App herunterladen
31.57% TTM (Gay Story) / Chapter 6: I Love Him, Not Her

Kapitel 6: I Love Him, Not Her

Ibrahim Pov

_________________________________________

Hari ini aku tidak mood untuk melakukan apapun, aku hanya ingin duduk disini, di meja kerjaku, memandangi laki-laki yang letak mejanya bersebrangan dengan tempat dudukku, laki-laki yang baru saja melakukan penolakan atas cintaku. Gila! baru kali ini aku ditolak.

Walaupun sebenarnya ini bukan penolakan, tapi lebih tepatnya yang ia inginkan adalah pembuktian, Gabriel masih menganggapku bercanda tentang cinta yang ku utarakan tadi pagi. Beginilah jika terlalu sering bercanda, saat aku serius Gabriel jadi tidak percaya, padahal kurang serius apa aku tadi, aku bahkan menangis di depannya, hal yang paling anti bagiku selama ini.

Gabriel, laki-laki di depanku ini benar benar membuatku gila dan membutakan mataku tentang keabsahan cinta pasangan Adam dan Hawa, Romeo dan Juliet, Layla dan Qais/Majnun, Galih dan Ratna, bahkan Siti dan Sholeh yang tak lain dan tak bukan adalah nama Ibu dan Bapakku. Aku tidak takut jika harus mengukir sejarah baru dengan cerita Gabriel dan Ibra, bagiku cinta adalah cinta, tidak ada perkara apapun di dalamnya.

Aku memangku wajah, memperhatikan Gabriel yang sedang berbincang dengan clientnya menggunakan bahasa inggris, bahasa inggrisnya memang fasih sekali, sudah sewajarnya Mba Mel memilih Gabriel untuk menempati posisinya saat ini, posisi yang sering berinteraksi dengan bule-bule, berbeda denganku yang berinteraksi dengan para pakle, tadi Gabriel mengeluhkan nama Mister Noah, ia mengeluh kalau Mister itu menyebalkan.

Gabriel kelihatan ada masalah besar, sehingga ia tampak serius ditelepon, raut wajahnya begitu gusar, aku jadi kasihan, seandainya saja aku bisa membantu permasalahannya dengan Mister Noah, tapi sayangnya aku hanya bisa membantunya jika kata Noah itu dipisah, noooo ... aaaahhhh, haduh sempat-sempatnya aku berpikiran mesum, dasar Ibrahim Mesum yusuf Al-Muzakky.

"Hei ... ngelamun aja ngeliatin Gabriel, ati ati naksir."

"Eh, Mba Mel, makin cantik aja"

suara yang membuat buyar lamunanku tadi adalah Mba Melanie, manager marketing. Seorang ibu berumur 40 tahun yang masih tampak cantik dan juga pimpinan paling baik serta santuy luar biasa.

Mba Mel berhenti di depan mejaku, "bisa aja bikin orang seneng, ngapain ngeliatin Gabriel?" tanyanya sambil memberikanku coklat batangan, kebiasaanya hampir setiap hari membawakan coklat untuk seluruh bawahannya, termasuk admin dan staff di luar sana.

"Ee ... anu ... itu loh Mba, salut aja sama bahasa inggrisnya, wesewesewes bables anginne gitu" ujarku berbohong mengambil coklat yang ada di tangan Mba Mel, "makasih ya Mba" aku menambahkan.

Mba Mel terkekeh,"hati-hati naksir, mandanginnya kayak tulus banget gitu."

Aku hanya nyengir kuda, ingin rasanya menjawab ke Mba Mel bahwa aku sebenarnya sudah naksir bawahannya yang pintar itu.

"Mba, nanti meeting sama PT ISEPIN ikut kan?" tanyaku sambil membuka bungkus coklat yang diberikan Mba Mel, Mba Mel tanpa segan duduk di atas mejaku, seperti yang kukatakan, dia bos tersantuy di dunia.

Mba mel terlihat kebingungan, ia memukul kepalaku dengan kipas kecil yang ada di tangannya "ishhh jorok kamu Im, emangnya kita ada vendor namanya PT ISEPIN?"

"aitu lho mba, PT ISolusion EPisentral INdonesia, kalo disingkat kan ISEPIN" jawabku mengusap bagian kepalaku yang dipukul Mba Mel, sebenarnya tidak sakit, hanya berpura-pura saja, siapa tahu Mba Mel kasih duit pengobatan, tidak perlu banyak, yang penting cukup untuk naik haji.

"Hahaha" Mba Mel tertawa kencang, membuat Gabriel mendelik meletakkan jari telunjuknya di bibir, Mba Mel merapatkan tangannya meminta maaf, begitulah atasanku itu, dia tidak segan meminta maaf saat mengakui kesalahannya, "gara-gara kamu sih bikin ngakak Mba aja, diomelin Gabriel kan, hihihi" ujar Mba Mel berbicara sedikit berbisik.

"Jadi gimana? ikut kan?" yanyaku lagi.

"Mba ada ketemu vendor baru Im, kamu sendirian aja ya, lagian ... bukannya itu PT nya Rasty ya, sekalian ngedate, abis meeting gak usah pulang deh" jawab Mba Mel.

Entahlah, aku justru ingin Mba Mel ikut, agar aku tidak terlalu lama bertemu Rasty, tapi ternyata hanya Aku sendirian, sial!!

"Ya udah, Mba masuk ya" ujar Mba Mel turun dari meja, untung saja hari ini dia mengenakan celana, "oh iya, ini titip ya buat Gabriel" ujarnya lagi memberikan coklat yang sama denganku, lalu berlalu pergi ke dalam ruangannya.

Aku kembali menikmati coklatku sambil memperhatikan Gabriel, tak lama ia sudah mengakhiri percakapannya ditelepon, ia masih tampak frustasi, ini saatnya Mas Ibra bertindak.

Aku beranjak dari kursiku mendekati meja kerjanya, lalu duduk di atas meja seperti yang Mba Mel lakukan di mejaku, "nih coklat, biar nggak pusing" kusodorkan coklat untuk pria menggemaskan ini.

"Dih ... kok bekas" ujarnya mengerucutkan bibir, sedangkan aku malah tertawa.

Aku merapatkan wajah ditelinganya, kemudian berbisik, "cobain dulu, itu bekas gigitan bibirku, Riel."

"Udah biasa, nggak ada yang aneh, aku udah cobain semuanya, termasuk kontol kamu yang kecoklatan" sahutnya sambil memakan coklat sisaku, "makasih Ibra, kirain boong, ternyata makan coklat beneran bikin agak tenang."

"Coklat yang ini, lebih bisa bikin tenang" candaku menunjuk kearah selangkangan.

Gabriel mendehem lalu menepuk pahaku, "itu sih bukan bikin tenang, tapi bikin tegang."

Ternyata sudah mulai pintar menjawab calon pacarku ini.

"Mas Baim, Pak Wahyu udah nungguin, katanya udah siap berangkat belum?" suara Lusi dengan kepalanya yang menyembul di balik pintu terdengar cukup keras. Aku heran, tidak Lita, tidak Lusi, sama saja, suka main selonong, bukannya ketuk pintu dulu, kalau aku sedang mencium Gabriel bagaimana.

"Iya, ntar gua ke bawah, bilang aja tunggu di lobby" sahutku, Lusi memberiku kode dengan jari pertanda mengerti.

"Loh, katanya bawa mobil sendiri?" tanya Gabriel menghabiskan coklat yang kuberikan, sampai-sampai bibirnya belepotan.

"Nggak jadi, aku nggak mau lama-lama, jadi tugas kamu, kamu bawa mobil !ku buat jemput aku jam 3 sore, oke!"

Wajah Gabriel kebingungan, terlihat seperti keberatan, "nggak mau, ngapain jemput kamu" ujarnya, tapi aku acuh tak mau tahu.

Aku kembali ke meja kerjaku, mengambil tas laptop dan mengeluarkan kunci mobil dari dalamnya, tak lupa Coklat yang masih utuh milik Gabriel kuambil dari atas meja, lalu kembali menghampiri Gabriel.

"Harus mau, nggak boleh nolak, aku mau jalan sama kamu malam ini" aku meletakkan kunci mobilku di mejanya.

Gabriel berdiri dari duduknya, ia masih mau memprotes, tapi aku malah mengusap bibirnya yang belepotan coklat menggunakan jariku, lalu kujilat coklat yang menempel di jariku itu.

"Nih, buat kamu" aku menyodorkan coklat yang utuh, "see you tonight, I Love You, Gabriel."

Aku melangkah keluar ruangan untuk menemui Pak Wahyu, supir operasional perusahaan, aku memang sengaja minta di drop, supaya aku punya alasan untuk tidak kemana- mana bersama Rasty saat meeting selesai.

* * *

"Kamu mau kemana sehabis ini?" tanya Rasty menghampiriku setelah meeting yang direncanakan selesai dan berjalan lancar.

Meeting sialan, tidak penting, aku malah tidak fokus, Alaku justru lebih fokus memikirkan lokasi Dinner nanti malam bersama Gabriel. Memang meetingnya tidak terlalu penting, aku pikir akan membahas tentang apa, ternyata hanya memperkenalkan boss baru Rasty yang mengambil alih project kerjasama antara Perusahaan manapun dengan PT ISEPIN itu. Dan setelah perkenalan tidak penting itu, inilah yang kami lakukan sekarang, semua asyik berbincang satu sama lain, membicarakan kasus artis bahkan membicarakan perekonomian Indonesia, buang-buang waktu saja, tau begini, mending aku di kantor memandangi Gabriel.

"Hei, kamu tu ngelamun aja" ujar Rasty lagi yang berada di sampingku.

"Ahh ... ehh ... a--anu, tadi kamu nanya apa?" aku gelagapan karena aku lupa dengan pertanyaan Rasty sebelumnya.

Rasty cemberut, raut wajahnya marah, tapi anehnya aku tidak begitu perduli, andai saja itu Gabriel, pasti aku sudah memelas meminta maaf.

"Udah lupain aja" ujarnya memalingkan wajah, aku dengan cuek diam saja, "bener-bener ya kamu, nyebelin" ujarnya lagi mencubit lenganku.

Aku heran dengan wanita seperti ini, sebenarnya mau mereka apa, berharap laki-laki peka, mana bisa kalau hanya bungkam seperti itu, apa susahnya mengutarakan sesuatu. Itulah kenapa aku lebih suka Gabriel, kalau sange ya bilang, kalau ada masalah, tinggal bilang, tidak ribet seperti Rasty.

"Aku mau ngajak dinner" Rasty kembali bicara menatapku.

"Nggak bisa, Ras" jawabku singkat.

Rasti mendengus, mungkin kesabarannya habis, tapi biarkan saja, syukur-syukur dia memutuskan hubungan kami hari ini, "kamu tuh kenapa sih?"

Aku acuh memainkan handphoneku menjawab pertanyaan Rasty, "kenapa apanya?"

"Akhir-akhir ini kamu jarang chat aku, bahkan telponpun nggak pernah, kalau kamu bosen sama aku bilang dong" ujarnya sedikit menaikkan nada, namun ia tahan karena takut didengar perwakilan perusahaan lain yang hadir di acara meeting tak penting ini.

"Kan kamu sendiri yang bilang pas pergi ninggalin aku di apartemenku waktu itu, aku telpon katanya minta jangan diganggu dan dihubungin, jadi bukan salah aku" jawabku santai sambil membuka game Flappy Bird, game memainkan burung, mana burungnya lucu seperti burung Gabriel.

"Kalo kamu gini terus, aku minta putus" ancam Rasty.

Aku menoleh sebentar, lalu fokus lagi memencet game burung Gabriel yang berusaha menghindari pipa-pipa panjang.

"Oke" ujarku menjawab ancaman Rasty, Flappy Bird sepertinya menyetujui ucapanku barusan, lihat saja kepalanya manggut-manggut tanda setuju.

"Sumpah, aku benci sama kamu Im, segampang itu--"

"Udah ya, Ras. Jadi kalah kan tuh" ujarku memotong ucapan Rasty.

Rasty mendecih geram, tangannya mengepal, ia pasti marah, kecewa terlihat jelas, tapi apa boleh buat, aku memang sudah tidak mencintai Rasty karena aku mencintai Gabriel. Sebenarnya Rasty cukup baik selama menjadi pacarku, tapi sifat sering ngambeknya yang kurang kusukai, sedikit-sedikit ngambek, sedikit-sedikit ngambek, ngambek kok sedikit-sedikit, sekalian saja ngambek selamanya.

Rasty pergi dari sampingku, tapi ia masih ada di dalam ruangan, hanya saja pindah ke kursi yang lumayan jauh jaraknya dariku.

"Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu, karena kami masih ada urusan lain, jadi kami mohon pamit, terima kasih sudah datang di pertemuan kita kali ini, meeting hari ini cukup, jadi bapak dan ibu sekalian bisa kembali untuk menyampaikan informasi ini kepada bagian terkait di perusahaan bapak dan ibu" ujar si Mansyur, pria tua bekepala botak dengan perut gendut perwakilan dari PT ISEPIN.

Memang minta diisep kepalanya si Mansyur yang licin itu, dengan lantang menyebut ini informasi penting dan dengan sok sibuknya mengatakan ada urusan lain. Sialan, benar-benar membuang waktuku saja, rasanya ingin kusentil kepala botaknya yang bentuknya menyerupai kepala kontol.

Semua yang hadir beranjak meninggalkan ruangan, kulirik jam tanganku, syukurlah jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, harusnya Gabriel sudah bisa pulang untuk menjemputku.

Aku masih duduk dikursi memainkan game Flappy Bird, semua burungnya mungil dan lucu, menggemaskan seperti burung Gabriel, Rasty melewatiku, aku merasakan ia berhenti di belakangku.

"Aku nggak akan ngebiarin kamu gitu aja ninggalin dan nyakitin aku, Im, pokoknya aku nggak terima, kamu harus ngerasain sakit yang aku rasain" ujarnya berlalu pergi.

Sok antagonis sekali si Rasty, terlalu mendramatisir.

NEXT PART"""

_________________________________________

Special Part for Intermezzo

"Litaaa ... tau nggak, tadi gua abis mergokin Mas Baim, sama Ko Briel adegan dewasa, itu hot banget" pekik Lusi menghampiri Lita di meja kerjanya.

"Seriuss lo, iiichhh ... nggak ajak-ajak, gimana, ceritain, pliiis!!!" ujar Lita mengiba.

"Jadi, pas gua nyelonong masukin kepala gua ke ruangan mereka, Mas Baim posisinya duduk di atas meja--"

"Terusss ... teruss iichhh geregetan" ucap Lita tak sabar.

"Terus pahanya agak ngangkang, dan di depannya lu tau nggak litaa, aaaak ...."

"kenapa Lus, kenapa di depannya?" tanya Lita seolah ingin mimisan.

"Di depannya ada Ko Gabriel, lagi ngemut coklat, terus tangannya di paha Mas Baim" ujar Lusi mendramatisir cerita.

"Aaaak ... mau mimisan, iich ... jahat nggak ajak-ajak buat ngeliat" Lita memanyunkan bibirnya.

"Lit, pasti coklatnya abis ditempelin ke--"

"Lusi, ngapain disitu, balik ke meja kamu, jam kerja malah ngegosip" Omel Ibra keluar dari ruangan menuju Ke lobby untuk menemui Pak wahyu.

"Hehehe, iya Mas, maaf" Lusi berlari kecil kembali ke meja kerjanya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen