App herunterladen
4.84% Sleep Tight, Honey / Chapter 19: Berkenalan Dengan Pria yang Manis

Kapitel 19: Berkenalan Dengan Pria yang Manis

Setelah kuliah selama beberapa jam, Honey dan teman-temannya akhirnya keluar dari kelas.

"Hari ini melelahkan sekali. Mana dosen yang masuk juga membosankan semua. Tak ada yang seru," komentar Shaena begitu mereka melangkah keluar kelas.

Sementara itu Honey lagi-lagi terus saja berjalan di dekat Hana. Kewaspadaannya benar-benar meningkat karena ketakutan yang dia rasakan. Dia tak bisa menemukan petunjuk bagaimana membedakan seseorang itu benar-benar manusia atau jadi-jadian.

Omong-omong Jessica memang tidak menampakkan dirinya pada hari ini. Bahkan tadi ketika Hana mencoba untuk menghubungi, nomor ponselnya sama sekali tak aktif. Sepertinya memang mahluk itu sudah berhenti untuk berpura-pura di sekitar Honey karena rahasianya telah terbongkar.

'Tapi ini semakin membuatku takut. Sebenarnya apa yang akan terjadi? Jessica bilang banyak vampir yang menunggu kebangkitan Night. Kalau misalnya nanti mereka tahu kalau Night sudah bangkit di sekitarku, apa yang akan mereka lakukan?' Honey terus mempertanyakan hal yang sama sejak malam tadi. 'Apapun itu kuharap mereka berhenti melibatkanku. Kuharap mereka mengurusnya sendiri tanpa menyentuh manusia lemah seperti diriku. Sumpah, hidup dengan Night saja masih terasa sulit bagiku. Melihat Jessica kemarin juga berhasil membuatku nyaris kencing di celana. Aku benar-benar tak bisa membayangkan kalau harus bertemu mereka dengan jumlah yang lebih banyak.'

"Tapi hari ini kamu kenapa sih, Hon? Dari tadi kau terus menempel pada Hana bagaikan perangko?"

Honey tersadar mendengar pertanyaan Ariel. Tersenyum kaku pada ketiga temannya yang tampak begitu penasaran.

"H-Huh? Memang tidak boleh?"

"Bukannya tidak boleh, tapi aneh. Kenapa sih? Kau tak biasanya begini," ucap Shaena menambahkan.

Honey memutar otaknya. Dia bingung harus menjawab apa karena tak mungkin dia mengatakan kejujurannya, bukan? Kalau alasannya terus menempeli Hana seperti ini adalah karena khawatir Shaena dan Ariel merupakan soso vampir yang menyamar? Dia hanya akan dianggap gila.

"T-Tak ada. Aku hanya sedikit tak enak saja pada Hana setelah kejadian semalam. Setelah Kris mengabaikannya karena ingin bicara denganku." Honey memberikan senyuman palsu pada Hana. "Kau tak marah kan, Hana?"

Hana terkekeh sambil mengangkat bahu. "Ck, tidak perlu merasa tak enak. Kita bukan anak kecil lagi yang bertengkar karena pria, Honey. Lagipula aku tahu kalau kau tak menyukainya." Hana menyahut ringan sambil balas merangkul bahu Honey. "Lagipula kata Shaena kau ternyata sudah janjian ama cowok lain tadi malam. Apa itu benar, Hon?" tanya perempuan itu dengan nada yang menggoda.

"C-Cowok lain? Cowok lain apa maksud kalian."

"Jangan berdalih." Shaena mencibir padanya. "Semalam aku melihatmu berduaan di taman, tahu? Dia siapa? Gebetan baru?"

Sosok Justin langsung terbayang di otak wanita itu.

"Jangan sembarangan. Dia bukan siapa-siapa. Kami hanya bertemu tak sengaja dan akhirnya mengobrol selama beberapa jam."

"Tapi bukan berarti kan kamu tak naksir padanya? Orang aku lihat kok waktu kamu tertawa bahagia bersamanya. Dalam sekali lihat aku tahu kok. Aku tahu kalau kau menaruh hati padanya, Hon."

Honey terdiam. Merenungi ucapan teman-temannya.

Sekarang kalau dipikir-pikir semalam itu dia memang cukup nyaman dengan Justin. Selain memiliki kepribadian yang menyenangkan, pria itu juga memiliki hobi yang sama dengannya. Itulah yang mungkin membuat Honey betah berbicara dengannya selama berjam-jam.

Tapi untuk disebut kalau Honey telah menyukai Justin… apa ini tepat? Rasanya belum. Mana mungkin rasa suka muncul semudah itu? Teori Shaena salah besar.

"Honey?"

Belum habis lamunannya, gadis itu tiba-tiba dikejutkan oleh seseorang yang memanggil namanya. Saat Honey menoleh, sebuah senyuman kecil tanpa sadra terbentuk di bibirnya.

Astaga, ini pertanda apa? Kenapa pria yang baru saja ia pikirkan kini malah berdiri tepat di depannya? Tampak tampan dengan setelan kaos berlapis kemeja yang disempurnakan dengan jins denim di kedua kakinya yang panjang. Jangan lupakan senyuman ramah di wajahnya itu.

"J-Justin?" tanya Honey memastikan.

"Untunglah kamu ingat."

Pemuda itu tampak berjalan mendekat. Sehingga untuk sejenak berhasil membuat jantung Honey sedikit berdebar. Dia bahkan sampai mengabaikan bisik-bisik Hana dan Shaena yang terlihat tak kalah bersemangat daripada dirinya begitu melihat pemuda itu.

"Hey, bagaimana keadaan kamu semalam? Aku terus kepikiran karena kamu pulang sendirian. Tapi sepertinya semua baik-baik saja?" tanya Justin dengan penuh perhatian.

"Y-Ya… semua sudah baik kok. Terima kasih." Honey menyahut kikuk. "Tapi sekali lagi makasih ya karena kejadian semalam. Hal buruk mungkin saja bisa terjadi padaku kalau tanpa bantuanmu."

"Ck, jangan dibuat rumit. Aku senang karena dapat membantu."

Sementara di belakangnya Hana dan Shaena malah asyik saling berbisik satu sama lain. Mereka kembali dengan hobinya yang senang sekali menggoda Honey. Membuat Honey salah tingkah saja, karena Justin sepertinya dapat mendengarkan ucapan-ucapan mereka.

"Oh iya. Justin, perkenalkan, mereka ini adalah teman-temanku. Yang ini Hana, ini Shaena, dan yang satunya lagi Ariel. Kami sudah berteman sejak awal masuk kuliah dan akhirnya dekat secara alami." Honey beralih pada ketiga temannya. "Dan girls, perkenalkan juga ini Justin. Di aini adalah anak kedokteran semester empat," kata Honey balik memperkenalkan Justin pada mereka bertiga.

Orang-orang itu tampak saling bersalaman, menyebutkan nama, dan mulai berbasa-basi. Justin seperti dapat mengimbangi pembicaraan heboh Hana dan Shaena.

"Tangkapan yang bagus, Hon. Kapan lagi mendapat taksiran seorang calon dokter coba? Pokoknya jangan disia-siakan. Jangan sampai lepas kalau tak mau aku yang menangkapnya." Bisikan Hana sukses membuat wajahnya memerah. Teman-temannya ini memang ada-ada saja. Memalukan sekali kadang-kadang.

"Justin, kamu sudah punya pacar ataubelum?" Kali ini giliran Shaena yang berkicau. Temannya itu lalu senyum-senyum usil pada Honey sambil berkata, "Honey sedang tak punya pacar loh. Sudah jomblo sekitar satu tahunan."

"Apaan sih, Shaen…." Honey hampir menendang kaki Shaena karena ucapannya tadi.

"Aku juga sedang tak punya pacar kok…." Tanpa diduga Justin mengatakan hal itu. Lalu sambil tersenyum melirik Honey. "Hanya informasi aja sih, Honey. Siapa tahu aja kamu penasaran."

Shaena dan Hana kembali langsung heboh mendengar hal itu. Honey sendiri juga kaget sebenarnya. Dia tak menyangka kalau Justin tiba-tiba akan mengatakan itu. Membuatnya salah tingkah saja.

"Itu lampu hijau, Hon. Justin mungkin tertarik padamu. Jadi tunggu apa lagi. Tangkap dia." Hana kembali berbisik ke telinganya. Membuat Honey berdecak sambil geleng-geleng kepala.

Tangkap? Memangnya Justin sejenis burung yang ditangkap? Ada-ada saja.

Tapi sebenarnya kalau boleh jujur Honey tergoda untuk mengikuti ide gila dari Hana dan Shaena ini. Toh sekarang dia juga sedang tidak punya pacar. Jadi mungkin… dia bisa mencoba untuk lebih dekat dengan Justin. Siapa tahu mereka cocok, bukan?

"Jangan. Jangan lakukan hal itu!"

Honey tersentak ketika mendengar suara Night yang datang tiba-tiba. Karena tahu-tahu mahluk itu muncul dan telah berdiri di belakangnya.

"N-Night?"

Namun bukan itu masalahnya saat ini. Karena begitu Honey melihat ke sekitar, suasana aneh kini tengah terjadi. Perjalan waktu seperti dimatikan karena hampir semua orang di sekitarnya kini membeku layaknya disihir menjadi batu.

***


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen