App herunterladen
6.63% Sleep Tight, Honey / Chapter 26: Pertemuan Kedua

Kapitel 26: Pertemuan Kedua

Dan mereka bertiga menyaksikan kejadian di masa lalu itu. Honey tampak sedih sambil menutup mulutnya. Memandang iba Night yang tampak sangat terpukul. Menangisi kejadian itu dalam diam.

Kembali ke masa lalu.

Sementara itu di sebuah kerajaan milik manusia, keadaan istana malam itu terlihat begitu bersahaja. Keadaannya begitu tenang, dengan hanya beberapa pengawal yang terlihat berlalu lalang menjaga keamanan. Sementara suara sahutan jangkrik dan binatang lainnya terdengar saling bersahutan memecah keheningan malam.

Sekilas, di depan salah satu ruang kerajaan itu terlihatlah dua penjaga yang bersiaga. Mereka tampak berdiri tegap di kedua sisi pintu dengan tombak tajam. Sepertinya mereka diberi tugas khusus untuk menjaga penghuni di dalamnya, memastikan agar orang itu tidak pergi kemana-mana seperti yang dilakukannya sore tadi.

Dari ruangan yang dimaksud, cahaya pelita menyala terang. Membiaskan bayangan seorang wanita yang duduk tenang di dalamnya. Samar-samar suara gumaman pelan juga terdengar.

"Aku berjanji untuk tidak keluar dari istana tanpa seijin Ayahanda lagi. Aku berjanji untuk tidak keluar dari istana tanpa seijin Ayahanda lagi. A-Aku berjanji… ssh… u-untuk tidak keluar dari istana tanpa seijin Ayahanda… lagi. A-Aku…"

Gumaman itu keluar tanpa henti dari sepasang bibir merah muda nan tipis itu. Mengalir tersendat-sendat bersama dengan beberapa bulir keringat yang juga mengaliri kulit wajahnya nan putih mulus itu.

Sosok itu merupakan Putri Eliana, gadis cantik yang tadi secara tidak sengaja berpapasan dengan Night di pasar tadi. Ia adalah putri satu-satunya dari sang penguasa manusia di negeri itu. Si anak raja yang tersayang.

Namun dia dan Night memiliki kesamaan. Berbeda dari anak bangsawan pada umumnya yang lebih suka berdiam diri di dalam istana, gadis yang lebih sering dipanggil Putri Eliana ini lebih suka mencari kesenangan dengan mengendap-endap keluar istana. Kebiasannya inilah yang sering membuatnya terkena masalah. Dia sering dihukum begitu ketahuan.

Seperti sekarang. Kalau dihitung sudah tiga jam lebih ia menjalani hukumannya ini. Terkurung di kamarnya sendiri dengan dua orang penjaga di luar kamar yang senantiasa memastikan dia tak akan meninggalkan tempat itu lagi. Hal itu mulai membuat tubuhnya merasa lelah karena harus duduk dengan posisi yang sama selama berjam-jam – bersila di lantai dengan kedua tangan yang terangkat ke udara. Suaranya pun mulai terdengar serak karena terus menyerukan kalimat yang sama berkali-kali.

"Sssh... A-Aku berjanji untuk tidak keluar dari istana tanpa seijin Ayahanda lagi. Aku berjanji untuk tidak keluar dari istana tanpa seijin Ayahanda lagi. Aku berjanji—"

Mendadak. Sang putri dapat merasakan kehadiran seseorang di depannya begitu cahaya pelita yang awalnya menerangi wajahnya tiba-tiba saja terhalang oleh sesuatu. Perlahan gadis itu membuka matanya lagi, memastikan kalau firasatnya itu tidak keliru.

"Astaga."

Sang putri terkesiap. Refleks dia mundur ke belakang saat seseorang tiba-tiba saja sudah berdiri di depannya. Orang yang terlihat tak asing itu tampak menyunggingkan senyumannya padanya.

"Kita bertemu lagi, Tuan Putri," sapa sosok Night yang muncul secara tiba-tiba.

"Sepertinya bikin orang jantungan dengan muncul tiba-tiba begitu udah menjadi hobimu bahkan sejak empat abad yang lalu." Honey mengomel tiba-tiba. Menyindir Night di zaman sekarang yang berdiri di sampingnya.

Sang vampir yang sejak tadi banyak diam setelah melihat kematian ayahnya itu tampak tersenyum kecil penuh makna pada gadis itu.

Kembali ke masa lalu.

"A-Anda siapa?" tanya Eliana terlihat sangat ketakutan. Suara dan tubuhnya tampak sama-sama bergetar ketakutan karena kehadiran Night yang tiba-tiba.

"Bagaimana mungkin Anda melupakannya begitu saja? Kita baru saja bertemu siang tadi.

Wajah cantik itu tidak terlihat berpikir sama sekali. Sang putri sebenarnya mengingat wajah Night dengan sangat baik. Namun bukan itu yang menjadi masalah di kepalnya saat ini.

"M-Mengapa Anda bisa kemari? B-Bagaimana caranya Anda masuk?"

Eliana menoleh ke arah pintu. Keadaannya masih tertutup rapat. Padahal itu satu-satunya jalan masuk ke sini. Dari luar masih dapat terlihat bayangan penjaga dari balik pintu. Suara tawa mereka juga masih terdengar.

"Anda datang darimana?" tanyanya bingung.

"Tuan Putri, apakah Anda mau pergi ke suatu tempat denganku? Hanya sebentar, saya akan antarkan Anda dengan selamat lagi nanti."

"P-Pergi kemana? Ba-Bagaimana caranya? Penjaga di luar—"

Semuanya terlalu cepat. Dalam sekejap mata, belum selesai Eliana berbicara, mereka sudah berada di sebuah padang rumput di atas sebuah bukit.

"A-Astaga…."

Hal itu tentu saja lebih membuat sang putri ketakutan dan kebingungan. Tak percaya dengan yang terjadi sampai nyaris saja terjatuh karena menginjak gaunnya sendiri. Namun Night menangkap tubuhnya dengan cepat.

"Anda tak apa-apa? Apa Anda terluka?" tanya Night terkejut, memeriksa keadaan sang Putri.

"Si-Siapa Anda sebenarnya, Tuan?" tanya Eliana masih ketakutan. Mundur menjauh dari sentuhan Night.

Mahluk itu mengangkat wajahnya sejenak, balas menatap Eliana yang kini menatapnya ngeri. Kedua pasang mata itu bertemu dalam beberapa saat.

"Anda mungkin akan merasa takut begitu mengetahuinya...." kata Night pelan. "Saya berasal kegelapan, Tuan Putri. Saya tercipta dari segala jenis ketakutan dan kegelisahan. Kalian, para manusia, menyebut kami para siluman yang senang memangsa dan menghisap darah korbannya. Kudengar di masa depan akhirnya mulai ada yang menamai kami. Vampir – begitulah kalian menyebutnya…."

"S-Siluman? V-Vampir?"

Sang putri tampak membesarkan matanya terkejut. Tentu saja ia pernah mendengar legenda tentang adanya mahluk misterius yang sering memangsa dan meminum darah manusia, namun selama ini dia tidak terlalu mempercayai hal itu karena dia tidak pernah melihat bukti kebenarannya. Lalu apa pemuda ini benar-benar salah satu bagian dari mereka? Rasanya sulit untuk dipercaya. Tapi kalau bukan, apa yang bisa menjelaskan kemampuan ajaibnya ini?

"A-Apa… A-Apa Tu-Tuan membawaku ke sini agar dapat memangsaku? Anda akan menggigit leherku, lalu menghisap seluruh darah di tubuhku, memakan jantung hatiku, lalu meninggalkan tubuhku di sini begitu saja di sini?" tanya Eliana dengan suara bergetar.

Night tersenyum pahit mendengarnya. Menjadi salah satu vampir langka yang memiliki hati dan perasaan, sebenarnya ia mengalami kesulitan bertahan hidup selama dua puluh tahun hidupnya. Perasaan bersalah menyiksa setiap kali mendengar permohonan mangsanya agar tidak dibunuh, sehingga ia pun tak mampu menatap mata mereka.

Namun kali ini kegundahan itu berbeda. Dia tak pernah bermaksud menyakiti gadis ini sejak awal. Entah apa alasannya, namun sejak pertemuan mereka siang tadi Night tak bisa berhenti memikirkannya. Apalagi setelah kehilangan Ayahandanya tadi. Entah kenapa ia tak dapat menahan keinginannya untuk kembali bertemu dengan gadis ini.

"Kalau saya berkata kalau saya tidak pernah bermaksud menyakiti Anda, apakah Anda akan mempercayainya, Tuan Putri?"

Eliana tak lantas menyahut, dia hanya terdiam sambil terus menatap mata Night. Dia ingin menemukan kebohongan di kedua iris itu, namun dia tak menemukannya. Di sana yang kini terlihat olehnya adalah berupa ketulusan serta kesedihan.

"Saya tidak akan menyakiti Anda. Sungguh. Saya hanya ingin ditemani sedikit karena hari ini adalah hari yang berat buat saya."

"K-Kenapa?" Eliana bertanya dengan penasaran.

"Saya baru saja kehilangan Ayahanda saya satu jam yang lalu. Sekarang sedang berusaha meredam kesedihan di hati ini." Night tersenyum pahit padanya. Menatap Putri Eliana lagi dengan bersungguh-sungguh. "Percayakah Anda kalau saya nggak bermaksud jahat?"

Putri Eliana kembali hanya memandang mata Night.

"S-Saya percaya..." Gumaman itu terlihat sedikit mengejutkan Night. Ia terlihat tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. "Walau saya tidak mengenal Anda sama sekali, tapi entah mengapa saya mempercayainya. Perasaan saya yang berkata demikian – bahwa Anda tidak terlihat jahat sama sekali."

Senyuman lega terlihat di wajah Night. "Baguslah kalau begitu. Karena percayalah, saya benar-benar tidak akan menyakiti Anda."

***


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C26
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen