Perkataan itu diucapkan bersamaan dengan amarah yang sudah memuncak. Suara tersebut terdengar seperti bunyi guntur yang menggelegar mengerikan di tengah hujan badai.
Malam mencekam. Hawa semakin dingin. Hembusan angin mengibarkan pakaian dan rambut Raka Kamandaka.
Semua orang yang ada di sana mersa bergidik ngeri. Tak terkecuali dengan Benggala si Kerbau Gila sendiri.
Tanpa terasa bulu kuduknya berdiri sendiri. Entah kenapa, dia merasakan ada hal lain dalam ucapan pemuda yang mengaku sebagai keturunan terakhir Keluarga Kamandaka itu.
Tak bisa dipungkiri lagi, kalau menyebut nama Keluarga Kamandaka, tentunya dia sangat tahu. Malah Benggala sendiri tidak dapat menampik kalau dirinya ikut terlibat dalam peristiwa berdarah tersebut.
Hanya saja dia sungguh tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan bertemu dengan keturunan terakhir dari keluarga terpandang di Tanah Pasundan tersebut.