"Bryan?"
"Davis?" Bertemu dengan kenalanmu di saat keadaanmu sedang kacau adalah mimpi buruk. Dan aku tengah mengalaminya saat ini. "Sedang apa kau?"
Bukannya menjawab, pria itu malah menjulurkan tangannya ke depan wajahku. "Mestinya aku yang bertanya begitu, sedang apa kau di luar sini?"
Ku gapai uluran tangannya. Dalam sekali sentak, Davis berhasil menarikku untuk berdiri. Meski tak bisa ku pungkiri bahwa lututku terasa sangat lemas. Entah karena berlari sedari tadi atau berkat rasa bersalah yang menumpuk di dalam ulu hati. "Em.. Hanya mencari udara segar saja, kalau kau?"
"Konyol, kau membolos lagi yah?" tuduh Davis yang mana tak dapat ku sangkal karena memang itu lah kenyataannya. Aku hanya bisa meringis pilu. "Berarti sudah dua kali kau membolos dalam satu hari? Keren sekali~"