App herunterladen
27.08% Sebuah Kebohongan / Chapter 13: 13

Kapitel 13: 13

***

"apa ini..?" gumam Hikaru dengan nada yang seakan menghilang. Hikaru memegangi keningnya berharap kalau semuanya hanyalah kebohongan belaka. Hikaru memegangi matanya yang juga di perban, apa juga...sama-?

suster itu memucat dan menepis tangan Hikaru yang membuka perban nya.

Hikaru memandang kosong ke arah suster yang mengetahui sesuatu itu.

"kenapa kau menghentikan ku?" seru Hikaru dengan nada dinginnya, mata gelap yang seolah menenggelamkannya dan membuat suster itu ketakutan.

suster itu mengeleng, Hikaru mendorongnya hingga mengenai dinding, Hikaru maju dan memukul di samping wajah suster itu. suster itu menunduk, sangat ketakutan.

"kau siapa?" tanya Hikaru lagi, namun tidak ada jawaban. Suster itu menutup mulutnya dalam diam. Hikaru tidak mengerti dengan semua yang di hadapi nya, apa yang sebenarnya terjadi-?

pada dirinya...?

Hikaru mencengkram tangannya mengabaikan rasa sakit di tangannya yang mulai berdarah, "Kenapa, kalian menyembunyikan semuanya?!"

"ini demi...kau Hikaru..." bisik suster itu, Hikaru memandangnya diam.

"demi aku?", ulang Hikaru, dan dia tertawa memegangi sebagian wajahnya yang telah rusak dengan siletan. dan membekas secara permanen. tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi.

rusak seumur hidup. bahkan Hikaru tidak mengenali wajahnya sendiri, karena wajah Hikaru yang terlihat hancur dan seperti monster. beberapa rambut panjangnya yang menutupi wajahnya, Hikaru tidak akan pernah bisa menunjukkan wajahnya yang rusak.

"wajahku sudah rusak?! dan kau bilang semuanya demi aku?" tanya Hikaru, dengan tawanya yang terdengar menderita. Hikaru bahkan tidak mengerti apa yang terjadi, mereka menyembunyikan semuanya seolah dirinya tidak pantas mengetahuinya.

mengetahui tentang dirinya sendiri.

"ini semua demi kebaikan mu Hikaru, kau lebih baik tidak mengetahuinya!" seru wanita itu mendongak dengan mata berwarna ungu yang begitu indah, begitu gelap dan begitu mengerikan.

"apa kau melakukannya?" seru Hikaru lagi. wanita itu menunduk, lagi-lagi tidak menjawab apapun. Hikaru memegangi dagunya memaksa wanita itu untuk menatapnya, wanita itu menunduk, membiarkan beberapa helaian rambut kusut menutupi seluruh wajahnya.

"Apa yang kau sembunyikan dariku? kenapa kau selalu menyembunyikan wajahmu?!" seru Hikaru menyingkirkan wajah Wanita itu yang terlihat hancur. Hikaru terdiam, melihat wajah wanita yang terlihat jauh lebih parah darinya, mungkin seperti monster dan wanita itu harus menyembunyikan semuanya.

menyembunyikan wajahnya yang terlihat begitu hancur. seperti monster. wanita itu menepis tangan Hikaru, Hikaru mundur. memegangi tangannya, apa yang sebenarnya terjadi-?

"kenapa...wajahmu...wajah kita-?" bisik Hikaru dengan terbata-bata.

wanita itu bahkan tidak mampu untuk sekedar melukis senyuman di wajah nya yang terlihat begitu mengerikan.

"ini semua adalah karma dari kesalahan ku. aku pantas mendapatkannya..." seru wanita itu, wanita itu mendongak dan merapikan rambutnya hingga lagi-lagi menutupi seluruh wajahnya. terlihat jauh lebih baik, menyembunyikan semuanya. agar tidak ada yang mengetahuinya.

mereka akan ketakutan. dirinya dan orang lain yang melihatnya. mereka akan sangat ketakutan berada di dekat nya, dengan wajahnya yang hancur.

"aku.....Akahana, kau mengenaliku dulu. tidak sebaiknya kau tidak pernah mengenaliku, ...aku yang membuat Kehidupan mu begitu hancur sekarang, 'bunga merah yang indah..', hah.." Seru Hana terkekeh pelan, mendapati kalau nama itu hanyalah sekedar nama belaka. Hana memandang ke arah lantai, dimana dirinya hanya pantas berada di sana. karena telah membuat kehidupan seseorang begitu hancur.

seseorang didepannya, Hikaru.

"aku bukan lagi bunga indah, aku hanya bunga yang rusak. bunga yang layu, dan bunga yang menjijikan..., maaf Hikaru.. maafkan aku.. karena aku...telah, membuatmu Cacat..." seru Hana, dan mulai menurunkan badannya ke arah bawah dan bersujud serendahnya pada Hikaru yang ada di hadapannya.

"maafkan aku Hikaru...maafkan aku, aku tidak pantas...hiks...aku bahkan tidak pantas untuk berada di hadapan mu" seru Hana, merangkak, dan menunduk di kaki Hikaru. Hikaru menatap dalam diam, tidak mengerti apa yang terjadi. Hana memukul berkali kali dahinya dan Wajahnya ke arah lantai. merasa kalau dirinya begitu berdosa di hadapan Hikaru. bahkan hal seperti ini belum bisa sepenuhnya menghapuskan dosa besar yang dilakukannya, dosa yang akan selalu membekas. dosa yang membuat kehidupan seseorang hancur.

sehancur-hancurnya.

apa dirinya tidak pantas dimaafkan-?

tidak akan pantas. hana mengetahuinya, bahwa dosa yang dilakukannya terlalu besar membuat jijik dengan dirinya sendiri. membuat kehidupan seseorang menjadi hancur karena keinginannya.

"lebih baik aku mati.."

Hana meraih vas bunga yang jatuh, dan memegangnya dengan gemetaran. tidak mempedulikan darah yang keluar dari tangannya, Hana mengarahkan kaca itu ke arah tangannya. berharap kalau Hana akan bisa menebus dosanya dengan membunuh dirinya sendiri, dan Hikaru yang melihatnya dalam diam. melihat semua hal yang dilakukannya, mungkin jika Hikaru mengetahuinya, Hikaru akan memandangnya dengan tatapan jijik.

namun tatapan datar Hikaru, cukup membuat Hana merasa sangat berdosa. ini hal yang sangat pantas untuknya.

"maafkan..aku.., hiks..aku..aku" Hana menatap dengan ketakutan pada pecahan kaca yang seolah tidak lama akan menusuk tangannya, membuat banyak darah keluar dari sana. pecahan kaca menyentuh ujungnya, dan Hana membayangkan kejadian selanjutnya.

hana ketakutan, Hana tidak jadi merobek tangannya dan berbalik mengenggam erat pecahan itu dengan kedua tangannya merasa putus asa.

"maaf..aku takut, Hikaru...aku merasa jijik dengan diriku...tapi...aku takut mati, aku takut merasakan rasa sakit lagi.." rintih gadis itu merasa putus asa, Hana tidak berhenti menangis. untuk dirinya sendiri, untuk kesalahan yang di lakukan nya yang membuat kehidupannya hancur, bukan... kehidupan Hikaru yang begitu hancur. padahal seharusnya Hikaru bisa diselamatkan, namun dia yang membuat semuanya lebih buruk.

Hana membenci Hikaru.

alasan yang tidak jelas, hanya Karena Hana merasa iri dengan Hikaru.

dan sekarang hana menyadari kalau kehidupan Hikaru lebih menderita dari pada dirinya, penderitaannya tidak berarti apa-apa dibandingkan Hikaru.

dan dia menghancurkan segalanya.

***

Hikaru hanya diam, menatap dengan satu matanya dan wajahnya yang hancur. "aku tidak tau apa yang kau perbuat, namun aku bisa merasakan kebencian yang kurasakan padamu.." seru Hikaru dengan nada datarnya, Hana mengigit bibirnya pelan, Hikaru melanjutkan dan membantu Hana untuk berdiri, menatap dengan wajah datarnya yang begitu dingin tanpa berekspresi.

"Namun, penyesalan mu tidak akan berarti apa-apa bagiku, tidak akan ada yang berubah.. semuanya akan tetap sama, ...Hana..aku membencimu, aku harap tidak bertemu dengan mu lagi.." seru Hikaru, Hikaru mengatakannya dari dalam lubuk hatinya. Hana menangis, dan bersujud lagi sebelum pergi dari sana, Hikaru tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukannya, meninggalkan Hikaru dalam ruangannya yang sepi.

tidak ada siapapun.

Hikaru menatap ke arah jendela, yang memantulkan bayangan dirinya.

apa yang terjadi-?

membuka perlahan perban yang menutupi matanya, dan terkekeh, saat menyadari bahwa matanya rusak. Matanya tertusuk dan tidak dapat di gunakan lagi. membuatnya cacat-?

ternyata inilah yang membuat Hana begitu bersalah kepada Hikaru, dia yang membuat Hikaru menjadi cacat. dan kehilangan matanya, Hikaru memegangi mata kirinya yang sudah tidak ada.

dan wajahnya yang rusak. dirinya terlihat menyedihkan, pantas saja semua orang berusaha keras untuk menyembunyikannya dan lebih baik kalau Hikaru tidak mengetahui apapun, ternyata dirinya menyedihkan. sangat menyedihkan hingga membuat Hikaru tertawa saat melihatnya, melihat bahwa dirinya begitu menyedihkan, Hikaru tertawa. tawa yang perlahan mulai menghilang, dan Hikaru hanya duduk di atas kasurnya. memandangi infus yang menusuk di tangannya. dengan mata hitamnya yang menatap kosong.

"kebenaran itu menyakitkan" seru Hikaru, merasakan air mata yang perlahan mengalir dari matanya, dan membasahi wajahnya yang dingin.

di ruangan yang sepi. lebih baik Hikaru tidak mengetahui apapun. lebih baik, Hikaru selalu dipenuhi kebohongan daripada mengetahui kebenaran yang ternyata begitu menyakitkan, kebenaran yang menyakitinya. kebohongan yang menyembunyikannya dari kebenaran yang sebenarnya, kebohongan yang ternyata terlalu menyakitinya. bahkan Hikaru tidak mengetahui atas alasan apa dia merasa sangat sedih sekarang.

dirinya yang menyedihkan-?

atau.. kebenaran yang menyakitkan-?

Hikaru tidak mengerti apapun.

bagaimana caranya berbahagia-?

dan menerima semuanya-?

semua kebenaran yang terasa begitu menyakitkan dirinya ini--?

sebenernya kebahagiaan itu apa-?

"haha.." Hikaru tertawa lirih.

menertawakan dirinya sendiri di kamarnya seorang diri, kamar yang terasa begitu pengap dengan semua kebenaran yang dihadapinya.

benang kusut yang kini terasa begitu menyakitkan. dan Hikaru menyadarinya, bahwa rasanya begitu menyakitkan.

menyedihkan.

dirinya ini.

bahkan Hikaru tidak bisa lagi dapat merasakan kebahagiaan. kebahagiaan yang sebelumnya terasa tidak pernah ada, dan perasaannya mati rasa. Hikaru merasakan perasaannya begitu hampa. setelah mengetahui semua tentang kebenarannya, Hikaru merasakan dirinya jatuh pada kegelapan yang mendalam, namun anehnya Hikaru tidak dapat merasakan apapun. mungkin Hikaru menangisi dirinya, menangisi dirinya yang terlihat begitu menyedihkan dan Hikaru menyadari bahwa semua orang yang terlihat merasa bersalah padanya selama ini. ternyata itu adalah karena dirinya. dirinya yang selama ini tidak pernah sekalipun disadarinya.

karena dirinya yang menyedihkan.

mereka 'mengasihaninya'.

***


Kapitel 14: 14

***

bayangan hitam yang terus menerus memukuli Hikaru dalam alam mimpi yang seakan seperti neraka, walaupun Hikaru sudah remaja. Hikaru mengetahuinya dan masih ketakutan, Hikaru terpojok dengan kedua tangannya yang menahan pukulan yang terasa begitu menyakitkan. saat Hikaru melihatnya dari celah tangannya, bayangan hitam tanpa wajah itu terus menerus memukulinya. terlihat sama.

terlihat mengerikan.

"Seharusnya kau jauh lebih baik lagi, seperti kakakmu!" seru bayangan hitam yang bersuara wanita. ibunya.

seketika Hikaru merasa ketakutan, dan semua benangnya mendadak menjadi kusut. Hikaru merasakan tangannya, - tubuhnya yang gemetaran hebat.

"kau seharusnya sempurna! lihatlah keluarga kita! kita bisa mendapatkan segalanya dengan menjadi terbaik!" kata kata ibunya dengan penuh obsesi.

Hikaru ingin berbicara, namun Hikaru tidak dapat mengatakan apapun. nafasnya terasa begitu sesak, semuanya mengelap. hanya Kegelapan tanpa dasar yang bisa dilihat Hikaru.

dia ada dimana-?

bisakah Hikaru keluar dari sini-?

bayangan hitam itu berganti, entah sudah berapa lama bayangan hitam tadi memukuli Hikaru tanpa hentinya.

Hikaru melihatnya, luka-luka yang membekas. sama seperti di kepalanya, Hikaru refleks melindungi kepalanya. apa mungkin karena selama ini, Hikaru selalu dipukuli pada bagian kepalanya-?

Bruk!

Hikaru terdorong oleh seseorang, dan dia mengambil siletan dari tas. tas yang entah kenapa membuat Hikaru takut.

"ka...kak" bisik Hikaru. entah kenapa, Hikaru bisa mengetahuinya. kakaknya tersenyum, berupa bayangan hitam namun Hikaru bisa mengingatnya, siletan dan tas yang selalu sama...hal yang selalu dilakukan oleh kakaknya.

yang dianggap sangat sempurna.

"ssh.. diamlah Hikaru...kau mau membuat ayah dan ibu marah-?" bisikan yang selalu sama, selalu didengarnya.

dan membuat Hikaru bungkam.

siletan yang perlahan mendekati wajahnya, Hikaru sontak mundur, dan menepis pisau itu hingga terjatuh.

Hikaru terdiam. merasakan detakan jantung yang semakin meningkat, dan bayangan hitam itu tidak berekspresi.

dan membuat Hikaru ketakutan.

Hikaru tidak dapat bergerak.

"apa yang kau lakukan Hikaru?!" tanya kakaknya tanpa wujud. Hikaru tanpa sadar, memegangi tangan kakaknya dengan gemetaran. tertawa seraya memegangi silet yang tadinya di tepis, dan mengarahkan pada kepalanya.

apa yang terjadi-?

sakit...hentikan..kenapa Hikaru harus melakukan semua ini--?

tubuhnya tidak bisa berhenti...tolong.

siapapun, lepaskan Hikaru dari neraka ini, siapapun. tolong Hikaru dari sini....

"kakak...maafkan aku..aku aku bersalah, jangan marah padaku haha.." seru Hikaru. padahal rasanya sangat sakit, namun Hikaru tetap melukai dirinya dan tertawa seolah itu hal yang lucu.

apa yang lucu-?

apa yang Hikaru takutkan-?

Hikaru tidak mengerti.

Brak!

bayangan hitam berganti lagi. Hikaru ketakutan, Hikaru ingin keluar dari neraka Kegelapan ini. Hikaru tidak ingin tertidur jika mengharuskan Hikaru untuk terus berada dalam kegelapan ini.

kenangan masa lalu yang semula begitu jauh, kini Hikaru mengalaminya.

mungkin Karena Hikaru mengetahui kebenaran. kebenaran yang mulai menyakitinya. menghancurkan jiwanya.

bayangan hitam lebih besar tanpa wajah lagi, namun entah kenapa Hikaru bisa mengetahui siapa pelakunya. Hikaru bisa mengetahuinya, bayangan hitam yang seperti monster. dan Hikaru tidak ingin mengetahui wujudnya, karena Hikaru tidak ingin terluka karenanya, dan bayangan hitam itu seperti sebuah kegelapan. sebuah ancaman baginya.

"A.. ayah" seru Hikaru, bibirnya bergerak sendiri. bayangan hitam itu mengambil sebuah tongkat. Hikaru sontak mundur, entah kenapa Hikaru ketakutan.

sangat ketakutan.

ada berapa banyak ketakutan yang di alami Hikaru sedari tadi--?

"kenapa kau lari huh, anakku?" seru ayahnya. memukuli kakinya hingga Hikaru terjatuh, kegelapan tanpa dasar. kemanapun Hikaru pergi, hanya ada kegelapan yang selalu sama. Hikaru melihat dunia sekitarnya yang hitam, gelap gulita tanpa adanya keceriaan.

Hikaru merasa nostalgia. rasanya Hikaru pernah berada disini, untuk waktu yang sangat lama dan sendirian.

Buk!

"kau harus dihukum Hikaru!" seru bayangan hitam itu melayangkan tongkat, Hikaru tidak sempat untuk melindungi wajahnya. dan Hikaru bisa merasakan rasa sakit yang luar biasa.

seperti familiar. sering terjadi.

apakah dulu Hikaru sering dipukuli-?

"ini kasih sayang kami!" seru ayahnya, tongkat yang dirasakan menyentuh kulitnya dengan kasar. dan membuat rasa sakit yang begitu menyiksanya.

Hikaru menatap dalam diam, dengan mata yang mulai berwarna merah.

keadaan sekitar yang kini berwarna merah darah. sama seperti cipratan darah yang bertebaran. Darah dan darah milik Hikaru. tongkat yang terus menerus memukulinya tanpa jeda, tanpa henti. Hikaru tidak menyadari, bahwa tubuhnya terluka parah. Hikaru hanya menatap dengan mata yang rabun, tidak dapat melihat apapun. hanya merasakan rasa sakit yang lama kelamaan mulai menghilang.

apa karena sudah terbiasa-?

seberapa sering Hikaru diperlakukan seperti ini... seberapa sering Hikaru merasa semuanya adalah hal biasa-?

"ini cara kamu menyayangimu!"

ini bukan cinta. ini bukan rasa sayang.

Hikaru tidak menyukainya, apa...Hikaru mempunyai pilihan untuk berbicara-?

***

Hah!

Hikaru membuka matanya yang terasa begitu berat. Hikaru memegangi kedua matanya, berharap kalau matanya masih bisa melihat. keringat yang membasahi seluruh tubuhnya, kenangan yang membuatnya sangat ketakutan.

terjebak berkali-kali disana. tanpa ada jalan keluar. tanpa seorangpun. hanya ada bayangan hitam menakutkan.

Hikaru melihat ke arah dirinya yang masih di atas kasur rumah sakit, memeriksa bajunya, masih bersih tidak ada bekas luka sedikitpun. Hikaru tidak bisa berhenti gemetaran. Hikaru masih bisa merasakan betapa sakitnya di pukuli, betapa rendahnya dirinya, dan betapa dirinya yang tidak bisa melawan. Hikaru mengingatnya, tubuhnya gemetaran menahan rasa sakit yang seolah menghantamnya berkali-kali.

"Hikaru..." seru suara yang dikenalinya.. Hikaru balik menatapnya, Hikaru masih terpengaruh dengan mimpi nya dan melihat Kazuya sebagai bayangan hitam. bayangan hitam yang perlahan mendekatinya, hendak melukainya lagi-?

Plak!

otomatis Hikaru menepisnya. menatap dengan tatapan ketakutan, Hikaru harus bisa melawannya. ini bukan mimpi, Hikaru pasti bisa melakukannya, Hikaru tidak harus merasakan rasa sakit lagi.

rasanya Sangat sakit.

tidak.. tidak...jangan dekati aku.

jangan siksa aku.

"Hi-"

"Tidak!" seru Hikaru merasakan kepalanya terasa begitu pusing, dan melihat sekitar dengan keadaan gelap. sama seperti mimpi itu, semuanya terasa seperti sebuah ancaman dan Hikaru terjebak didalamnya. ruangan rumah sakit yang terlihat seperti penjara, penjara yang mengekangnya.

"Hikaru.. tenanglah ini aku!" seru suara itu. namun Hikaru tidak bisa mengetahui siapa dirinya, hanya bayangan hitam.

"kau akan menyakitiku!" seru Hikaru mundur ke arah dinding, kasur dan selimut nya yang berantakan, tangannya yang berdarah karena terlukai oleh infus yang di pakaikan di tangannya.

Hikaru memegangi kedua sisi kepalanya merasa sangat pusing dengan kenyataan dan mimpi yang menghantui nya, Kazuya terlihat khawatir namun Hikaru hanya melihatnya sebagai bayangan hitam yang berbahaya, bayangan yang akan melukai dirinya.

"tenanglah Hikaru..aku tidak akan melukaimu oke?" Hikaru tidak percaya, Kazuya berusaha menjaga jarak untuk menenangkan Hikaru. Hikaru bisa membayangkan bahwa Kazuya akan mengambil tongkat dan memukulinya.

seperti binatang. seperti barang, yang akan dibuang saat tidak sempurna.

dan Hikaru hanya bisa menerimanya.

dipukuli setiap harinya. setiap saatnya.

Hikaru menendang bayangan hitam, dan melemparkan Botol infus di dekatnya. tidak mempedulikan apapun, kasur yang berderit dan sangatlah berantakan.

"Hikaru!" Kazuya berusaha menahannya, agar botol infus tidak terjatuh.

"Diam! Diam! Diam! berisik..berisik.., kenapa...kenapa kau selalu ada disini?!" teriak Hikaru merasa cemas, matanya yang gemetaran. menciut saat membayangkan kalau dirinya akan di siksa. seperti dalam mimpi, bukan ini kenyataan. apa dia akan di pukuli lagi-?

sekarang? disini-?

"Tidak! menjauh dariku!" seru Hikaru memecahkan kaca jendela dengan gelagapan mengambil pecahan kaca dan melukai wajah Bayangan hitam, terlihat darah yang menetes. Hikaru mengeratkan tangannya lagi dan melempari bayangan hitam yang menurutnya sangat menakutkan itu.

"Hikaru..tenang! tenanglah!" seru Kazuya menampar wajah Hikaru hingga Hikaru hanya terdiam di tempat.

Hikaru tertawa, menertawakan dirinya sendiri dan mengambil benda itu hendak melukai dirinya sendiri sebelum Kazuya dengan cepat memegangi kedua tangan Hikaru agar tidak bergerak. Kazuya terlihat susah payah untuk menahan kekuatan Hikaru yang sekuat tenaga berusaha melindungi diri, tentu saja Kazuya mengetahuinya.

Kazuya menunduk. merasa sangat sakit melihat Hikaru seperti ini.

Hikaru..yang kesakitan lagi-lagi.

apa Hikaru harus mengalaminya-?

kenangan yang seperti mimpi buruk-?

"kenapa? kenapa kau melakukannya?" seru Hikaru tertawa. namun tawanya terdengar sangat hambar, matanya terlihat begitu kosong tanpa apapun.

"...", Kazuya tidak menjawab apapun. lebih tepatnya Kazuya mengetahui kalau Kazuya tidak memiliki peran penting dalam kehidupan Hikaru, bahwa Kazuya tidak akan bisa menyelamatkannya.

Kazuya yang menyebabkan semuanya bertambah buruk. mungkin saja alasan Kazuya melakukannya adalah untuk menebusnya kesalahannya, kesalahan yang membuat Hikaru kecelakaan.

kesalahan..yang membuat Kazuya harus menyembunyikan semuanya, agar Hikaru bisa merasakan kebahagiaan.

dan justru hal yang dilakukan Kazuya menyakitinya lagi. menghancurkan hidup Hikaru untuk yang kedua kalinya.

Kazuya kasihan melihatnya, Hikaru yang terlihat seperti kehilangan cahayanya.

kehilangan sinar kehidupannya.

karena kehidupannya sendiri. Hikaru kehilangan dirinya, namanya yang berarti anak yang berbahagia, dan Hikaru tidak pernah berbahagia. bahagia seolah hanyalah sebuah hal yang mustahil baginya, bahkan disaat seperti ini. Hikaru sangat menderita.

karena kebenaran tentang dirinya.

***


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C13
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank 200+ Macht-Rangliste
Stone 0 Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen

tip Kommentar absatzweise anzeigen

Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.

Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.

ICH HAB ES