App herunterladen
5.73% One Night Stand With Mr. Mafia (Bahasa Indonesia) / Chapter 16: Merasa Sangat Curiga

Kapitel 16: Merasa Sangat Curiga

Saat Zelyn menutupi bekas perbuatan dari Axel pada punggung tangannya dengan plester, suara dering ponsel miliknya berbunyi dan dia buru-buru membuka tas miliknya dan melihat siapa yang menghubunginya.

Seulas senyuman terbit di wajahnya saat melihat siapa yang menelpon. Tanpa membuang waktu, jari telunjuknya menggeser tombol hijau ke atas dan mendengar suara bariton dari pria yang satu bulan lagi akan menjadi suaminya.

"Halo, Sayang."

"Apakah kamu sudah puas berduaan dengan sahabatmu. Turunlah! Aku sudah ada di parkiran. Sekarang giliran aku yang ingin berduaan dengan calon istriku. Aku tunggu, Sayang."

"Siap, Bos."

Senyuman mengembang tampak dari wajah Zelyn saat menutup sambungan telepon. Kemudian dia menoleh ke arah sahabatnya yang juga tengah mengamatinya. "Aku pulang dulu, Yes. Si Bos sudah memberikan titahnya, nanti dia cemburu jika aku lebih suka berduaan denganmu. Aku pergi dulu, ya!" Zelyn bangkit dari sofa dan ber-cipika-cipiki dengan Yessy.

Yessy yang sejujurnya merasa sangat cemburu dengan keromantisan sahabatnya bersama pria yang diam-diam dia sukai, berpura-pura untuk tersenyum dan menepuk pundak Zelyn. "Salam saja buat Ardhan. Sebenarnya tidak sopan dia hanya menunggu di bawah. Seolah dia sama sekali tidak mengenalku, padahal kan juga sahabatku."

Zelyn merasa sangat tidak enak begitu mendengar kalimat bernada kekecewaan dari sahabatnya. "Maafkan aku, Yes. Seharusnya aku tadi menyuruhnya untuk ke atas. Lain kali ini tidak akan terulang lagi, kamu tenang saja. Tolong maklumi saja dia, karena Ardhan akhir-akhir ini memang sangat sibuk."

Yessy ikut berdiri dan masih bersikap biasa, meskipun sebenarnya dia tidak membenarkan perkataan dari Zelyn. Namun, hanya bisa mengeluarkan nada protesnya di dalam hati.

'Sangat sibuk? Akan tetapi, dia sama sekali tidak sibuk saat berduaan denganmu. Sedangkan untuk menyapaku yang membutuhkan waktu hanya beberapa menit saja, dia sibuk. Aku sudah tidak kuat menunggu lebih lama, sepertinya aku harus segera memisahkan kalian,' batin Yessy di dalam hati.

"Sudahlah, aku hanya bercanda tadi. Jadi, jangan menganggapnya serius. Aku mengerti, Ardhan memang akhir-akhir ini sangat sibuk. Salam saja padanya," ucap Yessy yang sudah mengantar Zelyn ke pintu depan apartemennya.

Zelyn akhirnya bisa bernapas lega saat melihat respon dari Yessy yang sudah terlihat tersenyum ke arahnya. "Iya, nanti aku sampaikan. Terima kasih, karena sudah mendengarkan curhatanku tentang si bocah edan itu dan juga maaf selalu merepotkanmu, sahabatku."

Yessy menepuk keras lengan Zelyn seraya terkekeh, "Dasar lebay. Sudah sana pergi!" Mengarahkan tangannya untuk mendorong tubuh ramping Zelyn agar segera pergi.

Zelyn pun ikut terkekeh dan sudah melambaikan tangannya saat berjalan semakin menjauh dari sahabatnya. Hingga dia yang sudah sampai di lift, langsung masuk ke dalam dan berbalik badan untuk melihat siluet Yessy yang sudah tidak terlihat ketika pintu kotak besi tersebut tertutup.

Beberapa saat kemudian, lift pun terbuka dan dia membekap mulutnya saat melihat sosok pria tampan yang sudah berada di depannya.

"Sayang, kamu menunggu di depan lift dari tadi? Kenapa tidak langsung ke atas untuk menemui Yessy sekalian? Aku kan jadi merasa sangat tidak enak padanya, karena kamu seperti terkesan menjauhinya setelah kita jadian dan akan menikah."

Sosok pria dengan tubuh tinggi tegap dan badan atletis, didukung wajah yang manis dan terlihat sangat ramah karena selalu tersenyum, sudah mengarahkan tangannya untuk memegang pergelangan tangan dari wanita yang sudah satu tahun dicintainya.

"Ayo, aku lapar. Kita bahas itu di mobil saja." Ardhan sudah berjalan sambil menggandeng tangan Zelyn.

Sejujurnya dia merasa risi saat Zelyn selalu membahas tentang Yessy, karena mengetahui bahwa sahabat dari calon istrinya itu menyukainya. Sebagai seorang pria dewasa yang mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan wanita, dia bisa melihat dari tatapan Yessy saat memandangnya.

Sebuah tatapan penuh kekaguman yang lama-kelamaan menjadi sebuah rasa cinta dan tidak bisa diterimanya, karena dia telah jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Zelyn ketika dikenalkan oleh Yessy. Dia merasa sangat bahagia ketika mengetahui bahwa Zelyn adalah seorang wanita dewasa yang suci dan murni karena belum pernah menjalin hubungan dengan siapa pun.

Bahkan dia masih mengingat dengan jelas saat pertama kali mengutarakan cintanya. Bukan sebuah kebahagiaan atau kegirangan seperti para wanita yang merasa terharu saat dia tembak. Akan tetapi, sebuah jawaban yang benar-benar membuatnya heran. Bahkan kata-kata itu masih terngiang jelas di telinganya hingga sekarang.

Aku tidak akan berpacaran jika hanya merusak diri. Karena, berpacaran hanya akan membuat pihak wanita mengalami kerugian, yaitu, hamil diluar nikah. Aku tidak mau itu terjadi padaku. Aku adalah seorang wanita yang bermartabat dan tidak akan pernah mengijinkan siapa pun menyentuh atau menciumku.

Ardhan dan Zelyn sudah masuk ke dalam mobil dan keduanya duduk berdampingan di kursi depan. Setelah Zelyn memasang sabuk pengaman, Ardhan mengemudikan mobil meninggalkan apartemen menuju ke sebuah restoran yang merupakan tempat favoritnya bersama wanita yang dari tadi sibuk menatap ke arah samping kiri untuk melihat lalu lalang kendaraan yang melintas.

"Sayang, hari ini kamu terlihat lebih banyak diam. Sepertinya sedang banyak pikiran."

Zelyn yang dari tadi memikirkan tentang perjalanan lusa ke Bali bersama Axel, membuatnya gelisah. Suara bariton dari pria yang tengah melirik sekilas ke arahnya, membuatnya menoleh, sehingga dia ingin meminta saran dari Ardhan mengenai pekerjaannya.

"Sayang, aku benar-benar sedang banyak pikiran tentang perjalananku lusa ke Bali bersama orang yang berasal dari New York itu."

Ardhan masih fokus menatap ke arah depan, karena fokus mengemudi. Namun, dia sekilas melihat ekspresi masam dari wajah Zelyn. "Memangnya kenapa dengan orang itu?"

Zelyn menghembuskan napas kasar, seolah mengungkapkan beban berat yang dipikulnya. "Masa, aku disuruh mencarikan wanita sebagai teman tidurnya selama di Bali. Gila banget itu orang. Aku benar-benar sangat jijik bekerja dengan pria seperti itu." Zelyn bergidik ngeri dengan berkali-kali mengangkat pundaknya.

Ardhan hanya terkekeh saat melihat ekspresi wajah yang terlihat seperti seseorang yang merasa sangat jijik. "Aku memang mendengar sedikit tentang sepak terjang pria itu, Sayang. Ayah dan anak itu sama-sama seorang casanova. Sama-sama rusak, tetapi itu merupakan sebuah hal yang lumrah diluar negeri."

"Jadi, jangan terlalu mengambil pusing atas mereka. Kamu fokus saja bekerja. Mengenai tentang wanita yang diinginkan sebagai teman tidur pria itu, biar aku yang urus."

Sejujurnya, Zelyn merasa sangat kecewa saat mendengar jawaban dari Ardhan karena sebenarnya, bukan jawaban seperti itu yang ingin didengarnya. Akan tetapi, sebuah larangan, agar dia mengundurkan diri dari pekerjaannya. Namun, malah sebaliknya, sehingga dia tidak bisa menceritakan tentang hal yang dilakukan oleh Axel saat mengarahkan pistol ke kepalanya.

"Baiklah, aku tidak akan memusingkan hal ini. Aku anggap saja dia benda mati, agar tidak muntah saat berada di sebelahnya. Akan tetapi, ngomongin tentang wanita yang akan menjadi teman di ranjang pria itu, memangnya kamu kenal dengan para wanita malam?"

"Bukan wanita malam, Sayang. Akan tetapi, dia memang khusus menerima bokingan dari para pria tajir melintir untuk memuaskan kebutuhan di atas ranjang. Karena dia pun tidak menerima sembarangan orang, hanya pria yang keren dan konglomerat saja yang diterimanya karena dia sangat cantik dan seksi. Aku yakin pria itu langsung tergila-gila padanya," ucap Ardhan yang mulai menjelaskan tentang wanita yang dikenalnya.

Zelyn menatap tajam ke arah Ardhan dan merasa sangat curiga pada pria di sebelahnya. "Kamu sepertinya sangat mengenal baik wanita itu. Siapa dia? Apa kamu juga pernah menggunakan jasanya?" hardik Zelyn dengan tatapan tajam.

TBC ...


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C16
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen