App herunterladen
0.6% Ciuman Hangat Bos Arogan / Chapter 2: Siapa Wanita Itu?

Kapitel 2: Siapa Wanita Itu?

Terlihat dengan sangat jelas, saat Angel masuk ke dalam sebuah mobil mewah yang menunggunya sejak tadi. Tak lama setelah wanita itu masuk, sang bodyguard yang tak lain adalah managernya juga ikut masuk ke dalam mobil mewah itu.

"Kamu lihat sendiri." Ryan menatap Steve dan menyuruhnya melihat Angel yang masuk ke dalam sebuah mobil mewah. "Kamu tahu sendiri berapa harga mobil itu ... kalau Angel sekaya itu, untuk apa dia menjual dirinya?" ucap Ryan sangat penasaran. Pria itu masih saja tertarik dan juga sangat penasaran pada wanita yang begitu bersinar dalam gemerlap dunia malam.

Steve yang berdiri di samping Ryan langsung memandang ke arah yang sama dengan sahabatnya itu. Dia bisa menduga jika sang atasan begitu murka mendapatkan penolakan dari seorang wanita bayaran yang juga menjadi seorang DJ di night club.

"Mungkin saja ... seseorang yang membayarnya yang memiliki mobil mewah itu," sahut Steve dengan wajah yang terlihat sangat ragu. Dia sendiri tak yakin dengan ucapannya.

Setelah Ryan semakin mabuk, Steve langsung membawanya meninggalkan night club menuju kediaman Fernandez. Ya ... Ryan Fernandez, terlahir dari keluarga yang cukup berada. Bisnis keluarganya berkembang cukup pesat. Oleh karena itu, Ryan mendapatkan kepercayaan untuk mengurus sebuah perusahaan multinasional yang sangat berkembang. Bahkan perusahaan yang dipegang oleh Ryan, sudah memiliki anak cabang di beberapa negara di Asia. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi keluarga besar Fernandez.

Namun karirnya yang cemerlang, tak secemerlang kisah cintanya. Ryan pernah benar-benar hancur saat wanita yang dicintainya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Sejak saat itu, ia tak pernah mau jatuh hati pada wanita manapun. Ryan selalu mempermainkan setiap wanita yang datang dan mendekatinya.

Tak berapa lama, pasangan atasan dan asisten itu telah sampai di rumah mewah milik keluarga Fernandez. Dengan langkah yang tertatih-tatih, Steve membantu pria di sampingnya itu berjalan menuju kamar. Belum juga sampai kamarnya, sang nyonya rumah sudah menunggu kedatangan anak kesayangannya.

"Pulanglah, Steve. Biar aku yang mengurus anak nakal ini." Diana Fernandez langsung membantu Ryan masuk ke dalam kamarnya. Sementara Steve langsung meninggalkan rumah itu sesuai keinginan sang nyonya rumah.

"Steve ... bawa wanita itu padaku. Dia sudah melukai harga diriku sebagai seorang Fernandez," ucap Ryan antara sadar dan tidak sadar. Pria itu merasa jika sang asisten masih berada di sampingnya. Padahal jelas-jelas, Steve telah pergi dari sana.

"Dasar bandel! Berulangkali sudah Mama bilang, jangan terus bermain wanita." Diana Fernandez memberikan selimut hangat pada anak laki-laki kesayangannya. Setelah melihat Ryan sedikit tenang, wanita itu langsung keluar dari kamar besar yang cukup luas untuk ditempati seorang diri. Baru saja selangkah keluar dari kamar itu, Diana sudah mendapatkan sebuah tatapan yang sangat tidak mengenakkan. Dan ternyata ... sang tuan rumah sudah berdiri di depan pintu kamar Ryan.

"Apa yang sudah dilakukan oleh anak bodoh itu?" Sebuah pertanyaan dan juga kekesalan datang bersamaan dari seorang pria yang cukup berpengaruh seperti Juan Fernandez. Pria itu adalah ayah kandung dari Ryan Fernandez. Sebenarnya dia tidak merasa heran jika sang anak laki-laki kembali membuat kekacauan dalam keluarganya. Selain karirnya yang membanggakan, tidak ada hal lain lagi yang bisa dibanggakan dari seorang Ryan Fernandez.

"Papa terlalu berlebihan, Ryan tak melakukan apapun selama ini," sahut Diana Fernandez dengan suara lembut yang cukup khas.

"Mama bilang anak bodoh itu tak melakukan apapun! Lalu ... sudah berapa banyak wanita yang datang ke rumah ini dan meminta pertanggungjawaban dari anak bodoh itu?" Juan Fernandez sudah tak mampu menahan kekesalan yang selama ini disimpannya dengan rapat. Selama ini dia hanya pura-pura tak mengetahui segala sesuatu yang terjadi dengan anak laki-lakinya itu. Dia tak ingin menumpahkan kemarahan pada keluarganya.

Diana hanya bisa memandang suaminya dengan tatapan lembut. Dia pun menarik tangan Juan Fernandez dan mengajaknya duduk di sebuah kursi di ruang tengah.

"Papa jangan terlalu emosi. Ryan sudah menjelaskan jika dia merasa tak menghamili mereka semua. Mungkin saja para wanita itu datang hanya untuk sedikit uang saja," jelas Diana sambil menggenggam jemari suaminya. "Nyatanya setelah kita memberikan uang, mereka tak pernah kembali ke rumah ini," lanjutnya lagi.

Juan Fernandez akhirnya merasa lebih tenang setelah mendengar ucapan istrinya. Tatapannya pun juga menjadi lebih lembut dari sebelumnya.

"Sebenarnya ... siapa wanita yang sudah membuat Ryan tak bisa bangkit lagi? Sudah saatnya dia menikahi seorang wanita untuk dijadikan menantu di keluarga ini," sahutnya dengan wajah yang sedih dan bercampur dengan perasaan frustasi karena melihat anak laki-laki kebanggaannya bermain gila karena seorang wanita.

"Biarkan Ryan menenangkan hatinya dulu. Mama yakin, suatu hari dia akan membuka hatinya untuk seorang wanita yang benar-benar tepat untuknya." Sekuat hati dan juga dengan segala keyakinan yang dimiliki oleh Diana, dia mencoba untuk menenangkan badai yang semakin menghempaskan suaminya dalam kekhawatiran dan juga kekesalannya pada Ryan Fernandez.

Pria itu dapat melihat ketulusan di mata Diana Fernandez. Jika bukan karena wanita di depannya itu, mungkin saja Juan Fernandez sudah menghabisi anaknya sendiri. Dia merasa beruntung telah memiliki seorang istri yang hebat dan selalu bisa menenangkan hatinya.

"Tahun ini adalah batas terakhir Ryan untuk bermain-main. Jika dia tetap tak bisa menemukan seorang wanita yang tepat, aku akan memaksanya menikahi anak dari rekan bisnisku," tegas Juan Fernandez dengan wajah yang sangat serius.

"Mama akan memastikan jika semua akan berjalan sesuai dengan keinginan Papa," hibur Diana dengan senyuman di wajah cantiknya meskipun sudah berumur. Wanita itu masih saja terlihat cantik dan juga menggoda bagi Juan Fernandez. Dia mencoba membuat dirinya tetap terlihat menarik di mata suami yang sangat dicintainya itu. "Besok anak perempuanmu akan kembali dari Amerika," ujar Diana pada sang suami.

Ada ekspresi terkejut yang cukup jelas dari wajah Juan Fernandez. Dia tak menyangka jika anak bungsunya itu akan kembali ke tanah air. Sudah sangat lama dia tak berjumpa dengan anak perempuannya.

"Reine akan pulang? Akhirnya anak manja itu pulang juga," sahut Juan Fernandez dengan wajah yang terlihat lebih bersemangat dan cukup senang dengan kepulangan anak perempuan satu-satunya.

Sejak lulus SMA, adik dari Ryan Fernandez memutuskan untuk meneruskan pendidikannya di Amerika. Meskipun dengan berat hati mereka merelakan anak manja itu pergi, akhirnya pasangan itu sangat bangga dengan kepulangannya. Reine Fernandez dengan membawa gelar dan juga penghargaan yang sangat membanggakan keluarga besar Fernandez.

Bagaimana tidak? Reine Fernandez menyabet gelar sarjana terbaik dari sebuah universitas paling bergengsi di Amerika. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan sekaligus membahagiakan bagi keluarga besarnya. Di usianya yang masih sangat muda, Reine Fernandez sudah bergelar doktor. Hal itu benar-benar membuat seluruh keluarga sangat bahagia menyambut kepulangannya. Bahkan Juan Fernandez juga sudah sangat tidak sabar untuk segera bertemu dengan anak perempuan kesayangannya.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C2
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen