Rasanya baru kemarin aku menerima rapot kelas XI semester satu. Namun siapa yang menduga kalau sekarang aku sudah kelas dua belas! Fantastis, benar-benar tak habis pikir dengan jalannya waktu.
"Sama gue lagi, 'kan?" Rahmad muncul, tanpa permisi dia menaruh tangannya di bahuku.
Merangkul dari samping seperti yang biasa dia lakukan.
"Kalau nggak sama kamu memang mau sama siapa lagi aku, Mad?"
Dia terbahak-bahak seakan tahu kalau aku memang tak memiliki teman lain. Kami biasanya bertiga atau berempat dengan Fano. Cowok itu terlihat dingin memang namun saat aku dalam bahaya semenjak kak Riki sudah lulus dia yang pertama kali mengulurkan tangannya.
"Nik belum datang, nih?" sindir Rahmad.
Jangan tanya Feronika. Kak Bagas sudah lulus, katanya dia malas sekolah jika bukan demi uang saku. Aku bahkan sampai dibuat pusing tujuh keliling karena tingkah lakunya yang aneh itu.