App herunterladen
5.61% Sleep Tight, Honey / Chapter 22: Kemana Harus Minta Tolong?

Kapitel 22: Kemana Harus Minta Tolong?

"Menurutku sebaiknya mulai dari sekarang kita pisah saja. Kau pergilah dari sini dan jalani hidupmu sendiri. Kembalikan hidup normalku."

Di tengah kebingungannya, hal itu terlintas di benak Honey. Saat dengan masih sedih dan paniknya dia dengan keadaan. Dengan apa yang tadi dia saksikan.

Namun Night dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Saat ini pilihan itu bukan jalan keluar yang tepat. Api sudah terlanjur dibakar dan asapnya sudah membumbung tinggi. Mereka sudah menyadari keberadaanmu, sehingga membiarkanmu sendiri malah akan lebih berbahaya. Aku tak bisa melakukan itu."

Night tidak terlalu paham perasaannya sendiri, namun rasa-rasanya ia tak bisa membiarkan Honey terluka sedikit saja. Walau ia tak yakin dengan alasannya, namun Night merasa tak bisa menerimanya. Membayangkan gadis itu akan terluka tiba-tiba membuat dadanya menjadi sedikit sesak. Mungkin alasan itulah yang tadi memancing sedikit ingatannya tentang Justin. Membuatnya langsung muncul di hadapan mereka karena Night tak mau Honey terlibat lebih jauh dengan rivalnya itu.

"Ini memang tidak mudah, tapi sepertinya kita harus terus bersama-sama, Miss Honey. Aku tak bisa meninggalkanmu sendiri. Berbahaya," ucapnya serius.

"Jadi maksudmu aku harus terus hidup seperti ini, begitu? Yang bener aja!" teriak Honey dengan nada lebih tinggi dan serak. Tak hanya itu, bahkan kali ini air mata mulai menetes di kedua pipinya. "Aku tak mau. Aku ingin kehidupanku yang lama. Kalau perlu aku akan minta bantuan pada manusia lain. Bahkan melapor pada polisi," isaknya sambil menghapus air matanya.

Seakan tekad itu telah bulat, Honey segera beranjak dari tempatnya dan berniat keluar dari sana. Sebenarnya dia tak tahu siapa yang harus ditemuinya – mungkin Hana atau Shaena – namun yang jelas dia membutuhkan sebuah tempat untuk dapat berkeluh kesah tentang ini semua. Sebuah tempat bercerita yang akan mengerti perasaannya dan membantunya menemukan jalan keluar.

Namun ketika baru keluar dari unit apartemen, ia lagi-lagi dikejutkan oleh Night yang kembali muncul mendadak di hadapannya. Sempat Honey berusaha untuk melewatinya namun kali ini mahluk itu meraih lengannya untuk menahannya pergi.

"Semuanya tidak semudah itu. Aku tak tahu apa itu polisi, namun manusia bukanlah tandingan kami. Kau lihat yang terjadi tadi, bukan? Kami bisa membuat waktu berhenti dan membuat manusia menjadi patung. Apa memangnya yang kau harapkan dengan melaporkan hal ini pada manusia? Keadaannya tidak akan jauh berbeda."

Benar. Sepertinya memang begitu. Tapi tetap saja, Honey rasanya ingin lari kepada seseorang dan mengadu tentang keanehan ini. Dia tak menyukai ini, dia sangat-sangat membencinya. Rasanya daripada harus menjadi saksi pertempuran mahluk-mahluk ini mungkin menjadi patung seperti manusia lainnya akan lebih baik baginya. Setidaknya hidupnya akan normal seperti biasanya.

"Aaargh, sialan!" Honey menepis kembali tangan Night yang terus menggenggam tangannya. Gadis itu lalu meraung keras sambil duduk begitu saja di lantai dan menangis seperti anak kecil. Dia bahkan tak lagi peduli kalau saja memang ada orang yang mendengar ratapannya. "AKU BENCI SEMUA INI. AKU INGIN KEHIDUPAN NORMALKU KEMBALI!!" raungnya keras. Kakinya menendang-nendang tanpa memperdulikan apapun untuk melepaskan rasa kesal di hatinya.

"H-Hey, jangan begini…" bisik Night kebingungan dengan reaksi itu. Berusaha membangunkan gadis itu walau yang ada dirinya ikut terkena tendangan. "Kamu bisa memancing orang lain untuk datang."

Namun Honey tak peduli. Masih saja menangis dengan sekeras-kerasnya.

"Tch, tch, ternyata walau sudah ratusan tahun berlalu Anda sama sekali tidak berubah ya, Yang Mulai. Anda selalu tak tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan baik."

Seseorang tiba-tiba menyela pembicaraan mereka. Entah muncul darimana, orang asing itu tiba-tiba menampakkan diri di hadapan mereka. Night yang dapat langsung mengenali identitas sang pendatang tampak langsung siaga. Bergerak maju beberapa langkah dan berdiri di depan Honey, berniat melindunginya.

"Siapa kau?" ucap Night memperingatkan dengan tatapan dingin. Ya benar, yang ada di depan mereka sekarang lagi-lagi adalah vampir.

Sementara Honey malah menghentikan tangisnya. Ikut menatap wajah sang pendatang, sebelum kemudian malah berdiri.

"I-Inikan pria yang tinggal di unit sebelah," ucapnya dengan nada sedikit serak dan masih terisak.

Sosok misterius itu tampak tersenyum tipis. "Suatu kehormatan karena kali ini dapat menyapa tanpa harus bersandiwara, Nona," katanya sambil sedikit menundukkan kepala seakan memberi penghormatan.

"Aku tak peduli siapa dirimu, tapi sebaiknya kau pergi. Perasaanku sedang tidak baik sekarang jadi aku tak mau meladenimu. Bukankah aku sudah meminta pemimpinmu untuk menunggu?" potong Night dengan nada tak bersahabat.

"Anda adalah satu-satunya pemimpin hamba, Yang Mulia." Lelaki itu kembali memberi penghormatan terdalam pada Night. "Saya selalu hanya berpihak pada sang pemimpin. Sebelumnya saya berbakti kepada Ayahanda Anda, namun karena sekarang kekuasaan telah berpindah kepada Anda, maka hanya Andalah raja yang wajib saya patuhi."

Night tampak keheranan. Mengerutkan dahi mendengarnya. Jadi mendiang ayahnya juga merupakan seorang raja, sebelum titah itu diturunkan padanya.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Anda mungkin tak ingat, tapi saya adalah salah satu pelayan kepercayaan keluarga Anda. Orang yang telah mengabdi pada raja terdahulu, dan telah menyaksikan Anda tumbuh dari dalam kandungan hingga menjadi raja seperti sekarang. Saya menjamin kalau Anda dapat mempercayai saya, Yang Mulia."

"Bagaimana aku bisa memegang ucapanmu?"

"Kekuatan saya tidak ada apa-apanya dibandingkan seorang raja seperti Anda, Yang Mulia. Kalau saya berkhianat bukan hal yang sulit bagi Anda untuk menyingkirkan saya."

Night melirik Honey untuk meminta pendapat. Namun tentu saja gadis itu malah lebih tak paham daripada dirinya. Kedua orang itu terlihat sama-sama kebingungan dengan keadaan ini.

"Baiklah, tapi pertama jelaskan dulu siapa dirimu dan hubunganmu denganku," Night akhirnya bereaksi lagi setelah beberapa saat.

"Seperti yang saya katakan tadi, saya adalah salah satu dari mereka yang mengabdi kepada anda dan Sang raja sebelumnya yang tak lain adalah Ayahanda Anda. Nama saya Larry. Empat ratus tahun yang lalu saya adalah seorang penasehat kerajaan serta orang kepercayaan Ayahanda anda. Saya juga merupakan orang yang melihat pertumbuhan Anda dan para Pangeran lainnya—"

"Pengeran lainnya? Jadi selain aku ada Pangeran lain?"

"Ada empat orang Pangeran kembar, Yang Mulia. Anda, Pangeran Kris, Pangeran Justin, dan yang terakhir adalah Pangeran Kevin—"

"Maksudmu Justin yang memimpin pemberontakan itu adalah saudaraku?" tanya Night terlihat sangat terkejut. Sebelumnya perasaan terancam yang dirasakannya pada Justin hanya terasa seperti seorang rival yang berbahaya, dia tak menyangka kalau hubungan mereka akan sejauh ini. Saudara kembar? Yang benar saja.

"Benar, Yang Mulia. Tapi sebenarnya hampir semua saudara Anda tidak berpihak kepada Anda. Itulah sebabnya perang saudara ini pecah ketika Ayahanda anda memindahkan kedudukannya kepada Anda."

Honey juga tampak tak kalah terkejut. Dia melirik Night yang kini tampak terdiam, Honey dapat merasakan bahwa sang vampir sedikit terguncang mendengar fakta mengejutkan itu. Tapi berbicara tentang nama saudara Night yang disebutkan tadi, Honey tertarik dengan salah satu saudara kembar Night yang bernama Pangeran Kris. Honey jadi penasaran apakah orang itu adalah pihak yang sama dengan cowok terpopuler di kampusnya.

Sepertinya Night dapat mendengar suara hati Honey itu, sehingga mahluk itu lantas melirik padanya. Honey tampak kikuk begitu bertemu mata dengan mahluk itu, jadi tak enak karena telah memperkeruh suasana.

"Tapi kalau boleh aku tahu, apa hubungan gadis ini dengan semua ini? Kenapa dia harus terlibat dalam perperangan klan kita? Dan kenapa, saudara-saudaraku serta vampir lainnya berkumpul di sekitarnya hanya untuk menunggu kedatanganku?"

Honey tampak mengangguk cepat, terlihat begitu penasaran menunggu penjelasan Larry. Rasanya kali ini pertanyaan terbesar di otaknya itu akan terjawab.

Larry tak lantas menyahut, terlihat ragu sambil menatap kedua orang itu bergantian. Hingga setelah beberapa saat ia akhirnya berkata, "Kalau masalah itu saya tidak tahu persis. Selama ini saya hanya mendengarkan cerita dari mulut ke mulut."

"Cerita tentang apa?" tanya keduanya serentak dan sama-sama penasaran.

"Saya tidak tahu pasti. Andalah yang mengetahui hal itu, Yang Mulia."

"Sudah kubilang kalau aku tak ingat apa-apa. Bagaimana bisa aku mengetahuinya?" Night mendesah dengan kecewa.

"Sebenarnya dengan kekuatan Anda, Anda bisa mengetahuinya, Yang Mulia. Anda bisa memeriksa dan mendapatkan kembali ingatan-ingatan itu."

"Apa maksudmu?" tanya Night bingung. Honey juga terlihat penasaran.

"Anda bisa membawa kita semua kembali ke masa itu, Yang Mulia. Dengan kekuatan Anda sebagai seorang Raja."

"Maksudmu kembali ke masa lalu? Ba-Bagaimana caranya?"

"Anda hanya perlu memikirkannya," jawab Larry bijak dengan senyuman penuh kesabaran. "Salah satu kekuatan terbesar dari seorang raja golongan adalah kemampuan untuk melakukan perjalanan melampaui jarak dan waktu. Hanya dengan sedikit konsentrasi, memikirkan cara untuk kembali ke sana, maka keajaiban pasti akan terjadi."

Night tampak mengangkat alisnya ragu, sekali lagi diliriknya Honey meminta pendapat. Namun melihat wajah gadis itu yang tak kalah penasaran akhirnya membuat Night semakin membulatkan tekad. Ia mulai menundukkan kepalanya, mulai mengikuti saran Larry. Berkonsenterasi dan berpikir, itu yang perlu dilakukannya, bukan?

Tak lama sebuah keajaiban kembali teradi. Keberadaan ketiga orang itu tiba-tiba saja raib dalam sekejap mata. Mereka semua menghilang dari lorong kontrakan yang sepi itu bersama dengan pintu kontrakan Honey yang perlahan tertutup dengan sendirinya.

***


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C22
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen