Setelah melihat kejadian tak terduga di depan mataku persis, aku menjadi kehilangan selera makan. Bahkan jika itu adalah roti lapis dengan ekstra tuna di dalamnya. Aku lebih digandrungi rasa penasaran yang membara ketimbang mengisi perut yang kosong.
Akan tetapi, aku merasa lancang jika tak menerima pemberian dari Joshua dan malah mengabaikannya begitu saja. Maka aku berinisiatif untuk membungkusnya ke dalam tisu yang memang terletak tak jauh dari sepiring roti isi tersebut.
Sejauh mata memandang, aku tak mendapati keberadaan Joshua, pun sang kakak yang lebih menakutkan daripada preman. Terburu-buru lah aku untuk keluar dari unit apartemen ini. Dan benar saja, Joshua telah berada di depan tepatnya di samping pintu dan sedang memainkan ponselnya. Dia sangat fokus sampai-sampai tak menyadari kehadiranku andaikan aku tak menepuk bahunya lebih dulu.