Plak!!
Hilal menampar pipi Arjuna, tapi tidak terlalu keras. Dia hanya ingin meluapkan emosinya. Mungkin.
Tubuh Arjuna sedikit terhuyung ke samping karena tamparan ayahnya. Memang tamparannya tidak terlalu keras, tapi berhubung kakinya masih sakit, maka terciptalah efek seperti tadi.
"Arjun! Berani sekali Arjun bertindak tanpa sepengetahuan ayah, hah?!" Hilal berteriak, kesal. Ia sambil menunjuk-nunjuk tepat ke hidung mancung putranya.
Hilal begitu kesal. Ah, lebih tepatnya ia sangat malu pada dirinya sendiri, jadi ia butuh seseorang untuk disalahkan.
"Bertindak apa, Ayah?!" Arjuna membantah. Arjuna bukanlah seperti Yudha yang diam saja jika dituduh-tuduh. Arjuna memang paling keras kepala dan berpendirian teguh selama ini.
"Arjuna kenapa pulang tanpa sepengetahuan ayah, hah?! Ayah kelabakan nyari di rumah sakit seperti orang kesetanan tahu!!" bentak Hilal kembali.