"Boleh tanya enggak? Aku penasaran," ujar Arya wajahnya terlihat kesal, berusaha menahan emosinya dengan menunjukkan wajah dinginnya
Marlon tak langsung menjawab. Melihat dari wajah Arya, ia langsung tahu jika teman satu tim-nya itu sedang merangkai kata-kata untuk meluapkan semua keluhannya. Detik berikutnya Marlon mengangguk, mengijinkan Arya bertanya.
"Rumahmu dimana?"
Seketika Marlon tertegun, ternyata temannya ini hanya menanyakan alamat rumahnya. Marlon menyempatkan diri menghembus napas lega.
"Perumahan Sampanye No. 6. Memang kenapa? Kayaknya aku pernah memberi alamat rumahku kalo enggak salah. Kau janga sengaja pura-pura lupa, ya."
"Kalo sudah tahu, buat apa juga aku tanya. Otakmu kemana, sih?" jawab Arya membalikkan keadaan.
Saat itu juga laki-laki yang menganggap Arya sebagai rivalnya itu mendadak diam, hanya mendecakkan lidah sembari menatap sinis.
"Sekarang sudah tahu rumahku kan? Terus mau apa?" tanya Marlon, lumayan ketus.