Tidak biasanya Dad tertutup seperti ini. Tetapi karena ayam goreng yang dia masak terasa enak, aku jadi tak bisa berkomentar apa-apa selain menghabiskan dua potong. Rasa lapar membuatku kalap sehingga tak sadar sudah habis dua piring nasi.
"Pelan-pelan saja, Dad tak akan mengambil ayam milikmu." Dad tertawa sebelum pergi ke arah kulkas. Barangkali mengambil air dingin, karena aku bisa mendengar suara pintu kulkas yang terbuka.
"Dad akan di sini sampai kapan?" tanyaku di sela-sela makan. Aku meliriknya dari balik bahu.
"Entahlah, belum terpikirkan.." Dad mengambil sekaleng kola dan bir. "Ah, sepertinya kita kehabisan persedian minum."
"Dad, jangan banyak mengonsumsi gula." Aku memperingatkan. "Itu tidak bagus untuk tubuh."
"Tenang saja, aku ini orang tua, bukannya balita." Dad memberiku kedipan pada mata kirinya sebelum meletakan bir di sebelahku dan membuka kola untuk dia minum.