App herunterladen
1.01% Stuck With You: EUPHORIA / Chapter 4: 4. Dosen Ganteng

Kapitel 4: 4. Dosen Ganteng

Dimalam harinya setelah pulang dari kampus, Rose meluruskan kakinya. Astaga. Melelahkan sekali hari ini, ada organisasi juga yang membuat nya jadi sibuk setiap jam nya. Semua orang mengatakan organisasi itu menyenangkan, nyatanya meski membuat senang, rasa lelah nya 2 kali lipat setelah pulang.

Jam dinding nya menunjukkan pukul delapan malam. Dia belum mandi dan belum makan sejak tadi sore. Kaki dan tubuh nya seolah menolak dirinya untuk beraktivitas. Apakah ini derita nya? Ya Tuhan... Dia begitu lelah sekali untuk saat ini. Tidak bisakah seseorang memandikan nya?

Seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan menawarkan susu hangat.

"Rose... Ibu pulang. Bukalah pintunya Nak. Ayo minum susu..." Kata Ibunya.

Pasti ada maunya. Rose tidak mendengarkan sama sekali, dan dia masuk ke dalam kamar mandi. Menghidupkan kran airnya dan berendam di dalam bath up.

Uh. Dia pengen pindah di kos-kos an kecil aja. Dibandingkan tinggal di rumah besar nan mewah ini. Membuat nya tuli saja setiap harinya.

Kakinya yang berwarna biru, karena bermain basket. Uh menyebalkan dia akan jalan pincang? Kini dia tau apa manfaatnya pemanasan sebelum olahraga. Rose mengganti airnya dengan air hangat. Memasukkan sabun kedalam bath up, dan tak berselang lama busa busa itu mulai mengumpul ke tubuh nya.

"Ah My God..." Katanya dengan merasa lega. Dia bisa rileks sekarang ini.

Biarkan ibunya berkata apa diluar sana. Mungkin BLA BLA BLA BLA. Melelahkan sekali mendengarkan teriakan nyaring darinya itu. Sungguh memuakkan.

Ibunya yang ada diluar terus terusan menggerutu. Mengatakan pada suami nya bila anak mereka itu sangatlah kurang ajar sekali, kemudian ibunya menggeledah rumah ini. Membuka pintu basement dan sangat curiga sekali sekali kotak kecil yang diletakkan di sudut ruangan dan rupanya itu adalah benda najis yang memuakkan sekali.

Sebuah Putung rokok yang sengaja di letakkan disana. Ibunya keluar dari basement dan menunjukkan kotak iti pada suami nya.

"Ya! Dia benar benar keterlaluan sekali! Lihatlah anak mu itu! Astaga!! Rose!!" Teriak Ibunya yang mungkin bisa terdengar oleh tetangga lainnya. Sungguh memalukan sekali rasanya diperlakukan seperti ini oleh ibu nya sendiri.

Randy hanya diam saja dengan membuka pintu kamar nya. Mengeringkan rambutnya dengan hair dryer yang dia tancapkan di dapur. Melewati orang tuanya seolah tidak ada orang disana. Sungguh dia menjadi kehilangan perasaan nya seketika karena perilaku kedua ibunya sendiri.

"Dasar anak tidak tau tata Krama!! Kau merokok hah?! Bahkan kakak mu tidak pernah melakukan nya! Dasar! Pasti uang bulanan juga habis karena kamu foya foya kan?!" Bentak mamanya dengan menuduh hal yang tidak benar sama sekali.

Rose tidak menjawab, dia mengeringkan rambutnya dengan hair dryer hingga tidak bisa terdengar dengan jelas suara amukan marah itu, suara hair dryer saja masih enak untuk di dengar dibandingkan dengan suara ketusan ibunya. Sungguh memuakkan sekali rasanya.

"Rose! Kau minum lagi! Astaga! Dasar anak---"

"Sudah selesai? Kapan kalian datang kesini? Kenapa tidak telepon aku dulu? Jika kalian menelpon ku aku bisa membersihkan barang barang ku lebih dulu." Kata Rose dengan tersenyum lebar. Dia menatap sekeliling rumah nya ini dengan wajah memelas.

"Ma, kalau mama sama papa datang cuma buat ngoceh aja. Rose ga bakalan dengerin sama sekali." Kata Rose dengan tersenyum lebar.

Dia sungguh menjadi anak yang liar semenjak kedua orang tuanya ini sibuk dengan pekerjaan nya, begitu nya mereka mencari uang. Giat sekali. Padahal mereka adalah orang yang punya perusahaan itu.

Bahkan hanya duduk di kursi saja uang itu akan terus mengalir tanpa harus ada pengawasan dari mereka.

Rose mengambil tas nya dan menguncir rambutnya. Kuncir satu adalah pilihan yang terbaik sekaligus simpel. Dia mengambil sepeda pancal nya, mengayuhkan pedal dengan sepatu kets berwarna putih yang baru saja dia laundry kan. Lumayan bagus tempat itu dia jadi sangat nyaman sekali mengenakan sepatu ini sekarang.

"Astaga... Anak itu sudah tidak bisa diandalkan lagi." Kata ayah nya dengan mengembuskan napas nya sebal. Sedangkan ibunya diam saja dengan memungut helai rambut anak nya yang rontok. Dia merasa sangat sedih juga.

Begitu dia tau akan hal seperti ini, pastilah karena karena anak nya kurang perhatian dari keluarga nya.

"Sepertinya Rose harus segera punya suami. Biar dia tidak stres seperti itu." Kata ibunya sana seperti setahun yang lalu.

"Percuma. Dia akan lebih memilih menjadi seorang penyanyi dibandingkan menjadi seorang ibu rumah tangga. Dia anak mu kan. Ahahaha." Celetuk ayah nya dengan menghisap rokok nya dan menatap kotak itu.

Seketika juga dia teringat bila itu bukanlah kotak rokok milik Rose sedangkan milik mya yang pernah dia sembunyikan disana karena telah berjanji untuk tidak pernah merokok lagi. Jangan sampai seseorang mengetahui akan hal ini.

---***---

Rose Moona Grace mengunci sepeda motor nya dengan rantai dan gembok yang ada password nya. Kemudian dia menyisir rambutnya yang seperti semakin banyak rontok nya. Bahkan terkadang dia berpikir bisa jadi dia menjadi botak saking banyak nya rambut yang rontok ini.

Rose berjalan dengan mengikat rambutnya. Matanya terus tertuju pada tali sepatu yang lupa tidak dia ikat. Aduh kalau jatuh disini pasti gak lucu nantinya. Rose segera berhenti hingga dia benar benar menabrak seseorang.

Brak. Dia terkejut karena dia jatuh di tubuh seseorang. Menimpa tubuh pria itu dengan kepala nya yang menempel ke leher pria itu.

"Cie Rose... Cie... Cmiw." Kata teman teman nya dengan senang sekali menggoda nya.

"Sorry... I'm sorry sir---"

Saat mendongakkan kepala dia terkejut bila itu bukanlah dosen yang tua dan menampilkan wajah garang nya. Melainkan seorang pria dengan yang sedikit putih dan kacamata bulat yang dia gunakan. Rambutnya rapi sekali, poni dia dibelah dua membuat dahinya terlihat. Tinggi nya 183 cm. Dan dia merasa sangat gugup sekali sekarang.

"Mm.. mm... Maafkan aku sekali lagi pak." Kata Rose dengan berlari kedalam kelas nya dan dia lupa jika tadi dia belum mengikatkan tali sepatunya. Bruk.

Double kill.

Dia mendapatkan hal yang lebih memalukan lagi. Pipi menyentuh lantai dan tubuh nya lunglai lemas di lantai.

"Ahahahahah!!!" Gelak tawa semua teman sekelasnya.

Ya Tuhan.... Apakah ini hari apes nya?! Ini semua gara gara dosen ganteng yang sangat memesona itu. Sudah... Hancur semua reputasi nya ini.

Setelah bertemu dosen ganteng... Rasanya seperti mendapatkan hidayah tapi dia jadi sangat malu sekali karena telah jatuh berkali-kali karena sikap ceroboh nya yang sangat membuat nya bodoh sekali ini.

"Kau terlihat konyol sekali Rose. Lihatlah tubuh mu seperti orang kotor." Ketus Wendy anak paling nyebelin disini.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen