"Ony, kamu lihat deh, si Dika terus-terusan ngirim Mami chat kayak gini." Mira memperlihatkan ponselnya pada Leony. "Kasihan juga dia karena terus nyari alamat kita."
Leony pun memperlihatkan ponselnya juga pada Mira. "Bukan cuma sama Mami aja, tapi dia juga ngirim aku chat kayak gini," balasnya.
"Nah, terus kita tega gitu ngebiarin chatnya gak dibalas?" tanya Mira pada Leony. "Sedangkan, dia selalu nanyain tentang kabar dan alamat kita terus."
Leony tampak diam saja. Sebenarnya ia merasa bersalah karena terus saja mendiamkan Dika seperti ini. Namun, ia merasa takut dengan Rani. Ibunya Dika itu selalu saja ikut campur dalam urusan asmaranya.
"Ony, kenapa diam aja? Balas gak nih pesan dari Dika?" tanya Mira.
"Hmm, terserah Mami aja deh."
"Lah, kalau kamu nanti ngebalas gak?"
Gelengan kepala Leony menjadi sebuah jawaban. "Gak, Mi. Aku gak mau kalau dia semakin berharap sama aku."
Embusan napas terdengar dari mulut Mira. Ia menyayangkan sikap Leony harus seperti ini.
— Bald kommt ein neues Kapitel — Schreiben Sie eine Rezension