#Author POV#
Suara dentuman musik dari DJ di club malam itu seperti memecahkan gendang telinga. Yusuf memutuskan untuk open table, merogoh koceknya guna mentraktir Yogi. Yusuf duduk di sofa dalam suatu sekat ruangan yang hanya dibatasi tirai. Mengeluarkan rokoknya dan menyulut dengan segera. Sedangkan Yogi entah dimana rimbanya. Yusuf tak melihat keberadaan Yogi. Yusuf berusaha menikmati riuhnya kemeriahan musik, tapi hatinya sedikit menolak. Yusuf memejamkan mata bersandar pada Sofa. Seutas bayangan senyum dari wajah Mario melintas di benaknya.
"oh shatt!!" maki Yusuf ditengah hingar bingar musik yang semakin liar.
Tak lama Yogi datang. Membawa dua wanita cantik dikiri kanan. Memberikan satunya seolah barang. Yogi tersenyum menatap Yusuf yang sibuk dengan menghisap rokoknya.
Yogi merapatkan wajah di telinga Yusuf, dengan sedikit berteriak, Yogi berkata, "Udah gua bungkus, ini bisa dianal, gass!!"
Yusuf memandangi wanita disampingnya, wanita itu cantik dalam balutan dres sexy berwarna hitam. Wanita itu duduk melipat paha, membuat bagian pahanya tersingkap, mempertontonkan kaki jenjangnya yang mulus. Yusuf bergairah, apalagi malam ini Yusuf gagal bercinta dengan Mario. Tanpa butuh basa basi, Yusuf menarik tangan si wanita, berjalan kearah belakang club, keluar melalui pintu besar. Yusuf sepertinya sudah hapal dengan situasi dan kondisi club tersebut.
Yusuf menuju bilik pintu yang berjejer, merogoh kocek kembali untuk membayar penjaga. Yusuf membuka pintu tersebut, di dalamnya ternyata ada kamar ukuran 4x4 meter dengan springbed ukuran satu orang. Di pojok ruangan ada kamar mandi yang disekat ruang kaca buram. Di atas springbed sudah terdapat kondom dengan berbagai ukuran.
"nama kamu siapa?" tanya Yusuf pada wanita jalang yang sudah memeluknya.
"Sinta Mas" jawab wanita itu malu-malu.
"Kamu bisa dianal?" tanya Yusuf lagi.
"diapainpun Sinta siap Mas, kan Sinta udah dibayar" jawab wanita itu masih malu malu. "tapi, pelan pelan ya Mas, Sinta baru tiga kali, Sinta teh baru kerja disini" pinta Sinta dengan nada bicara yang khas dari gadis sunda.
Yusuf mengangguk. Tak sabar Yusuf melucuti pakaian Sinta dan menggiringnya ke springbed. Sinta mencium bibir Yusuf, tapi Yusuf menolak.
"sorry, Aku nggak suka rasa lipstik" ujar Yusuf memberikan alasan.
Sinta mengangguk.
Yusuf mengarahkan matanya ke selangkangan Sinta. Selangkangan yang penuh bulu-bulu hitam. Yusuf tidak suka.
"cukur dulu ya" pinta Yusuf.
"Sinta nggak bawa alat Mas" ujar Sinta.
Yusuf menghembuskan nafasnya, "ya udah, anal aja ya"
Sinta mengangguk lagi.
Yusuf mulai melancarkan serangan. Bibir Yusuf mulai bertengger di leher Sinta. Mendaratkan kecupan dan beberapa hisapan disana. Sinta mengerang, mendesah tak tertahankan. Dengan buas Yusuf meremas payudara Sinta. Dua tangannya berlaku adil, masing masing memegang salah satu. Yusuf meremasnya cukup kuat, Sinta kembali mendesah. Dengan posisi duduk berhadapan, Yusuf mulai melumat puting Sinta dan memberi hisapan-hisapan di kedua payudara Sinta yang menjuntai.
"aghh...Mas, isep terus tetelan Sinta" racau Sinta.
Yusuf semakin liar memberikan hisapan, remasan, jilatan dan sedikit gigitan kecil di kedua dada dengan tambahan lemak yang menggantung. Sebelah tangan Yusuf mulai menyibak belahan Vagina Sinta yang memiliki ilalang ilalang lebat berwarna hitam. Menyelipkan dua jari yang langsung menembus liang vagina Sinta, menekan dan menggelitik clitoris atau itilisasi Sinta tanpa ampun. Yusuf terus melakukan gerakan merojok, mulut Yusuf tetap fokus pada gunung kembar milik Sinta. Gunung kembar itu erupsi, mengeluarkan larva putih yang dinamakan Asi. Ternyata Sinta berbohong, Sinta sudah memiliki anak. Tapi sudahlah, Yusuf tidak perduli dengan one night stand ini. Lama Yusuf melakukan gerakan belaian ke vagina Sinta. Yusuf menempelkan telapak tangannya dipintu vagina. Memberikan gerakan menggesek seperti mengasah telapak tangannya. Badan sexy Sinta mengejang sambil terus mendesah kenikmatan.
"ough, aghh mas...agh... Sinta, Sinta mau pipis, aghh....." Sinta memekik, pahanya bergetar. Seketika cairan kewanitaan Sinta berdesir membasahi bedcover.
Yusuf membaringkan tubuh molek Sinta. Melucuti pakaian Yusuf sendiri, Lalu Yusuf menggiring cacing besar alaska miliknya untuk digiring ke sangkar bergerigi, tak lain dan tak bukan adalah mulut Sinta. Sinta langsung mematuknya, seperti ular yang bertemu mangsa. Sinta melumatnya bulat-bulat, walau bentuknya panjang. Sinta menghisap batang Yusuf seperti menyeruput kuah soto langsung dari mangkoknya, hingga bunyi seruputan slurpp slurrpp ahh terdengar jelas di telinga.
"penuh mas di mulut Sinta" ujar Sinta.
Yusuf menekan pentungannya semakin dalam, menyentuh tenggorokan Sinta, meninju amandelnya, memukul jakunnya. Yusuf sadar itu bukan jakun. Tapi yusuf merindukan jakun yang menyentuh penisnya. Yusuf terpejam. Yang muncul adalah bayang-bayang Mario. Yusuf kesal dengan perasaannya. Kenapa justru Mario yang muncul saat Ia sedang menyetubuhi wanita. Yusuf tetap memejamkan mata, membayangkan Sinta adalah Mario.
"aghh...Yo, terusin sayang" racau Yusuf semakin liar.
Gairahnya bangkit bergejolak, seperti siap tempur dalam peperangan. Membayangkan Mario adalah penyemangat. Membuat hasrat bercinta Yusuf semakin liar. Ia terus terpejam, tak ada lagi sinta diotaknya. Hanya ada Mario saja. Bahkan mulut yang saat ini sedang dalam posisi mengemut, dibayangkan Yusuf sebagai mulut Mario.
"yo..agh.." lagi-lagi Yusuf meracau.
Untungnya Sinta tak berpikir aneh, Ia pikir Yo bukanlah nama seseorang.
Puas menghajar lubang bergerigi milik Sinta. Yusuf meraba-raba bagian belakang Sinta. Masih tanpa membuka mata. Sinta yang mengerti segera merobek bungkus jaket karet sebagai pelindung. Sinta menggenggam penis Yusuf dan membungkusnya dengan jaket karet atau yang lebih familiar dengan sebutan kondom.
Sinta memutar tubuhnya menungging diatas kasur. Menggapai keris pusaka milik Yusuf untuk diasah oleh dubur Sinta. Sinta membantu untuk mengarahkannya. Alon alon asal klakon, itulah menurut pepatah. Pelan-pelan helm penis Yusuf mulai menyelinap. Mengintip kedalam celah liang bool.
"dorong Mas, hentakkan!!" pinta Sinta membuyarkan lamunan Yusuf yang merasa sedang membobol gawang milik Mario.
Dengan kasar, Yusuf menghentakkan pinggulnya.
"aghh....." suara sofran Sinta bertemu dengan suara bariton Yusuf. Desahan yang membulat menjadi senada.
Enak? Ya, Yusuf keenakan.
Rasanya sama? Jelas. Anus laki-laki atau perempuan sama saja.
Tapi satu yang tidak sama. Tidak ada rasa nyaman dan Chemistry saat Yusuf menerobos liang bokong Sinta. Tak seperti saat dengan Mario.
Yusuf memusatkan pikiran. Berusaha menampilkan tubuh Mario yang tergeletak dan sedang disuntiknya di lubang bokong. Saat khayalan tentang Mario terbentuk, yusuf mulai menggoyangkan pinggulnya. Membuat pantat sinta yang berlemak menggelepar seperti adonan kue yang memgembang dan dihempas-hempaskan. Sinta mengerang, berteriak melengking tajam. Tangannya menggosok sendiri vaginanya yang tidak disentuh, seperti menggosok lotre dan keluarlah tulisan coba lagi. Maka dari itu Sinta terus mencoba menggosoknya sendiri.
Tangan Yusuf memegang bongkahan bukit bokong Sinta. Tak biasanya Yusuf tidak menempelkan dada di punggung lawan mainnya. Yusuf hanya memejam dan fokus menghujamkan keris pusakanya pada sarung keris yang salah.
Menit berganti jam, Sinta memekik lagi, namun Yusuf masih saja tak orgasme. Tubuhnya bahkan sudah berkeringat, penisnya berdiri total. Tapi tak kunjung membuat Yusuf tuntas.
Sinta memohon untuk disudahi. Sinta tidak kuat. Pahanya bergetar karena berkali-kali pipis enak. Yusuf kesal. Ia menyudahi rojokan maut di liang anus Sinta. Membuka mata, dan segera pergi tanpa perduli Sinta yang kesulitan berdiri.
"gimana? enak?" teriak Yogi di telinga Yusuf, bau alkohol langsung menyeruak.
Yusuf geram, kenapa dengan dirinya. Kenapa Mario muncul dalam kenikmatan persenggamaannya. Diambilnya sebotol Alkohol. Tanpa jeda Yusuf memeguknya sampai habis.
"wey goblok!!" maki Yogi yang matanya sudah kriyep kriyep, "lu kalo mabok juga, siapa yang bawa mobil lerr".
Bicaranya Yogi sudah tidak karuan, berbotol-botol mereka teguk. keduanya kehilangan kesadaran dan tidur di Sofa diskotik hingga pagi.
Yusuf terbangun. Syukurlah tak hanya mereka berdua, masih banyak tubuh tubuh bergelimpangan seperti mayat didalam sana. Yusuf merogoh saku celana mengambil hapenya. Ia mendapati panggilan tak terjawab dari pemilik bokong yang Ia suka. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 Pagi. Yusuf beralih mengecek chat dengan kepala yang Ia pegangi. Ada chat masuk dari Mario.
Gua didepan pintu apartement lu, lu belum pulang ya?.
Gua bawa nasi goreng, gua gantung di pintu ya, jangan lupa dimakan.
Yusuf tersenyum. Perhatian seperti ini yang Yusuf butuhkan. Perhatian yang tidak pernah Ia dapatkan dari siapapun. Bahkan gadis-gadis yang ditemuinya tak pernah melakukan hal seperti yang dilakukan Mario. Tanpa sadar Yusuf memeluk hapenya sendiri.
"Mario.." lirih Yusuf.
Yusuf melirik ke Yogi. Yogi masih tertidur pulas.
"lerr, bangun!" Yusuf menendang kaki Yogi.
"peler, bangun!!" suara Yusuf lebih keras, namun Yogi tak bergeming.
Yusuf mendecakkan bibir, kesal yang Ia rasakan. Yusuf bangkit. Diambilnya sebotol minuman yang masih menyisakan setengah isi. Diguyurnya wajah Yogi tanpa ampun.
Yogi gelagapan, terbangun dan melompat.
"ujan, oh fck!!" maki Yogi.
Yusuf tertawa puas tanpa dosa, "makanya, dibangunin susah banget" ucap Yusuf masih tertawa.
"bangke lu lerr, adooh, palak gua puyeng nih" keluh Yogi.
"ya udah, gua yang bawa mobil, gua cuci muka dulu"
Yusuf pergi menuju toilet laki-laki, mencuci wajahnya agar segar, pada saat Yusuf menunduk menatap cermin besar didepannya. Dua orang laki-laki keluar dari bilik kamar mandi. Yusuf bengong. Kedua laki-laki itu tersipu malu dan keluar meninggalkan kamar Mandi.
Bukan jijik yang Yusuf rasakan, namun justru rasa rindu terhadap Mario. Yusuf segera mengeringkan wajahnya dengan tissue. Lalu keluar kamar mandi dengan cepat menghampiri Yogi yang masih tertidur.
"bangkai, masih tidur aja, mati lu ya!?"
Yusuf memapah tubuh Yogi, membawa Yogi paksa menuju pakiran.
"lerr, gua pulang langsung ya, titip mobil gua, lu bawa aja" ujar Yogi yang kembali berbaring di kursi penumpang bagian belakang.
"iya gua anter" ucap Yusuf mengemudikan mobil Yogi menuju rumahnya.
Mengusir rasa kantuk, Yusuf menyalakan radio. Lagu sebuah rasa kembali berdendang. Bayang Mario hadir lagi. Yusuf bergegas melajukan mobil dengan kencang. Sesampainya didepan rumah Yogi, Yusuf mengerem mobil mendadak, Yogi terguling kebawah. Mengaduh kesakitan memaki Yusuf.
"sana turun, udah sampe!" ketus Yusuf.
"sakit ngehek" Yogi akhirnya sadar total, walau dengan malas turun dari mobilnya.
"gimana? masih nggak percaya gua masih bisa gaceng ama cewek?" tanya Yusuf saat Yogi sudah turun dan bersiap masuk ke rumah.
"iya percaya, udah gua mau tidur. Dasar Bisex" ejek Yogi meninggalkan Yusuf didepan rumahnya.
Yusuf menghela nafas. Sesungguhnya Yusuf memang masih bisa berdiri dengan semangat berapi-api. Tapi rasa nikmat yang Ia rasakan berbeda. Yusuf terpikirkan rasa nikmat yang Ia buat bersama Mario.
Yusuf memutuskan untuk pergi ke kossan Mario. Meminta maaf karena semalam membuatnya pulang, dan pagi ini tak ada di apartement.
Sesampainya di kossan Mario. Yusuf segera turun, Namun baru saja Yusuf masuk ke gerbang rumah koss Mario. Yusuf bertemu laki-laki yang waktu itu Ia pergoki. Yusuf masih ingat wajahnya.
"lu kan!?" ujar Yusuf, "ee...Mario ada?" tanya Yusuf langsung mengalihkan pembicaraan.
"lagi tidur, semalem gua nginep soalnya" jawab si laki-laki yang bahkan Yusuf saja tidak menanyakan namanya.
Mendengar laki-laki itu berkata habis menginap. Dada Yusuf rasanya sakit, tak terima, bukannya pagi-pagi Mario mengirimi Yusuf chat, katanya Ia membawakan nasi goreng. Lalu kenapa ada laki-laki ini yang menginap. Apa mungkin Mario berbohong. Banyak sekali pertanyaan di otak Yusuf.
"lu lama nggak bro?" tanya laki-laki itu, "kalo bisa, jangan lama-lama ya, gua beli makanan doang, abis itu kesini lagi, masih pengen" ujar laki-laki itu terkekeh.
"santai boss, gua balik aja, nggak usah bilang Mario kalo gua mampir" jawab Yusuf.
Yusuf melangkah meninggalkan rumah kost. Yusuf masuk kembali ke dalam mobil, diam sejenak. Yusuf menyesali perbuatannya yang lebih memilih ke club daripada menemani Mario. Seandainya saja semalam Yusuf tetap bersama Mario, mungkin Mario tidak akan memanggil laki-laki itu lagi. Yusuf tampak frustasi, Ia memukul setir mobil Yogi dengan lengannya. Memandangi sebentar rumah kost Mario. Kemudian Yusuf tancap gas.
Sesampainya di apartement. Yusuf tidak menemukan apapun yang menggantung di pintunya. Yusuf semakin yakin jika Mario hanya membual.
"lagian ngapain gua mikirin dia" lirih Yusuf.
Tapi percuma saja. Mulut Yusuf bisa berkata seperti itu, tapi tidak dengan hatinya. Hatinya kecewa. Yusuf masih saja bersikeras jika Ia tidak mungkin jatuh cinta dengan Mario. Namun hati Yusuf tak dapat ia bohongi. Saat ini Yusuf sedang merasakan cemburu. Ia masih saja menyesal karena lebih memilih pembuktian tentang masih bisa berdiri saat dengan perempuan. Pembuktian yang tidak penting.
Yusuf menghempaskan tubuhnya di atas kasur, Ia memejamkan mata, tangannya menyelinap kedalam celananya, bibirnya lirih berkata. "Mario aghh...".