Kapitel 186: Gengsi dan Harga Diri

"Kenapa dia tak memaafkanku saja? Kenapa dia harus gengsi, apa sulitnya menerima pemberianku? Bukankah selama ini dia hidup dari uangku? Seharusnya dia berterima kasih kepadaku, kalau tidak karena bantuanku mungkin sekarang dia sudah melarat dan terus hidup di rumah petak itu."

Broto mendengus kesal, membuat para pelayan itu ikut menerima semprotan darinya. Ruangan itu tampak mencekam, Broto melemparkan tubuhnya di kursi empuk miliknya. Dia merebahkan tubuhnya, membuka cerutu miliknya dan menghisapnya, mengepulkan asap ke seluruh ruangan. Siapapun yang masuk ruangan itu pasti akan disemprot oleh nya, tak terkecuali siapapun itu.

"Sial! Sial! Sial!"

Dia mengangkat kedua kakinya, meletakkan di atas meja. Semua isi ruangan itu sudah tumpah ruah, semua berkas sudah berceceran di lantai, ia sangat marah akan penolakan yang Susi berikan.