"Segera masukan foto itu ke dalam plastik album Haruka kun!!"
"Kan sudah ku beritahu kalau di paksa bisa sobek"
"Potong saja pinggiran fotonya agar jadi lebih kecil ukurannya"
"Oke aku ambil gunting dulu"
"Cepat sana"
Saat Saki di tinggal ia melihat foto kebersamaan kami mulai dari pamer cincin pernikahan, foto bersama setelah menikah, foto di restoran Hinako, saat di kampung halaman Saki juga ada, serta saat Haruka terbaring di rumah sakit.
Semua moment di abadikan di foto berwarna ini.
"Hmmm aku bersyukur tuhan atas rahmat mu yang mempertemukan aku dengan Haruka kun, terima kasih atas takdir yang sudah kamu kamu tentukan untuk aku ini" ucap Saki pelan
"Kenapa kamu senyum senyum sendiri" tanya ku saat melihat Saki senyum senyum tidak jelas
"Lihat foto mu ini saat di kampung halaman ku"
Ku lihat fotonya, foto itu melukiskan diriku yang sedang memakan tomat ungu, dengan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa masam di makanan.
"Siapa yang memfoto ini?" tanya ku
"Kurasa ibuku"
"Singkirkan itu dan masukan di album pribadi saja"
"Tidak tidak masukan di album umum saja biar yang pinjam nanti tertawa"
"Jangan sayang, apa kamu mau suami tercinta mu ini di tertawakan oleh orang lain?"
"Mereka tertawa bahagia kok jadi gpp"
"Ish dasar"
.
"Sudah habis fotonya?" tanya ku
"Sudah"
"Baguslah ini album ke foto ke 3 kita loh, padahal kita baru menikah 3 minggu ini" ucap ku
"Mari buat kenangan yang tak terlupakan sayang" ucap Saki lalu mencium pipiku
"Tentu Saki chan, ini albumnya mau di namai apa?"
"Namai saja yang kesannya menyenangkan"
"Happy Day With You?" tanya ku
"Jangan, kita pakai saja nama seperti judul film india yang pernah kita tonton, tapi dalam bahasa jepang"
"Kisah cinta yang sudah di takdirkan oleh tuhan?"
"Umm"
"Oke akan ku tuliskan"
"Ini indah" kata Saki
"Ini normal tulisannya"
"Maknanya yang indah Haruka kun"
"Oh"
"Haruka kun jika aku tidak bersama kamu nanti sampai di masa tua, kamu tidak perlu khawatir untuk mencari pasangan yang baru"
"Eh kamu sakit parah memangnya?" tanya ku agak khawatir
"Ya tidak, tapi jikalau memang terjadi kamu jangan terlalu bersedih atas kepergian diriku"
"Kamu ngomong apa sih, hidup yang ngatur tuhan, kamu berpesan saat akan meninggal saja, jangan langsung di katakan sekarang"
"Dasar suamiku tidak tau suasana"
"Suasananya kamu bikin melakolonis sih"
"Ayo sabtu pagi kita pergi ke tempat wisata lagi Haruka kun"
"Eh biasanya tidak mau, kemarin kemarin saja waktu ku ajak kamu lebih memilih berduaan di rumah"
"Itu kemarin, sekarang beda"
"Dasar wanita makhluk yang susah di mengerti" pikir ku
"Ke kebun binatang mau?" tanya ku
"Jangan, kita pergi saja ke tempat wisata yang ada wahana bermainya"
"Oh kamu maksud taman bermain Miyagi di sendai?"
"Iya itu yang aku maksud"
"Sayangnya sabtu pagi kan kita persiapan bukan toko pakaian" ucap ku
"Bukanya hari minggu?"
"Ya rekrut karyawannya kan sabtunya"
"Jika begitu tidak jadi ya?"
"Hey jangan bersedih Saki chan, hiburan kan bukan hanya di taman bermain, kita bisa pergi ke pasar malam di Shiratorizawa kan?" ucap ku
"Disana ada wahananya juga?"
"Ada, tapi hanya beberapa, mungkin bianglala, komedi putar, naik kereta, dan tong setan"
"Kita pergi ke sana saja jika begitu Haruka kun"
"Baiklah, maunya hari apa?"
"Jumat saja"
"Baiklah nanti jumat jam 7 malam kita berangkat ke sana"
"Umm"
Jam 10 malam
"Saki chan ayo tidur, mengerjakan tugas sastranya besok lagi"
"Sebentar lagi, ini hampir selesai kok"
"Ini masih di kumpulkan setelah liburan musim panas" ucap ku
"Memangnya kamu ada waktu saat liburan musim panas?"
Aku berpikir sejenak, awal liburan adalah antara tanggal 25-30 Juni , lalu libur sampai 31 Agustus, acaraku ada voli, Ateltik, Nikahan, dan hanya tersisa tanggal 16-30 itupun bakal terpotong liburan kami sebagai pengantin baru.
"Tidak ada" balas ku
"Makanya jika ada tugas langsung di kerjakan saja Haruka kun"
"Huhhh kamu tidak memberikan aku pilihan Saki chan" ucap ku lalu ikut melanjutkan tugas sastra jepang
Jam 10.20
"Akhirnya selesai" ucap ku
"Bagulah ayo kita tidur sekarang Haruka kun"
"Baik sayang"
.
"Pasta gigiku habis, minta punya mu Saki chan"
"Ini rasa mint memang kamu suka?"
"Tidak jadi jika begitu"
"Tuang air ke dalam wadah pasta giginya saja, lalu di kocok dan airnya di masukan ke mulut sambil menyikat gigi" saran Saki
"Ah benar juga ya, di dalamnya masih ada sisa pasti"
.
"Selamat tidur Haruka Kun"
"Selamat tidur juga Saki chan"
"Kecupan dan pelukannya mana"
"Cuph"
Ku cium keningnya lalu ku peluk seperti biasanya.
Kamis 17 Juni, jam 6 pagi
Kali ini aku yang bangun duluan, ku bangunkan Saki dengan memgoyangkan pundaknya.
"Ugh sudah jam enam ya?"
"Iya sayang, cepat bangun dan mandi dulu"
"Iya sebentar"
Aku bangun duluan dan masuk kamar mandi untuk mandi.
"Haruka kun kok di tinggal sih" teriak Saki dari luar
"Katamu sebentar jadi ku tinggal mandi juga sebentar"
"Buka pintunya aku mau masuk"
"Tidak di kunci kok"
Saki mencoba membuka namun tidak bisa.
"Ini terkunci Haruka kun"
"Masa?" saat ku lihat memang benar aku menguncinya
"Maaf maaf aku lupa jika menguncinya" ucap ku
"Sudahlah ayo segera mandi saja"
"Oke"
.
"Karenya sudah habis?" tanya ku karena Saki mulai memasak selepas berganti seragam
"Ya belum, tapi aku ingin membuat selingan saja untuk menu makanan"
"Kenapa repot repot buat jika masih?"
"Begini Haruka kun teorinya kenapa kamu ingin makan surabi padahal ada bakso yang keduanya sama sama makanan?"
"Ya sebab aku suka"
"Nah itu jawabannya, sebab aku suka dan tidak menganggap ini hal yang merepotkan"
"Oh tidak usah pakai teori pun jadi Saki chan"
"Maaf maaf biar ada gregetnya jika aku bilang ada torinya" ucap Saki sambil tersenyum
"Inilah surga dunia, melihat istri tersenyum manis" pikir ku
"Kamu duduk saja sana, paling 5 menit lagi selesai"
"Kamu masak apa memangnya?"
"Ini hanya oseng tahu dengan buncis"
"Oh yang pakai kecap itu?"
"Iya"
.
"Selamat makan" ucap ku sambil menyatukan kedua telapak tangan ku
"Mmm, ini lumayan untuk makanan cepat saji" ucap ku
"Umm ini sudah cukup enak" komentar Saki
"Nanti kamu langsung pulang atau mampir Restoran dulu Saki chan?"
"Nanti aku di suruh ibu untuk mampir ke tokonya"
"Untuk apa?"
"Katanya ibu mau belanja untuk hadiah pernikahan kita, dia mengajak ku, karena dia tidak tau kesukaan ku dan kamu"
"Oh memangnya kamu tau apa kesukaan ku?"
"Kesukan mu kan hanya makanan enak dan pakaian yang tidak bikin gerah"
"Bukanlah" jawab ku
"Lalu kamu mau menjawab komputer?"
"Ya tidak juga, tapi ya itu memang salah satu kesukaan ku"
"Tenang saja pokoknya, yang ku pilihkan pasti kamu suka Haruka kun"
"Hmmm baiklah aku percaya saja"
"Sudah selesai belum makannya?" tanya Saki
"Baru juga mulai" balas ku
"Ya tolong di percepat, ini sudah jam 6.40"
"Kamu mau yang menyetir?"
"Iya dong aku mau menyetir mobil lagi, brom brom"
"Mau mencoba sendiri tanpa ada aku di samping?" tanya ku
"Tidak mau"
"Bukanya kamu sudah bisa?" tanya ku
"Sudah tapi jika ada kamu di samping ku aku lebih merasa tenang dan fokus"
"Idih kamu sekarang yang gombal ya Saki chan"
.
Jam 7 kami sampai di restoran.
Seperti biasa restoran sudah buka karena ada pesanan makanan pagi.
"Pelan Saki chan dan.. Stop" ucap ku
"Bukanya kurang agak maju?" tanya Saki
"Tidak usah, nanti kebablasan yang penting ekor mobil tidak menyentuh pintu garasi"
"Ou,.. Mari turun jika begitu"
"Eh jangan asal di tinggal" ucap ku
"Apa lagi memangnya?"
"Rem tangannya di tarik Saki chan"
"Ah aku lupa, maaf maaf"
Selang beberapa menit di samping kami datang Shindou dengan motor barunya.
"Kamu sudah beli motor Shindou?" tanya ku
"Sudah, lumayan motor cubnya hanya 10rb yen" balas Shindou
"Huh murahnya, apa aman motor hanya 10rb yen?" tanya ku
"Entahlah, pemilik reparasi mengatakan motor ini sebenarnya juga bekas kecelakaan namun kondisi motornya tetap bagus, jadi aku ambil saja urusan kecelakaan sebelumnya aku tidak peduli yang penting aku hati hati"
"Astaga motor dari anime Super Cub" pikir ku
"Kenapa kamu tidak beli moto yang ada boncengannya Shindou san?" tanya Saki
"Ya boncengannya kan kotak ini, jadi cukup, lagian motor ini kan hanya untuk keperluan pekerja bukan untuk jalan jalan"
"Baiklah, nikmati waktu mu kami mau berangkat dulu ke sekolah"
"Tentu Haruka san Saki san bye"
"Bye" ucap kami berdua
Kami masuk kelas dan sudah banyak anak yang ngerumpi gosip.
"Ada apa ini Hinata?" tanya ku
"Kamu belum dengar beritanya?"
"Belum, memangnya ada apa?"
"Nobara Kugisaki akan pindah ke sekolah di Tokyo"
"Hari ini perpisahan?"
"Iya, hari ini dia akan perpisahan dengan kita"
"Astaga aku tidak bawa hadiah" ucap ku
"Tenang, aku juga tidak, tapi untungnya kemarin Komi san dan Tadano kun membelikan hadiah untuknya dari kas kelas"
"Hmm itu hadiah bersama dan kurang berkesan" ucap ku
Aku berpikir ulang apa yang aku bawa di tas ku yang mungkin bisa aku berikan padanya.
"Ah ada sarung tangan anti air kurasa" ucap ku pelan lalu ku cari di tas
"Syukurlah ada" ucap ku
Guru datang bersama Nobara Kugasaki
"Mungkin dari kalian sudah ada yang tau bahwa Kugasaki san akan pindah hari ini ke SMA jujutsu di Tokyo, maka dari itu sensei ingin kita dan Kugasaki saling berpamitan, sensei harap tidak ada tangis" ucap Minami yang sudah memerah matanya
"Kugasaki san silahkan bicara dulu" suruh Minami sensei
Kugasaki maju satu langkah.
"Teman teman ku, aku Nobara Kugasaki mohon pamit, maaf jika aku punya salah pada kalian dan ku harap kalian memafkan aku, kita hanya berpisah jarak jadi aku mohon pertemanan kita tidak berkahir di sini" ucap Kugaski yang sudah meneteskan air mata
Minami datang dan menepuk pundak Kugasaki.
Komi san berdiri.
"Saya selaku perwakilan kelas ini, kami mengizinkan kamu pergi Nobara chan, mungkin pertemuan kita singkat, tapi aku mohon sebagai ketua kelas di sini jangan lupakan kami juga"
Para wanita sudah mewek dan mulai maju ke depan untuk memeluk Kugasaki.
"Aku boleh ikut?" tanya Tadakuni
"Jangan coba coba Tadakuni kun" ancam Yachi
Tadano maju ke depan dan memberikan bingkisan yang entah apa isinya.
"Ini hadiah perpisahan dari kami sekelas, mungkin tidak seberapa tapi aku harap ini berkesan padamu Kugasaki san"
"Terima kasih"
Aku maju kedepan di sertai para laki laki yang lain.
"Mohon di terima kenang kenangan dari ku Kugaski san" ucap ku sambil memberikan sarung tangan
Lalu Chika Takaoka dan Hozuki yang memberikan bingkisan, Ayumu yang memberikan jimat keberuntungan, Mimasaka yang memebrikan foto kenangan yang sempat terpotret oleh kamarnya, Fubuki dan Oreki yang memberikan buku novel, Momata yang memberikan jepit rambut, lalu 3 wiro sableng kelas memberikan gelang olahraga.
"Eh para siswa memberikan hadiah, kenapa kalian tidak bilang bilang!" teriak Hinata
"Kamu yang tidak peka Hinata" ucap ku
"Sialan, tunggu sebentar aku akan membelinya di koperasi" teriak Hinata
Beberapa menit kemudian Hinata kembali dengan membawa sapu tangan.
"Mohon terima Kugasaki san maaf untuk yang tadi" ucap Hinata
"Um tidak apa Shoyo san"
Kami berpamitan untuk yang terakhir kali.
"Sampai jumpa semuanya" ucap Kugasaki
"Sampai jumpa Kugasaki san" ucap kami semua
.
Kepergian Kugasaki masih membekas di kelas, para wanita masih bersedih sementara yang laki hanya bisa diam.
"Sensei akan pamit undur diri juga karena ini bukan jam pelajaran sensei, kalian jangan terlalu larut bersedih, sensei tidak ingin mengatakan bahwa perpisahan itu hal yang biasa, namun kalian pasti akan mengalaminya, contohnya saat ini"
"Terima kasih Sensei" ucap kamu semua
Sensei keluar kelas sampai bel pelajaran pertama selesai Yuki sensei tidak mengajar, kami pun segera berganti pakaian dan menuju ke lapangan karena ini sudah masuk jam olahraga.
Kami di kumpulkan bersama.
"Sensei akan menghibur kalian yang sedang bersedih, mari kita mainkan permainan antonim kata tapi dengan gerakan"
"Maksudnya sensei?" tanya Tadano
"Jika sensi mengatakan kanan kalian melompat ke kiri, jika sensei katakan depan kalian mundur, agar lebih seru maki kita bagi menjadi 5 kelompok yang barisan mengular ke belakang"
Kami segera mengikuti arahan sensei.
"Kalian pegang pundak teman yang du depannya dan mulut harus teriak loh ya"
"Oke sensei"
"Kanan" x "Kiri" tapi sudah ada saja yang gagal gerak ke kiri
"Maju" x "Mundur" oke masih 4 kelompok
"Maju Kanan" x "Mundur Kir.."
"Ah maaf maaf" ucap Tadakuni yang gagal terpaksa kelompok ku gugur
Permainan berlanjut hingga sekarang yang tersisa hanya tinggal kelompok putra yang di pimpin Tadano
"Horee kita menang" teriak Hinata bangga
"Ahh sial kurang sedikit lagi padahal" ucap Hozuki
"Sudah sudah jangan menyalahkan bagi yang kalah dan jangan sombong bagi yang menang, kita di sini untuk senang senang saja, sekarang berkumpul lagi" ucap Yamato sensei
"Baik sensei" balas kami semua
"Pelajaran kali ini kita akan melakukan penilaian daya tahan tubuh, mulai dari push up, sit up, scout jump, dan yang terakhir pull up, kalian mau nya laki laki dulu atau perempuan?"
"Perempuan sensei, kami sudah minggu lalu yang duluan lari" ucap Tadano
"Baiklah putri akan duluan, yang laki laki silahkan kalian boleh bermain dulu"
Jam pelajaran Olahraga memang yang paling menyenangkan.
Saat giliran ku main aku tidak mengeluarkan secara penuh daya tahan ku, aku hanya push up 30 kali semenit lalu sit up 20 kali semenit scout jump 10 kali semenit dan pull up 2 kali saja.
"Sensei memaklumi kamu Haruka kun" Ucap Yamato sensei
Note : alasan tidak mengeluarkan secara penuh daya tahan adalah agar otot tidak terlalu ngilu setelah di paksa bergerak, contohnya scout jump jika di paksakan pasti paha yang jadi kena, jika pull up dan push up lengan yang kena, jika sit up perut yang mungkin jadi kram.
Hinata pun ikut ikut aku karena dia juga atlet berusaha semampunya saja dan ingat porsi yang cukup apalagi sebentar lagi kita akan menghadapi kejuaraan festival musim panas.
Jam pelajaran olahraga berakhir.
Dilanjutkan dengan mapel biologi yang hanya di isi penjelasan mengenai makhluk ber sel satu.
"Hinata Shoyo coba jawab pertanyaan ibu jika benar poin tambahan untuk mu, kita mengenal amuba itu juga makhluk bersel satu, pertanyaan ibu bagaimana cara mereka berkembang biak" tanya Totsuka sensei
"Apa jawabnya Haruka kun?" tanya Hinata pelan padaku
"Aseksual" bisik ku
"Aseksual sensei"
"Benar tapi apa yang dimaksud aseksual di sini?"
"Membelah diri?" jawab Hinata tapi nadanya bertanya
"Benar sekali, lain kali kalau menjawab jangan malah balik tanya Shoyo san"
"Baik sensei" balas Hinata
"Lalu Haruka Shinomiya"
"Iya sensei saya"
"Menurut kamu mengapa protista tidak bisa di kelompok dalam hewan atapun tumbuhan"
"Sebab protista itu makhluk hidup yang sifatnya hanya menyerupai seperti hewan atapun tumbuhan"
"Lalu apa alasanya kok bisa protista itu di katakan juga ada yang mirip jamur?"
"Untuk jenis protista itu ia berkembang biak yang hampir sama dengan jamur pada umumnya yang menyebarkan spora"
"Kamu benar terima kasih atas jawabannya"
"Terima kasih sensei"
(Yang gurunya pernah coba cara di atas pasti yang di tunjuk auto senam jantung)
Jam Biologi selesai dilanjutkan dengan matematika peminatan.
Logaritma.
"Aku paling kesal dengan materi ini" ucap ku pelan
"Aku malah benci matematika" bisik Hinata
Pelajaran untungnya normal, hingga akhir pelajaran aku bisa mengikuti namun jujur aku tidak terlalu paham.
Asap keluar dari kepala Hinata.
"Hinata kepala mu terbakar!" teriak Ayumu
"Tenang, ini hanya over limit daya tampung otak ku" balas Hinata
"Nanti ada latihan kalian berdua?" tanya Mimasaka
"Benar juga, kami ada latihan voli, ayo Haruka kun kita gas"
"Tunggu sebentar aku ingin ngobrol dengan Saki"
"Baiklah aku tunggu di gedung kalau begitu, Ayumu Mimasaka aku berangkat dulu bye" ucap Hinata
"Dasar baru di bilang malah cabut duluan" ucap Mimasaka
"Aku juga ada klub karate, aku duluanya ya" ucap Ayumu
"Astaga aku di tinggal sendiri, pulang saja deh"
.
"Saki chan nanti aku jemput di kantor ibumu atau kamu kembali ke restoran?"
"Nanti akan ku kabari saja, aku belum tau kapan pulangnya"
"Baiklah kalian nanti hati hati ya"
"Iya Haruka kun"
"Aku berangkat voli dulu, bye" ucap ku
"Iya"
"Wahh enaknya jika punya suami yang bisa antar jemput" ucap Yukana
"Ya kamu coba saja Yukana san, yang penting cari suami yang bertanggung jawab" balas Sak
"Hampir tidak mungkin ada Saki chan"
"Ada kok, cari saja dulu siapa tau ketemu, sudah ya aku mau balik dulu bye"
"Bye Saki chan"
Di gedung olahraga.
"Sensei ada kabar buruk untuk kalian"
"Apa itu sensei?" tanya Daichi
"Sabtu dan minggu kita terpaksa gagal menginap di sekolah sebab perubahan mendadak festival ulanh tahun sekolah" ucap Takeda sensei
"Ukai sensei menyarankan kita bisa berlatih di kediaman kakeknya tapi masalahnya jaraknya yang terlalu jauh dari sini, apa kalian setuju?" sambung Takeda sensei
"Haruka kun katakan lah" ucap Tanaka
"Maksud mu apa?"
"Itu rumah mu kan ada tempat voli"
"Oh kamu berniat menginap di rumah ku?"
"Umm Umm"
"Maaf tidak boleh" balas ku
"Ehhhh" teriak Tanaka tanpa sadar yang membuat semua orang menoleh pada kami
"Tenang aku hanya bercanda Tanaka hahaha"
"Sensei aku sarankan menginap di rumah ku saja, di sana aku punya lapangan voli cuma kurang bolanya saja, jaraknya pun tidak terlalu jauh, paling hanya 5 menit dari sini, itupun jika yang lain setuju"
"Kami setuju" teriak mereka bersamaan
"Dasar kalian ini" ucap Ukai sensei
"Tapi aku di sana tidak memperbolehkan kalian tidur di kamar, hanya wanita dan sensei saja yang boleh, apa kalian menerimanya?"
"Kami terima"
"Baiklah, datanglah jumat jam 6 tepat ya"
Masalah terselesaikan.
"Baiklah karena masalah sudah beres, tinggal kalian nya yang sensei sarankan membawa alat tidur masing masing"
"Baik sensei"
Kami mulai pemanasan lalu latihan seperti selasa kemarin yaitu strategi, kali ini tanpa taruhan sebab kami mencoba strategi baru.
Contohnya operan tipuan depan belakamg, tipuan operan belakang setter, tentunya juga berlatih kemampuan individu.
"Haruka kun katakan padaku kenapa aku selalu gagal menahan servis mu?" tanya Raiki yang ternyata masih bingung
"Kamu tidak perlu menahan, lebih baik fokus mencoba untuk tidak membuat kesalahan, urusan bola jadi change ball bukan perkara utama, yang utama ya tidak membuat kesalahan"
"Maksudnya walaupun aku membuat change ball ke musuh itu sudah tindakan yang di benarkan?"
"Betul sekali Raiki kun, servis Haruka memang ganas, jikalau kita bertemu dengan lawan sepertinya lebih baik fokus tidak membuat kesalahan dulu" ucap Daichi
"Umm baik akan ku coba"
"Asahi san ajari aku servis yang keren ala ace" ucap Ennoshita
"Eh kenapa aku, bukankah lebih baik Haruka?"
"Dia sedang sibuk di sana"
"Oh baiklah lalu apa yang ingin kamu minta aku ajarkan?"
"Pukulan keras yang menukik tajam seperti Haruka juga"
"Oh jump serv pendek?"
"Iya"
"Lakukan seperti ini saja, kamu latihlah tulang belikat mu dengan push up boleh, pull up boleh tapi jangan terlalu keras, yang sedang namun rutin dan bertahap naik, aku dengan itu sih atas saran Haruka juga bisa membuat pukulan bola jadi lebih keras"
"Lalu untuk lomptanya?"
"Lompatan khusus serv ini harus tinggi dalam melempar bola agar kamu punya ancang ancang namun aku sarankan jangan terlalu tinggi juga sebab jika terlalu tinggi bola kan jatuh ke bawah dengan cepat, jadinya yang sedang sesuaikan dengan lompatan mu"
"Baik akan ku coba tolong di lihat Asahi san"
"Baik akan ku lihat"
Ennoshita melempar bola ke atas tinggi namun gagal karena bola terlalu maju.
Di coba lagi namun gagal karena bola terlalu rendah saat di pukul.
"Berhenti Ennoshita kun, akan ku sarankan lagi, lompatan maksimal mu kan 3,4 meter, kita buat pukulan antara 3,1-3,3 meter, kira kira lah bola di pukul saat itu" ucap Asahi
"Umm"
Ennoshita mencoba saran dari Asahi
Boom!
Bola terpukul keras dan mengkagetkan kami yang mendengar karena jujur saja pukulannya keras.
"Jangan pukul seperti itu Ennoshita kun, itu merusak bola dan dapat melukai tangan" ucap Ukai sensei yang ternyata sedari tadi memperhatikan
"Maaf sensei akan ku coba kembali"
"Kamu kemari dulu"
"Baik sensei"
Setelah beberapa arahan dari Ukai sensei akhirnya Ennoshita sudah agak mampu dengan servis itu.
Tanaka dan Kazuhito yang tidak mau kalah minta ajar padaku.
"Begini posisi memukulnya?" tanya Tanaka
"Kepala mu jangan lurus, agak miringkan ke kiri jika pukulan mu dengan tangan kanan" balas ku
"Lalu pukulan kami sebaiknya di lakukan di titik berapa Haruka kun?" tanya Kazuhito
"Lebih baik sih saranku lebih dari 3,2 agar lintasan bola lebih bisa menukik"
"Baik akan ku coba" ucap Tanaka dan Kazuhito
Sementara mereka mencoba Hinata juga sedang berlatih quick dengan Kageyama dan Suga, sensei mau tau batas lompatan Hinata sampai berapa banyak.
"Stop ini melelahkan biarkan aku istirahat sebentar" ucap Hianta
"Baiklah Hinata kun"
Latihan lainnya adalah Blocker yang di lakukan Tsukishima sendiri.
"Jika kamu seorang blocker maka lebih baik punya insting arah bola datang ke mana" ucapan ku tersimpan dan terngiang ngiang di pikiran Tsukishima
.
.