Kapitel 105: Sinar Terang Kembali Part 1

Pagi itu hari rabo, setelah hari ke 40 meninggalnya Ayahnya Hasan, maka keluarga beserta saudara-sadaranya merembuk perihal siapa yang akan menemani Ibunya.

Tak terasa matahari sudah sepenenggalan naik kurang lebih satu tombak dari permukaan bumi, sinar yang terang membuat terasa hangat di tubuh, terlihat di depan rumahnya Hasan ada beberapa orang yang duduk-duduk ngobrol membicarakan pemberangkatan Hasan yaitu kerabatnya.

Walau rasa sedih yang di terima mereka tidak mau terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, Hasan berkata, "Ibu! ... Kakak-Kakak Hasan, sesuai pesan Ayah, Hasan tidak boleh berhenti menggali ilmu di pesantren, boleh berhenti kalau sudah mau menikah, sedang kalian juga melihat Ibu sekarang seorang diri, ini enaknya Bagaimana." Yang duduk di dekat Ibunya.

Kakak pertamanya yang rumahnya di Blimbingsari berkata untuk menjawab, "Bagaimana Ibu sendiri, Apa masih merasa takut jika harus sendiri ditinggal Hasan ke pesantren."