App herunterladen
4.57% Mirror Seizes The Soul / Chapter 14: Menghampiri Nada

Kapitel 14: Menghampiri Nada

Alex yang tadinya ingin kembali ke rumah Nada pun terpaksa menimang-nimang kembali dengan niat yang akan ia lakukan. Ia mengambil napas dalam, setelah itu menghembuskannya dengan perlahan. Ia terlambat, dan sekarang sudah terlihat jelas mengenai Bela yang sudah kembali ke rumah.

Pertanda, tidak ada boleh teman Nada yang berkunjung, ya walaupun ia merasa bukan temannya Nada sih tapi sama saja ia peduli terhadap seseorang yang ternyata nyawanya diancam bahaya.

Tidak ada cara lain selain menunggu Bela keluar lagi dari rumah yang ternyata setiap pergantian penghuni baru merenggut nyawa dan seperti tampak jejak. Bahkan, ia sebelumnya tidak tau mengenai hal ini karena memang selalu di rahasiakan, hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui ini. Dan sekarang, sepertinya ia sudah menjadi bagian dari 'orang tertentu' itu.

"Jadi, aku harus apa? Apa benar lebih baik harus menunggu? Bagaimana jika telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan Nada?" Gumam Alex yang saat ini seperti tengah berkelahi dengan jalan pikirannya sendiri.

Cemas, pada akhirnya Alex memilih untuk meneguhkan hati dan menganggukkan kepala karena merasa setuju dengan pikirannya yang mengatakan harus nekat untuk masuk ke dalam rumah Nada.

Alex mulai berjalan keluar dari halaman rumahnya, setelah itu melangkahkan kaki ke arah rumah Nada. Salah besar jika kalian mengira kalau ia akan menemui Bela dan izin untuk bertamu. Alex lebih memilih untuk masuk lewat pintu belakang yang memiliki pintu yang sudah karatan.

Deg

Tiba-tiba saja, Alex merasakan hawa yang sama sekali tidak mengenakkan hatinya. Ia meneguk saliva dengan susah payah, setelah itu malah muncullah pemikiran yang malah berubah menjadi ragu. Ia mengintip di sela-sela pintu, halaman belakang rumah terlihat sangat tidak terurus dengan rerumputan yang mulai panjang tak terawat.

Juga, bagian sisi belakang rumah Nada ternyata terlihat dindingnya yang pudar. Jangan lupakan setiap sudut tumbuh lumut yang menambah kesan menyeramkan, apalagi cuaca saat ini teduh yang kemungkinan akan turun hujan.

Namun, Alex menggelengkan kepala dan menguatkan tekad untuk tidak merasa takut yang sejujurnya menyelimuti rongga dadanya. "Gak, gak takut kok."

Sekali lagi, Alex memberanikan diri. Ia membawa tas kecil di punggungnya yang berisikan buku untuk ditunjukkan kepada Nada. Ia tau kalau dirinya akan baik-baik saja karena bukan target dari 'mereka', namun tetap saja semua ini nyaris membuat rongga dadanya berguncang.

Alex mulai memanjat dinding rumah Nada untuk masuk ke halaman belakang karena tidak memungkinkan untuk membobol pintu karatan tersebut. Untung saja, dinding aman dan tidak ada kawat atau pecahan kaca yang sengaja diletakkan untuk melindungi dari bahayanya pencuri yang ingin masuk ke rumah.

Setelah berhasil berada di pijakan atas dinding, Alex langsung saja melompat dari ketinggian tersebut tanpa takut. Ia menepuk-nepuk telapak tangannya yang sedikit kotor karena tadi hampir terjatuh dan menahan tubuhnya menggunakkan tangan pada tumpuan tanah.

"Lah sekarang gimana caranya hubungi Nada? Aku tidak memiliki nomor ponselnya."

Alex merutuki kebodohannya sendiri.

"Huft, sampai kapan aku di kurung sendirian di kamar seperti burung? Ini sudah ingin hujan, tapi aku tidak mungkin kembali masuk ke kamar, tapi kalau disini terus-menerus, bisa-bisa kalau aku akan kehujanan."

Tiba-tiba saja, Alex mendengar suara gumaman Nada, ya ia yakin sekali kalau itu adalah suara dari seorang yang ia cari. Segera, ia mencari dimana letak sumber suara, dan langkah kakinya berhenti tepat di bawah balkon kamar.

Terlihat dengan jelas jika disana ada Nada yang tengah duduk meringkuk di sudut balkon. Ia tau mengapa perempuan tersebut berada disana, salah satu alasannya adalah karena kamar tersebut merupakan tempat yang paling harus dijauhi. Dan ya, terlebih lagi balkon itu tidak memiliki pantulan kaca, jadi aman.

Alex mendongakkan kepala. "Pstttt... Nada." Panggilnya dengan nada suara yang pelan, ia juga tidak ingin tertangkap basah oleh Bela. Walaupun ia sama sekali tidak takut dengan wanita tersebut, namun ia lebih memilih untuk tetap mengatur perasaan sopan santun.

Perempuan yang dimaksud menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, lalu pada akhirnya menolehkan kepala ke arah Alex dengan raut wajah yang tampak terkejut. "Alex? Ngapain ada disini?" Sama seperti Alex yang berbicara dengan pelan, tentu saja ia melakukan hal yang serupa.

Alex menganggukkan kepala, ia mencari cara agar bisa masuk ke kamar Nada.

"Ih kamu mau ngapain?" tanya Nada sambil menaikkan sebelah alisnya, merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh pria itu di bawah sana.

"Lagi nyari tangga nih." Balas Alex seadanya.

Menelusuri pandangan, pada akhirnya Alex ketemu juga dengan benda yang dimaksud. Tangga, tersembunyi di belakang pohon besar yang tidak jauh dari jangkauannya.

Nada panik, tentu saja ia dapat menebak dengan apa yang dilakukan oleh Alex selanjutnya. Namun, ia tidak bisa banyak bertanya yang memungkinkan terdengar oleh sang ibu jika dirinya tengah mengobrol. Ia senang dengan kedatangan Alex, namun ia sama sekali tidak tau apa yang dilakukan oleh pria tersebut.

Sedangkan Alex? Ia langsung saja mengarahkan tangga tepat ke balkon kamar Nada. Beruntung, dinding di hadapannya tidak ada jendela yang menghubungkan ke lantai dasar rumah Nada. Bisa gawat jika ada jendela karena keberadaanya pasti diketahui oleh Bela.

Menaiki tangga tersebut.

Hap

Pijakan Alex berakhir pada lantai balkon kamar Nada, ia melepaskan sandal yang menjadikan alas kakinya pada saat ini. "Aku datang membawa informasi yang sangat penting." Ucapnya dengan sangat serius, bahkan terlihat keningnya yang berkerut hampir menyatu.

Nada meneguk saliva-nya dengan susah payah, setelah itu menolehkan kepala le belakang untuk memeriksa keadaan yang terjadi. Ia sangat takut jika 'mereka' sudah sadar dengan keberadaanya. Karena tadi, ia berhasil sampai di balkon berkat ada ibunya yang masuk ke kamar dan menyuruhnya untuk memantau kepulangan sang Ayah.

Jadi secara tidak langsung, Bela menyelamatkan hidupnya, begitu?

Alex mengerjapkan kedua bola matanya karena tingkah aneh Nada mampu menghadirkan pemikiran penuh rasa bingung yang melanda. "Loh, kenapa? Ada masalah?"

Melihat Alex yang juga ikut duduk di lantai tepat di hadapannya, menjadikan Nada menghembuskan napasnya dengan perlahan, ia berusaha menghalau perasaan takut walaupun sulit. "Aku dikurung di kamar sampai esok pagi, bagaimana dengan nasib ku?" tanyanya, seolah meminta solusi yang sekiranya bisa membantu.

"Apa? Ibu tiri mu sangat jahat, tidak memiliki hati nurani." Tanggapan Alex. "Kamu sudah di balkon, kenapa tidak kabur?" sambungnya, bertanya.

"Dan hukuman ku akan bertambah menjadi dua kali lipat? Tentu saja aku tidak mau hal itu terjadi."

"Ya, kamu akan tidur bersama rasa takut, iya kan? Kamu sadar kalau mereka juga mengintai mu saat tertidur. Namun sangat beruntung jika seluruh tubuh mereka tidak dapat keluar dari cermin, hanya setengah tubuhnya saja."

Mendengar perkataan Alex yang sangat detail, menjadikan Nada baru tersadar dengan topik pembicaraan yang mereka obroli. "Tunggu sebentar, kenapa kamu tau tentang 'mereka'? Kamu tau siapa yang ku maksud? Dan perkataan mu... itu semua benar."

Alex menganggukkan kepalanya, setelah itu menatap kedua mata Nada seolah-olah menguncinya dengan sangatlah rapat. "Memang ini semua yang aku ingin ceritakan pada mu, aku memiliki banyak sekali informasi penting yang sepertinya dapat menyelamatkan hidup mu."

Nanda yang mendengar apa yang dikatakan oleh Alex pun mulai mengerjapkan kedua bola matanya berkali-kali. Ia ingin berbicara untuk menjawab perkataan pria yang ada di hadapannya ini, namun tiba-tiba.

Tok

Tok

Tok

"Nada, apa sudah terlihat kepulangan ayah mu?!"

Alex yang mendengar itu mulau panik dan kebingungan, ia menatap ke arah Nanda yang ternyata sama kebingungannya dengan dirinya. "Ini harus sembunyi dimana?"

"Gak tau, udah kamu ngumpet dimana aja kek." balas Nada yang sekarang sudah beranjak dari duduknya, disusul oleh Alex.

Mendengar suara pintu yang terbuka, menjadikan Alex langsung mencari tempat persembunyian yang sekiranya bisa menutupi tubuhnya.

Sedangkan Nada? Ia melihat lurus, menatap pintu yang kini terbuka dan menampilkan tubuh ibunya. "Belum, Bu. Ini masih jam empat sore, ku pikir." balasnya dengan gugup sambil menyembunyikan anakan rambut di belakang telinga.

Bela yang melihat seperti ada yang aneh dari gerak gerik Nada pun langsung meletakkan beberapa snack di tangannya serta air mineral 1 liter di atas meja, setelah itu melangkahkan kakinya ke arah balkon rumah dengan sebelah alis yang terangkat.

Nada dengan cemas berbicara di dalam hatinya supaya tidak ketahuan, beberapa bulir keringat kecil juga mulai terlihat di dahinya. Ia melihat Bela yang semakin mendekat, ia berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan.

"Kenapa kamu? Kok kayak ada yang disembunyiin? Kamu gak diem-diem ngundang tamu, kan?" Bela bertanya dengan kedua bola mata yang menatap dengan intens.

Nada menggelengkan kepalanya. Dan pada akhirnya, sampailah Bela di hadapannya, tengah menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri seperti tengah mencari sesuatu.

"Tidak ada siapapun. Tapi kenapa kamu kayak ketakutan gitu?"

Perkataan Bela membuat Nusa tersentak.

"Ya udah, awas saja kalau kamu sampai macem-macem ngundang tamu gak jelas ke rumah ini. Gak segan-segan Ibu aduin ke ayah kamu,"

Setelah berkata seperti itu, terlihat Bela yang berbalik badan dan meninggalkan kamar dengan pintu yang kembali di kunci dari luar.

Nada pun kebingungan, ia berbalik badan dan menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri seolah mencari keberadaan Alex. "Alex? Kamu dimana?"

"Psttttt, jangan banyak tanya. Ayo bantu aku, udah gak kuat tangannya nahan lebih lama lagi."

Mencari keberadaan Alex, dan menemukannya. Terlihat dua tangan yang kini berpegangan pada sanggahan balkon, pria itu bergelantungan. Dan ya, Nada langsung saja membantunya.

"Huft, akhirnya selamat dari amukan ibu tiri lo yang menyeramkan."

Nada melihat Alex dengan napas terengah-engah. "Iya maaf, kamu bisa minum dulu tuh di meja kamar ku ada minuman. Aku tudak bisa mengambilkannya untuk mu,"

"Iya, aku minum dulu. Nanti kita akan membicarakannya," balas Alex.

...

Next chapter


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen