App herunterladen
72.52% Re Life In Anime World / Chapter 197: 197.) Terima Kasih

Kapitel 197: 197.) Terima Kasih

Di rumah keluarga ku.

Jam 5 sore

Baru sampai sana.

.

"Ini apa tidak ada pesta penyambutan untuk ku gitu" ucap ku pada ibu dan ayah yang sedang kumpul di teras bersama Maika chan

"Makanan di dapur banyak, jika mau pesta tinggal ambil saja" ucap ibu

"Ayah ibu selamat sore" sapa Saki

"Sore " balas mereka berdua

.

"Aku mau menginap di sini boleh kan?" tanya ku

"Kamu tinggal di sini terus terusan pun boleh, taruh saja dulu bawaan kalian ke kamar mu" ayah menyuruh

"Baiklah"

.

Ku bawa bersama Saki, sebab kami akan mandi dulu di sini.

Di ruang tamu ada kakek dan nenek, ku sapa dulu mereka begitu pula Saki.

.

Di kamar.

"Ini kamu mau menginap sampai senin?" Saki bertanya karena saat bongkar pakaian ia menemukan seragam untuk hari senin

"Iya, memangnya kamu tidak tau?"

"Kamu tidak bilang, biasanya hanya menginap satu hari bukannya"

"Ini beda, ya sudah besok kan kamu acara, pulang saja dulu" kata ku

"Ish merepotkan"

"Ya yang suruh ikut juga siapa coba"

"Hmmm, oke oke aku yang salah karena tidak tanya dulu, ya sudah mari mandi dulu, aku sudah gerah" balas Saki

"Kamu duluan saja" suruh ku

"Eh kenapa?"

"Tidak ada apa apa, tapi kamu duluan saja"

Saki melirik ku.

"Kamu akhir akhir ini jarang menyentuh ku, terkahir mandi bersama juga setelah olahraga, ada apa dengan mu, tidak biasanya seperti ini" ucapnya

"Jujur aku sedang bosan" balas ku

"Bosan dengan ku?" tanya Saki

"Bukan, tapi bosan dengan hubungan kita" jawab ku

"Jenuh maksudnya?"

"Ya seperti itu"

"Apa aku membuat mu tidak nyaman?" Saki bertanya

"Tidak, aku hanya sedang bosan saja, makanya aku cari lingkungan baru dengan menginap di sini"

Saki duduk mendekati ku.

"Jangan pernah jenuh padaku, aku bukan yang terbaik tapi aku berusaha untuk jadi terbaik, aku duluan mandi nantinya kita temukan solusinya" ucap Saki

"Ya" balas ku

.

Setelah Saki mandi ia keluar dengan handuk yang melilit di tubuhnya.

"Sudah, mandilah" Saki menyuruh ku

"Oke" balas ku yang sedang main ponsel, sebelum masuk ku cium dulu tengkuknya

"Harum" ucap ku

Dengan wajah memerah.

"Sudah buruan mandi sana" Saki menyuruh

"Hehe baiklah"

.

Setelah mandi kumpul di teras bersama ayah ibu, namun karena mereka belum mandi, Maika di titipkan ke kami.

Hiyori datang dengan pakaian olahraga ketatnya.

Saki langsung melirik padaku agar tidak melihat si Hiyori

"Apa pakaian ku terlalu terbuka?" tanyanya

"Sangat terbuka, lagian kamu olahraga apa, pakian kurang bahan begitu" tanya ku tapi tidak menatapnya

"Yoga, tadi kan di sekolah sudah voli, di rumah tinggal peregangan" balasnya

"Saranku jangan berpakaian seperti itu, apalagi ada adik mu di sini Hiyori chan" Saki berkata

"Tidak masalah, kan kami wanita, kan Maika chan" ucap Hiyori

"Humm" balas Maika dengan dua jempol

Hiyori ikut duduk yang membuat ku bisa melihat bodynya.

Aku mencoba tenang agar tidak kena semprot.

"Buruan mandi sana, baumu kecut" ucap ku

Maika mendekatinya untuk mencium baunya

"Iya kakak bau" ucap Maika

"Sebentar, keringat ku biar habis dulu" ucap Hiyori

"Mandi Hiyori chan" Saki menyuruh dengan tatapan killer

"Hai'k" balas Hiyori cepat karena ia paham kodenya

Setelah Hiyori pergi.

"Sudah jangan marah begitu" ucap ku pada Saki

"Aku tidak marah huh" balasnya

"Kakak Saki sedang marah, tolong kamu hibur dia ya Maika chan" bisik ku pada Maika

"Serahkan padaku"

Maika menghiburnya dengan menari Jamet.

.

.

.

Jam 6.30 makan malam.

Lauknya memang sangat beragam di sini, rumah ku kalah jauh jika soal menu lauk.

Tapi soal rasa kurasa rumah ku menang.

Makan dengan tenaga, namun di sertai obrolan ringan.

Barulah setelah makan boleh mengobrol dengan bebas.

Aku mengobrol dengan ayah sementara Saki ngerumpi dengan ciwi ciwi(plus ada kakek di sana)

.

"Bagimana perkembangan perusahaan mu Haruka kun" ayah bertanya sambil main ps(mainya dengan ku)

"Lancar saja, tapi aku sekarang masih belum bisa merasakan hasilnya sebab pembangunan Shinomiya Group yang ku gadangankan masih belum selesai" balas ku

"Kamu sudah habis berapa memangnya untuk perusahaan mu yang baru itu?"

"2 triliun yen kurang dikit, aku bangun langsung ku perbagus, interior dan exterior termasuk dan tentunya peralatan di dalamnya"

"Kamu tidak buka saham tipe b?" (saham yang bisa di jual belikan)

"Tidak untuk saat ini, aku masih banyak uang, jadi tidak tertarik modal asing masuk"

"Tapi apa kamu yakin, produk perusahaan mu bisa laku?"

"Loh, kan ayah ibu ada, tinggal ikut nama selesai urusan ku"

"Yehh mau menang banyak ternyata"

"Oh ya tentu, punya orang tua yang relasinya besar perlu di manfaatkan" balas ku

"Apa kamu tidak malu, sudah sebesar sekarang masih memanfaatkan kami?"

"Loh, ngapain malu, tidak semua orang seberuntung diriku, daripada insecure lebih baik bersikap bangga, mereka bilang ini itu ya sudah, punya privilage besar itu di terima bukan malah malu, di seminar yang biasanya aku hadiri sebagai narasumber aku selalu berkata pada audiencenya, kamu tidak punya privilege malah bagus karena mental mu teruji saat mulai bisnis, tapi yang punya terimalah dan manfaatkan, orang di bawah mengatakan tidak adil, tapi sesungguhnya yang adil itu samar samar saja, mereka yang di bawah saumpama di posisi yang punya privilage belum tentu juga tidak memanfaatkannya" ucap ku

"Haha kamu benar, yang tidak punya privilege itu mentalnya sangat teruji, apalagi jika seperti ayah yang harus jatuh bangun, di bantu bukan dari kenalan tapi dari bank yang membuat tekanan kerja ayah lebih besar"

"Nah, aku awalnya kan juga tidak punya privilage pikir ku, maklum saja ku kira kalian melupakan aku, aku merintis juga kan, kerja sebagai asisten mangaka, ikut lomba logo di Nasa electric lalu jual barang(kartu pokemon dan yugiho jika ingat), eh belum sukses juga jodoh sudah datang, bimbang karena menikah atau tidak bukan tipe ku, tapi bimbang karena bisa menghidupinya atau tidak adalah tipe ku"

Ayah tersenyum

"Kamu punya apa yang kamu butuhkan sekarang, tapi jangan terburu buru, umur mu baru 16 bukan, masih muda dan seharusnya di isi dengan bermain dengan teman sebaya bukan bekerja ataupun menikah, namun inilah jalan yang kamu pilih, ayah tebak sih untuk hubungan mu pasti mencapai titik jenuh waktu dekat ini, bertahanlah, bukan untuk dirimu saja tapi untuk Saki juga jika itu terjadi" ucap Ayah yang kena tepat sasaran soal masalah ku kali ini

"Hehe sebenarnya memang sedikit jenuh yah sekarang, makanya aku coba ke sini siapa tau rasa itu hilang" balas ku

"Yang datang cepat perginya cepat, jadi hati hatilah"

"Iya yah, btw ayah kenapa bisa jago sih, aku habis di bantai 2 set" ucap ku (sedang main game pimpong)

"Jika soal game olahraga tangan jangan ragukan ayah, ayah sudah pengalaman bung"

"Bukan main hebatnya"

.

.

Lanjut ke topik selanjutnya

"Tokonya Hiyori bagaimana yah" tanya ku (sekarang main game bola)

"Toko peralatan olahraganya?" ayah bertanya balik untuk memastikan

"Iya yang itu, beberapa waktu lalu ia minta uang padaku untuk modal, tapi ketika ku tanya bagaimana perkembangannya ia hanya kata masih belum mulai"

"Ayah sih juga tidak tau, tapi tiap hari Senin, Rabu, dan sabtu ia pergi keluar, katanya ke rumahnya Ushijima untuk mengurus kerja, mungkin ia mulai bisnisnya di sana" ucap ayah

"Loh apa tidak bangun toko?" tanya ku

"Entahlah, ayah kurang tau juga, coba tanya saja ke ibumu, ia kan punya mata mata banyak"

"Aku sih sebenarnya tidak peduli dengan hasilnya, cuma aku khawatir soal uang ku yang habis bukan untuk bisnis tapi malah untuk jajan" ucap ku

"Memangnya berapa yang Hiyori chan minta"

"5 miliar yen"

Ayah ku kaget dong.

"Kamu kenapa memberikannya uang sebanyak itu, adik mu itu boros Haruka kun" (ayahnya saja tidak percaya pada anak putrinya itu)

"Ya dia yang minta, katanya saat minta ayah dan ibu tidak di kasih" ucap ku

"Eh, Hiyori bilang ingin minta modal bisnis cuma 1 juta yen ke ayah, lalu ibumu bilang cuma 1 juta yen juga, ku kira itu bisnis kecil kecilan, ternyata kamu memberinya sebanyak itu ya"

Mendengar itu Hiyori langsung ku kirim pesan.

"Kemari atau hidup mu tidak tenang" pesan ku padanya

Hiyori masih fokus ngobrol, melihat pesan masuk ia langsung membukanya.

"Wah gawat ini" ucap Hiyori dalam hati

"Jika tidak datang dalam 30 detik, akan ku katakan pada ibu soal uang yang ku berikan padamu" pesan ku lagi

Hiyori langsung bergegas menuju tempat ku dan ayah.

"Nii sama" ucapnya dengan formal

"Katakan sejujurnya kamu berbohong atau tidak soal ibu dan ayah tidak memberikan mu uang untuk modal bisnis" ucap ku langsung

Hiyori kaget karena kakaknya sudah tau rahasianya.

"Emm aku berbohong tapi sedikit" balasnya

"Hiyori, untuk apa kamu berbohong juga, jika kamu bilang pun ayah bisa memberikannya" ucap ayah

"Sebentar ayah" ucap ku menyelanya

"Lalu uang yang aku berikan kamu kemanakan?" tanya ku

"Ku buat bisnis" balasnya, tapi keringat dingin merembes banyak

"Mana buktinya?"

"Bisnisnya ku lakukan di rumahnya Ushijima Senpai"

"Penipu ya, Ushijima ku telepon katanya di rumahnya tidak ada bisnis yang di lakukan, lalu kamu keluar tiap hari senin rabu dan sabtu juga tidak pernah ke rumahnya Ushijima, kamu ketemu dengannya saja hari minggu yang artinya seminggu sekali, katakan padaku yang sejujurnya" ucap ku

Sebelum eksekusi ku telepon Ushijima untuk cari informasi.

Ayah kaget juga bahwa tau fakta itu.

Hiyori diam.

"Jawab sayang" ucap ayah

"Ku beri tahu ibu ya" kata ku

Hiyori jadi panik.

"Sebentar sebentar biar ku jelaskan dulu" ucapnya

"Jelaskan" balas ku

"Sebenarnya begini, ukhum bisnis baru ku mulai minggu depan, tapi aku sudah order barang barangnya, toko juga sudah aku beli jadi aku sebenarnya tidak berbohong soal aku mengatakan ke kakak bahwa bisnis ku belum ku mulai"

"Kamu order di mana?" tanya ku, karena ingin memastikan pengeluarnya

"Di website olahraga" balasnya dengan gagap

"Di ponsel atau laptop kamu pesannya?" tanya ku lagi

"Aduh jika di cek bisa skak mat diriku" ucap Hiyori dalam hatinya

.

Karena Hiyori yang makin panik, ku putuskan.

"Ayah, panggil ibu saja untuk menyelesaikan masalah ini" kata ku pada ayah

"Heh kakak jangan nekat begitu" ucap Hiyori sangat panik

"Makanya jawab yang benar Hiyori" suruh ku tegas

"Maaf sebenarnya aku berbohong!! Aku menggunakan uang kakak untuk belanja perhiasan, sementara ku sisakan hanya 100 juta untuk mulai bisnis, tapi bisnisnya belum ku mulai, bahkan order barang saja belum" ucapnya dengan bersujud

"Kamu panggilkan ibu" ayah menyuruh ku

Hiyori mengok pada ayah.

"Aku kan sudah berkata jujur yah" ucap Hiyori

"Panggil ibumu sekarang Haruka" ayah menyuruh ku lagi

"Baik yah" balas ku

"Tidak yah, jangan biarkan ibu ikut campur urusan ini" Hiyori memohon

Aku tetap memanggilkan ibu karena tindakan Hiyori sudah sangat buruk.

.

Ibu ku ceritakan secara sekilas langsung paham apa maksud ku.

"Ibu iq 200+ emang beda" ucap ku dalam hati

Hiyori akhirnya di sidang oleh sekeluarga, Maika tidak ikut tapi, sebab akhirnya ini akan jadi berdarah.

.

"Aku akan mengganti uang kakak, jadi jangan hukum aku bu" ucap Hiyori

"Hmm, kamu tau sayang, ibu sudah merasa bahagia ketika kamu bilang ingin mulai bisnis tapi kenapa kamu berbohong, menipu kami, bahkan kakak mu juga" tanya ibu

Hiyori hanya bisa diam, sebab jika ia menjawab berbohong agar bisa beli perhiasan tentunya ia bisa koid.

"Hukuman apa yang akan kamu berikan Haruka kun" ibu bertanya padaku

"Eh, tidak ibu yang menghukumnya?" tanya ku

"Kamu yang paling di rugikan di sini, ibu sih tidak ambil pusing soal uang 1 juta, sebab ibu yakin Hiyori masih menyimpannya, dan bisnis belum di mulai, jadi ibu anggap itu belum berbohong"

"Oh, ya sudah cambuk punggungnya saja" balas ku dengan ringan

Saki dan Hiyori menatap ku langsung.

"Berapa cambukan?" ibu bertanya lagi

"Karena uang yang ku berikan 5 m, mari mulai dengan 50 cambukan" balas ku

Hiyori melotot padaku.

"Jangan terlalu kasar sayang" Saki berbisik padaku

"Tidak masalah" balas ku

"Ibu, mana adil 50 cambukan, aku minta keringanan" ucap Hiyori memohon

"Ibu bukan lagi hakim di sini, kakakmu lah yang memutuskan" balas ibu

Hiyori langsung menghadap padaku.

"Kakak yang baik kurangi hukumnya tolong" ucapnya

"Satu pengurangan seharga 1 miliar yen, maksimal 20 cambukan pengurngan, kamu mau mengurangi berapa cambukan?" tanya ku

Hiyori kaget dong.

"Berapa?" tanya ku lagi karena Hiyori tak kunjung menjawab

"20 cambukan" balasnya

"Baiklah jadi kamu yang punya hutang ke kakak 20 miliar yen ya" ucap ku

"Jika aku meninggal akan ku hantui kakak seumur hidup" ucap Hiyori lagi

"Gk bakal mati kok" balas ku

.

Beberapa saat kemudian.

Ternyata aku yang harus mencambuknya.

"Loh tidak ibu saja?" tanya ku

"Tidak, kamu saja biar kamu juga bisa merasakan rasanya" balas ibuku

"Lah" giliran aku yang kaget

.

Ku mantapkan niat.

"Hiyori maafkan abang" ucap ku

"Jangan keras keras kak" ucapnya

"Jika tidak keras tidak di hitung" ucap ibu

.

Plak!

Satu cambukan

"Itai!!!!" teriak Hiyori

.

Plak!!

Cambukan kedua.

"Tolong berhenti sejenak" ucap Hiyori sudah menangis

.

Di lanjutkan ke tiga dan seterusnya hingga 6 cambukan akhirnya darah sudah keluar.

Aku kasihan jadinya.

"Kita sudahi saja bu" ucap ku

"Kamu yakin? Masih 24 lagi loh"

"Iya, aku sudah memaafkannya, yang penting Hiyori chan jangan mengulanginya" balas ku

Mata Hiyori berbinar.

"Huaaa kakak" ucapnya sambil memeluk ku

"Ukhumm" Saki batuk

Ku Lepaskan langsung dirinya dari pelukan ku.

"Jaga jarak, luka mu masih terbuka" ucap ku

.

Ku serahkan Hiyori ke ibu untuk di berikan perawatan, sama seperti ku dulu perawatan hanya lotion agar luka bebas kuman, bukan untuk mempercepat penyembuhan.

Jam 9 malam.

Di kamar ku

"Kamu kenapa tega dengan Hiyori seperti itu, walaupun niatnya bercanda kamu sudah keterlaluan sih menurut ku" kata Saki yang sedang mengenakan lotion malam

"Ya aku niatnya ingin membuat nya jera, dan soal uang 1 miliar yen per cambukan itu ya cari untung juga sih, kesalahan dirinya sendiri menurut ku, ia berbohong pertama, lalu yang kedua berbohong lagi ketika ku tanyai, ketiga berbohong lagi ketika ku suruh mengaku"

"Tapi ia wanita, tidak sepantasnya mendapatkan luka fisik seperti tadi, bagaimana jika ia cacat kulit"

"Derita di tanggung pelaku" balas ku

"Aku kadang khawatir Haruka kun, apa benar ini dirimu yang biasanya selalu riang dan memaafkan kesalahan orang lain" tanya Saki

Note : efek samping jadi Lucas kebawa.

"Jika bukan aku siapa lagi Saki chan, jika tidak perayaan cobalah di tes" balas ku

"Berapa tanggal kita menikah" Saki bertanya

"Senin 8 Juni 2020" balas ku

"Kapan aku ulang tahun"

"28 September, tanggal lahir mu 28 September 2005 kan"

"Kapan kamu lahir"

"6 Juli kayaknya"

"Dimana kita bertemu pertama kali"

"Di depan minimarket khusus untuk ku, tapi jika saling menyapanya di depan cafe kopi"

"Apa warna kesukaan ku"

"Biru?" tanya ku balik karena Saki biasanya mengenakan pakaian warna biru

"Apa makanan kesukaan ku"

"Aku tidak tau soal itu, tapi jika kita ke restoran kamu akan makan pancake satu lembar, mungkin itu kesukaan mu" balas ku

"Kamu normal, apa kamu sedang mendapatkan tekanan batin Haruka kun?" tanyanya

"Tidak terlalu, tapi entah kenapa aku terkadang bisa bimbang tanpa sebab"

"Hmmm aku tidak tau masalahnya, jika kamu punya masalah cerita saja padaku, aku tempat curhat sekaligus tempat mencari solusi"

"Baik baik, sudah sini mendekat padaku aku ingin mencium bau mu" ucap ku

"Sebentar, sedikit lagi selesai"

.

.

Setelahnya Saki mendekat padaku, sekarang ia di pelukan ku.

Ku ciumi kening dan pipinya.

"Aku ingin tanya, kenapa kamu tidak pensiun dini saja Haruka kun, kekayaan mu kan banyak, kerja di yt juga sudah cukup, kenapa kamu masih berniat membangun perusahaan, yang besar lagi, ya bukan kamu saja sih, ayah dan ibumu juga, apa ini kebiasaan marga Shinomiya"

"Bukan kebiasaan tapi bisa di katakan kebiasaan yang tidak wajib tapi di usahakan di lakukan, rata rata pekerja jepang itu pintar dalam hal otak, namun kurang dalam hal leadership, tujuan Shinomiya yaitu menampung orang seperti mereka, kami menciptakan tempat kerja dan jadi pemimpin utama di perusahaan itu, memajukan daerah yang kami singgahi agar rakyat bisa makmur" balas ku

"Kemakmuran rakyat bukannya sudah jadi urusan pemerintah?"

"Ya memang, tapi pemerintah itu bertindak secara pasif, mengatur tapi tidak bisa banyak ikut campur di masyarakat, maka dari itu kami ada, sebenarnya pemikiran seperti ini tidak hanya Shinomiya saja, banyak orang yang bisa juga, cuma jika mendirikan perusahaan di jepang perlu mental kuat, dari uang yang banyak serta lisensi yang mruwet banyaknya"

"Tapi kamu sepertinya b saja jika menghadapi itu"

"You look me from my cover honey, aku sebenarnya susah mencari izinnya, bahkan aku harus ikut tutor ibuku, ya walaupun akhir akhirnya pakai uang sih, tapi itu sumpah beneran susah, uang hanya mempercepat bukan menghilangkan step stepnya, lalu izin bukan hanya ketika perusahaan berjalan, tapi perusahaan akan berdiri pun harus sudah ada izin, kamu ingin juga kan aku kinta izin ke kepala desa di daerah kita untuk pembangunan" ucap ku

"Ingat"

"Nah itu perlu menunggu juga kan, bayangkan saja jika dasarnya saja harus menunggu 2-3 hari bagaimana izin yang di atasnya"

"Tapi resto dan toko pakaian tidak pakai bukannya?"

"Pakai, soal resto izin ku beli semua dan tinggal balik nama, namun soal pakaian izin ku buat ulang, dari dulunya izin mall ku buat jadi izin produksi pakian, tapi aku untungnya saat beli gedung itu aku sudah dapat izin bangunan"

"Owh aku mulai paham sekarang" ucap Saki

"Susah sebenarnya dapat izin itu, cuma ya jika sudah dapat kedepannya di mudahkan"

"Iya, btw Haruka kun, mari malam ini kita main" Saki mengajak

"Main ludo?" tanya ku

"Sex"

"Kamu yakin?" aku bertanya dulu

"Iya, aku ingin sekali malam ini" balasnya

Langsung saja ku tindih tubuhnya.

Ku cium lembut bibirnya menikmati manisnya pelembut bibir.

.

10 menit berlalu.

Sekarang Saki melakukan oral.

"Sudah sudah cukup, aku mau mengeluarkan di dalam saja" ucap ku padanya

"Eh, tidak bisa, aku dalam masa subur ini"

"Oh begitu rupanya, ya sudah, kamu bawa pengaman?" tanya ku

"Bawa di tas ku"

"Oke ku ambil dulu"

.

Buka kotaknya, di dalam ada 6 biji, robek satu lalu pasang.

Tinggal colok dah.

.

Pompa pompa dan pompa.

Critt

Saki sudah lemes.

Maklum sih sudah ronde ke 4.

"Sebentar istirahat dulu" ucapnya

"Baik" balas ku yang sudah kelelahan juga

.

Istirahat sekalian lanjut tidur karena sudah jam 12 malam juga.

.

Sabtu 17 Oktober

Pagi pagi setelah sarapan Saki dan Hiyori pergi sesuai janji pergi dengan teman sekelas.

Sementara diriku ngobrol dengan kakek dan nenek, ada juga Maika, ayah ibu pergi kerja dan pulang jam 10 pagi nanti.

"Kakek dan nenek apa yang mengurus Maika chan ketika ibu dan ayah kerja?" aku bertanya

"Iya, itupun jika hari sabtu atau minggu, jika senin sampai jumat kan Maika chan sekolah" balas nenek

"Hey kak lihat, ini namanya anjing" ucap Maika menunjukan plastisin berbentuk anjing

"Hebat, ini untuk kakak?" tanya ku

"Tidak" balasnya

"Hmmm dasar my imotou"

.

.

Jam 8.30 pagi.

"Mandi dulu Maika chan" suruh ku pada Maika yang sedang main di halaman

"Eh sudah waktunya"

"Iya sudah"

"Baiklah"

.

Ku Mandikan dia, ku pakaikan pakaian yang ia pilih.

"Terima kasih" ucapnya padaku

"Sama sama, sana main lagi tapi jangan yang kotor kotor" balas ku

"Siap bos"

.

Jam 10 pagi ibu pulang namun ayah belum.

"Haruka, tolong ambilkan ibu air" Ibu menyuruh

"Es atau biasa?"

"Biasa saja"

"Oke"

Sebagai anak harus sadar kewajiban, salah satunya patuh.

.

.

Ku datang dengan segelas air biasa.

Ibu menerimanya.

"Huh gerahnya di luar" ucap ibu

"Ibu tidak di kantor memangnya?" tanya ku

"Hari ini tidak, ibu ada kunjungan ke panti tadi, beri sumbangan dan sekalian meliput di program acara peduli sesama" balasnya

"Owh"

"Kamu tidak mengurus perusahaan mu memangnya? Jangan sampai bangkrut jika bisa"

"Kan jika bangkrut ibu ada, tinggal ibu akuisisi nanti" balas ku

"Gak mau, ibu sudah terlalu sibuk mengurus 6 perusahaan"

"Berikan saja ke Hiyori yang tidak terlalu susah, biar dia belajar juga"

"Ibu tidak bisa mempercayainya, ia itu cerdas tapi kurang di etika, apalagi kejadian kemarin itu, membuat ibu tambah tidak mempercayainya"

"Jangan begitu, Hiyori kan tetap anak mu bu, ia pernah salah, orang tua juga, ia pernah baik orang tua juga, soal jumlah entah siapa yang menang, tapi kita kan masih terikat akan hubungan keluarga, maafkan saja toh dia itu baru Abg" ucap ku

"Kamu berkata seperti orang dewasa saja, apa karena pernikahan mu, kamu bisa menemukan apa artinya jadi dewasa?"

"Aku sadar bukan setelah menikah, tapi sebelum menikah, apalagi setelah di usir dari sini"

"Maafkan ibu untuk saat itu"

"Tidak masalah, jikalau itu tidak terjadi pasti aku tidak akan jadi yang sekarang"

Ibu duduk di samping ku.

"Kamu anak baik sebenarnya, cuma mungkin dulu ibu salah mendidik, ibu juga jarang ada waktu untuk kalian berdua, ibu ingin menebusnya sekarang namun sepertinya sudah susah" ucap ibu sambil mengelus rambut ku

Ku pegang tangannya.

"Aku sejujurnya tidak masalah untuk saat ini, mungkin dulu egoku yang lebah besar, anak orang kaya dan boleh semena mena dengan apapun, mumpung Maika chan masih kecil didiklah ia dengan kasih sayang, soal aku dan Hiyori lewatkan saja, kami sudah paham akan hal itu" ucap ku

"Kamu tolong ajarkan Hiyori chan ya" suruh ibu

"Aku menyerah soal itu bu"

Next..


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C197
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen