Keesokan harinya, Arya masuk kuliah siang hari. Ia baru bangun jam sembilan pagi. Saat bangun dari tidurnya pun, Arya masih merasakan jika tangan dan kakinya masih pegal-pegal. Nyawanya belum terkumpul saat itu, hingga pikirannya pun juga membayangkan hal yang tak semestinya ia pikirkan ketika baru bangun tidur.
Meski anak tangga terbuat dari lantai, Arya bisa mendengar seseorang dari bawah sedang mendaki naik, menuju kamarnya.
"Yak! Bangun…" suara Sherla langsung terpotong begitu saja setelah melihat adik sepupunya hendak melempar bantal di tangan kirinya.
"Kenapa berhenti? Enggak mau dilanjutin teriaknya?" ujar Arya suaranya sangat serak, seakan suara tersebut bukan suara dari mulut Arya.
Sherla terkekeh sembari menyandarkan tubuhnya di pintu. "Tante minta kamu bangun sekarang. Hampir jam setengah sepuluh juga. Mau sampai kapan kamu tidur?"
Arya mendecakkan lidahnya, mendadak kesal. "Iya, iya, pergi sana. Ganggu orang saja. Enggak lihat aku sudah bangun?"