App herunterladen
82.25% Dewa Pencuri / Chapter 51: 51. Kebaikan Keluarga Fang

Kapitel 51: 51. Kebaikan Keluarga Fang

"Saudara Ye, jangan bersembunyi disitu. Mari bergabung bersama kami." Bha Gong memanggil. Hidungnya Sudah berwarna merah tanda sudah setengah mabuk.

"Baik. Aku akan menemani." Seperti tidak terjadi sesuatu apapun, Ye Shang kembali ke meja nya.

Youmei tidak bisa bertanya lebih lanjut. Semuanya di simpan di hatinya. Dia pun mengikuti Ye Shang dari belakang.

Belum lagi Ye Shang sampai ke meja nya, seorang gadis kecil menahan langkahnya. Gadis itu memegang sebuah pedang yang terbungkus dengan sarung pedang berwarna putih dan di penuhi pernik berkilauan. Di pangkal pedang itu terdapat beberapa umbai kain sutera berwarna merah. Salah satu ciri khas pedang milik seorang wanita.

"Nona Fang Yun? Apa yang bisa saya bantu." Ucap Ye Shang dengan sopan.

"Tuan Ye. Saya sebelumnya telah mempertaruhkan pedang ini maka pedang ini sudah sepantasnya menjadi milik Tuan." Ucap Fang Yun dengan menjulurkan kedua tangannya dimana di tangannya itu terdapat pedang miliknya.

Rupanya saat Fang Yun sebelum pertaruhan sempat mengatakan akan menyerahkan pedangnya jika terbukti benar kalau batu itu adalah Baja Emas Hitam. Itu dikatakannya karena luapan emosi akibat kalah dalam memiliki batu itu. Itu terjadi sebelum Han Song datang ke Rumah Senjata.

Sekarang Fang Yun yang mengakui kesalahannya hendak menyerahkan pedang itu.

"Tidak... Tidak ... Itu hanya asal bicara dan bukan pertaruhan. Karena saya juga tidak mengucapkan apapun sebagai taruhan jika seandainya kalau saya salah dalam taruhan. Artinya itu hanya pertaruhan sepihak jadi tidak dapat dikatakan bertaruh. Bukankah pada saat itu Tuan Bandar Han Song belum tiba."

"Tuan Ye Shang. Mohon kiranya menerima pedang itu." Pria yang di belakang Fang Yun turut berbicara. Pria itu adalah kakaknya Fang Yun, Fang Yuk. "Walaupun itu merupakan pedang kesayangan adikku, tapi kami sudah di didik sejak kecil untuk bertanggung jawab atas apa yang kami katakan dan tidak bersikap munafik. Sekalipun terdengar pertaruhan hanya sepihak namun kata kata sudah keluar dari bibirnya dan itu harus di lakukan."

Luar biasa. Selama ini Ye Shang tidak pernah berhubungan atau bergaul dengan para golongan putih. Sikap dan kehormatan sangat di junjung tinggi. Melanggar akan ucapannya sendiri merupakan hal yang tabu bagi seorang satria.

"<Kau lihat kalung yang di kenakan Gadis itu?>" Kembali suara jarak jauh mengganggu telinga nya.

Ye Shang menengok ke arah Sing Poa. Kakek itu hanya tersenyum sambil jari telunjuknya mengarah dada nya. Seperti hendak menunjukkan untuk melihat ke dada gadis itu.

Ye Shang pun melihat ke arah dada gadis itu. Sebuah kalung melingkar di leher gadis itu. Kalung itu terbuat dari tembaga yang sering di bersihkan dan sangat tidak terlihat mahal sama sekali. Mata Kalung itu berbentuk sebuah pedang dan sesuatu yang melingkari pedang seperti berbentuk ular. Rantainya terbuat dari emas. Justru terlihat lebih mahal rantainya dari pada mata kalung itu sendiri.

Fang Yun yang mengetahui kalau dadanya sedang dilihat oleh seorang pria secara spontan langsung mundur dengan wajah merah. Tangan kanannya mencoba menutup baju bagian atasnya.

Tentu saja ini membuat Ye Shang jadi serba salah. Dia khawatir kalau gadis itu salah duga. Mungkin gadis itu berpikir kalau dirinya adalah pria mesum.

"Uh oh.. Maaf Nona Fang. Aku hanya tertarik melihat kalungmu yang sangat sederhana. Aku hanya penasaran. Aku tidak melihat kemewahan sama sekali dari kalung mu itu. Justru terlihat lebih mahal rantainya dari pada kalungnya sendiri.

"Oh. Iya. Ini hanya kalung tembaga biasa peninggalan nenekku. Karena bergambar pedang maka aku menyukainya meskipun murahan." Fang Yun menjelaskan dengan perasaan lega. Ternyata yang diperhatikan hanya kalungnya saja. "Tuan Sing Poa juga tertarik dengan kalung ini. Katanya dia akan membuatkan pedang tipis dari Besi Baja Hitam dengan tingkat Rare untukku jika aku mau menyerahkan kalung ini untuknya. Sayangnya aku tidak mendapatkan Batu Baja Hitam itu."

Perkataan Fang Yun mengungkap akan apa yang di kejar Sing Poa. Pasti kalung incarannya itu berhubungan dengan Harta Karun Dynasti Mangsu. Tapi apakah kelebihannya Kalung itu sehingga Sing Poa mau membuatkan pedang Baja Hitam dengan tingkat Rare. Ini tidak sepadan dengan nilai dan harganya. Pasti ada sesuatu yang berharga dari kalung itu. Begitulah pemikiran Ye Shang.

"Mohon di terima pedang ini Tuan Ye." Fang Yun sekali lagi menjulurkan pedangnya.

"Anda tidak boleh menolaknya anak muda." Fang Jie yang masih setengah mabuk dengan memegang guci mendatangi Ye Shang. "Penolakan merupakan suatu penghinaan bagi Keluarga Fang. Jika bibir kami berkata beri maka di beri. Jika bibir kami berkata bertaruh maka bertaruh. Keluarga Fang tidak dapat menjilat ludahnya kembali."

Mendengar itu, Ye Shang tidak berani menolak lagi.

"Baik. Ini saya terima. Terima kasih "

"Selanjutnya saya pribadi meminta maaf jika tadi di rumah senjata telah menyinggung Tuan dengan perkataan yang tidak pantas. Dan juga telah bersikap arogan. Mohon di maaf kan."

"Sungguh dari dasar hati saya yang paling dalam mengaggumi akan kepribadian keluarga Fang." Ye Shang mengambil mangkok arak yang di meja. "Aku akan meneguk sebagai penghormatan kepada Keluarga Fang." Diapun menghabiskan minumannya.

"Hahaha... Sungguh pemuda yang dewasa. Aku juga akan meneguk untukmu anak muda." Fang Jie juga meneguk dari guci arak di tangannya.

"Saya mohon undur diri Tuan Ye."

"Nona Fang. Tunggu dulu." Ye Shang menahan.

"Apa yang bisa saya bantu, Tuan Ye."

"Yah. Aku butuh bantuanmu. Aku bukanlah pengguna pedang. Jadi pedang ini tidak ada gunanya bagiku. Jika menurut Nona Fang pantas maka saya dengan senang hati menjual pedang ini seharga 200.000 Duan. Jika itu terlalu mahal maka akan saya kurangi lagi."

"Mak... Maksud... Tuan?"

"Saya pasti akan menjual pedang ini ke Rumah senjata karena saya tidak membutuhkan pedang. Hanya saya kurang yakin pembelinya nanti bukanlah orang yang cocok dengan pedang ini. Jadi saya berencana menjual kembali kepada Nona Fang Yun jika berminat. Jika tidak maka aku akan jual kepada  Rumah Senjata. Bagaimana kalau 150.000 saja. Aku sudah berbaik hati untuk mengurangi harganya, bagaimana?"

"Sangat pantas. Harga 200.000 pun masih pantas."

"Aihh ... Sayang sekali. Harga sudah keluar dari bibirku. Aku telah belajar dari keluarga Fang untuk tidak menelan ludah yang telah dibuang."

"Tuan Ye Shang sungguh sangat baik. Jika berkenan saya Fang Yuk akan sangat senang menjadi sahabat Tuan." Kakak dari Fang Yun memberikan penghormatannya.

Pria muda putera sulung dari Fang Jie ini sangat mengaggumi seseorang yang memiliki sifat ke pahlawanan. Sejak awal Fang Yuk memang mengagumi Ye Shang baik dalam kerendahan hatinya maupun dengan ke santunannya itu. Di balik kesederhanaan itu tersimpan pengetahuan dan kemampuan yang begitu dalam. Seperti itulah seharusnya jiwa seorang pahlawan yang tidak pongah dan menyombongkan diri.

"Saya Ye Shang akan senang hati menerima Tuan Fang Yuk menjadi sahabat. Bahkan menjadi saudara angkatpun akan saya terima."

Perkataan ini bukanlah omong kosong. karena dari dasar hatinya, Ye Shang memang mengagumi keluarga Fang ini.

"Bagus. Kalau begitu kita ambil arak untuk mengangkat sau..."

"Tidak bisa..." Fang Yun sekonyong konyong mengeluarkan suara lantang.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C51
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen