamanya hingga ia puas dan tertidur. Aku tak ingin melihat anakku sekarat seperti ini. Ya Tuhan! Tolong kembalikan Holland kepadaku, aku belum siap jika harus kehilangannya. Aku mohon!