App herunterladen
100% THE GIANT IS MINE / Chapter 15: Femigo

Kapitel 15: Femigo

Olivier dan Edgar sudah tiba di Gerbang masuk wilayah Femigo, Gerbang berwarna putih dan keemasan yang sangat indah, selain itu banyak tanaman merambat dengan bunga bunga bermekaran di pagar yang mengelilingi wilayah Femigo, Edgar sampai berdecak kagum, Femigo memang layak diberi julukan wilayah surga, di samping jalanan menuju rumah penduduk, terdapat irigasi dengan air yang jernih dan terlihat menyegarkan, pepohonan dan rerumputan tumbuh dikiri kanan jalan, bukit-bukit hijau menjulang yang mengelilingi Femigo juga menambah indah pemandangan.

"kita harus membersihkan tubuhmu Ed" ujar Olivier membuat langkah Edgar terhenti.

Tanpa basa-basi Edgar melepas kain yang meilit di pinggangnya, lalu berlari masuk ke irigasi, Ia tampak kedinginan membersihkan tubuhnya yang masih terkena lendir bekas magento.

"ahh... ini sangat segar" Edgar memuji kesegaran Air yang mengalir.

Olivier hanya melihat dari pinggir, Ia sangat ingin bergabung, namun lepuhan kulitnya belum mengering, jika dibasahi justru akan membuat kulitnya semakin lama untuk sembuh.

Edgar sudah bersih, dengan segera ia memakai kainnya kembali dan melanjutkan perjalanan semakin menuju kedalam Femigo, beberapa penduduk yang bertemu memberikan mereka salam hangat, wanita dan pria sama cantiknya di wilayah Femigo ini.

"Rambutmu masih basah Ed" Olivier mengusap rambut Edgar, "kau sexy sekali saat basah seperti ini" puji Olivier membuat Edgar tersipu.

Langkah Olivier terhenti saat mereka tiba di sebuah rumah yang dikelilingi pagar dengan tanaman bunga yang merambat pula, didepan rumah terdapat perkarangan bunga dan kolam yang cukup besar, di kolam itu terdapat beberapa angsa yang sedang berenang, kupu-kupu yang indah terbang bertebaran sangat banyak, hinggap di bunga-bunga yang sedang mekar.

"Olly, ini indah sekali, Aku baru pertama kali ke sini" Edgar tak henti-hentinya berdecak kagum.

Olivier tersenyum lebar melihat kekasih mungilnya bahagia, "aku akan mengajakmu ke bukit Femina, disana kau bisa melihat seluruh perumahan penduduk dan juga matahari terbenam"

"kita bukan sedang berlibur, kita harus mengobati lukamu" Edgar mendelik.

"apa salahnya sepasang kekasih berkencan"

"jangan membuatku tersipu Olly" Edgar menyimpan wajahnya yang memerah karena mendengar kata kencan.

Mereka tiba didepan pintu rumah Darius, Olivier mengetuknya beberapa kali.

Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria berambut pirang yang memiliki tinggi yang sama dengan Edgar, namun kulitnya lebih putih, matanya lebih lentik dan bibirnya lebih tipis, pria itu tampan cenderung cantik, tapi berkat otot otot tubuhnya yang gagah, membuat pria itu terlihat maskulin.

"Olivier!!" Pria itu terkejut sekaligus bahagia, Ia tersenyum lebar melihat kedatangan teman lamanya.

"apa kabar Darius?" tanya Olivier menunduk melihat Darius.

"Aku baik, silahkan masuk!" ujar Darius.

Rumah Darius persis miniatur Istana kerajaan, pintunya di desain sangat besar dan tinggi, serta langit-langit ruangan yang juga tinggi dan memiliki ukiran kuno yang Indah, memudahkan Olivier leluasa bergerak sengan tubuh Giantnya.

Mereka bertiga duduk di kursi ruangan Darius, bahkan diruangan itu ada kursi besar yang didesain khusus untuk Pria bertubuh besar seperti Olivier.

Olivier mengenalkan Edgar kepada temannya, "Darius, Ini Edgar, dia..."

"kekasihmu" Darius memotong ucapan Olivier dan tersenyum memandang Edgar, mereka berjabat tangan saling berkenalan.

"tubuhmu.." Darius baru sadar setelah Olivier duduk, karena saat mendongak, Darius tidak terlalu memperhatikan tubuh Olivier yang mengelupas.

"iya..ini karena Magento" ujar Olivier.

"tunggu, Aku akan memberikanmu ramuanku" Darius meninggalkan mereka memasuki sebuah ruangan yang juga berpintu besar, lalu tak lama Darius keluar lagi menghampiri Edgar dan Olivier.

Darius membawa sebuah botol kecil berisi cairan berwarna ungu muda, Ia membuka botolnya, mengucapkan kata "consanesco", Ia menyodorkan ramuan itu ke Edgar, "Ed, Apa kau mau melumurkannya di tubuh kekasih giantmu" pinta Darius "tidak mungkin Aku kan yang melakukannya".

Edgar mengangguk, Ia mengambil ramuan yang diberikan Darius, "bisakah kau duduk dilantai saja Olly" perintah Edgar yang langsung dituruti Olivier.

Edgar menuangkan ramuan cair itu, ramuan itu berwarna namun saat di kulit Olivier, tak ada sama sekali warna yang menempel pada tubuh Olivier, dengan hati-hati Edgar melumurkan keseluruh dada dan lengan Olivier, penis Edgar menegang saat menyentuh setiap inchi tubuh Olivier, terlebih lagi saat menyentuh bagian perut Olivier yang berbentuk kotak.

Ajaib, seketika kulit Olivier kembali seperti semula, Darius dan Edgar berpandangan saling melempar senyum.

"terima kasih Darius" ucap Edgar memegang pundak Darius.

"sudah seharusnya sebagai teman Aku membantu temanku" Darius ikut memegang tangan Edgar, "apa ada bagian lain yang melepuh?" tanya Darius menatap Olivier.

Olivier menggaruk pelipisnya, "disini" jawabnya menunjuk selangkangannya.

"jika itu, lebih baik mengobatinya di sana saja, aku akan menunggu disini" ujar darius menahan tawa.

Edgar tersipu malu mengikuti Olivier kedalam ruangan yang ditunjuk Darius, sesampainya mereka didalam, Olivier segera melepas celana pendeknya, penisnya sudah mengacung dan bagian batangnya memang sedikit lecet terkelupas.

Edgar masih saja terpana melihat penis yang ukurannya bertambah menjadi 40cm dengan diameter kurang lebih 25cm itu, tenggorokannya tercekat, Ia terkejut melihat Penis Olivier bertambah ukurannya, Ia sudah pernah melihat bahkan merasakannya, namun hari ini ukuran penis Olivier lebih besar dan panjang bagi Edgar.

"apa Aku harus memijatnya sekarang?" tanya Edgar ragu.

"tentu saja, silahkan perlakukan sesukamu" goda Olivier.

Edgar menuangkan sisa ramuan ke batang Olivier, dengan dua tangan Ia menggenggam Penis Olivier, lalu memberikan gerakan maju mundur di penis yang sudah mengacung itu.

"emmhh..." Olivier menahan desahan, Ia tidak mau jika Edgar sampai tahu bahwa Olivier menyukai gerakan kedua tangan Edgar, Ia khawatir Edgar menganggapnya mengambil kesempatan.

Sebenarnya jauh dilubuk hati Edgar, dia merindukan mengecap penis Olivier, bahkan setelah luka di kulit penis Olivier hilang, Edgar yang terbuai tak menghentikan belaian gerakan tangannya di penis Olivier.

"akhh...Ed, lukaku sudah sembuh, akhh" Olivier mendesah kenikmatan.

"Aku...mengingiinkannya" lirih Edgar yang seperti terhipnotis, seolah ada yang berbisik menyuruh Edgar melumatnya.

Tanpa kompromi, Edgar menempelkan penis raksasa itu ke bibirnya, dengan kedua tangannya Edgar mengocok penis Olivier, lalu melumat kepala penis Olivier hingga batangnya sedikit, ya hanya sedikit, karena penis itu tidak akan muat utuh dimulut Edgar, Edgar menjulurkan lidah menjilat kepala hingga kebatang, tak urung jua, kedua bola yang menggantung dibawah batang penis Olivier menjadi sasaran empuk Edgar.

"Ouch Ed...kk-kau membuatku nikmat" lenguh Olivier.

Edgar tak mendengarkan, Ia terus mengulang aktifitasnya menjilati esnis Olivier dengan gerakan lidah yang memutar, sesekali Edgar mengocoknya dengan kedua tangan, membuat Olivier  terus mendesah atas perlakuan Edgar.

Olivier merasa penisnya berdenyut lebih kencang, Olivier sampai, Ia ingin menumpahkannya, "awas!!" pekik Olivier saat sesuatu yang ingin keluar itu semakin dekat ke ujung lubang penisnya, Ia menepis mulut Edgar yang masih menempel di kepala penisnya.

"akhh...." Olivier mendesah panjang, bersamaan dengan desahannya, penisnya memuntahkan cairannya ke wajah Edgar, hingga membasahi sekujur tubuh Edgar, Edgar seperti disiram Air seember besar, bahkan cairan itu membuat Edgar basah kuyup dan lengket.

"huuh...hampir saja kau kembung kekenyangan" Olivier tertawa melihat tubuh kekasihnya sudah basah dari ujung rambut ke ujung kaki dan cairan kentalnya mengalir di lantai.

"Olli, Aku tidak bisa membuka mataku!!" Teriak Edgar, Olivier tertawa lagi karena cairannya memang penuh di wajah Edgar.

Dengan penuh cinta Olivier menyapu wajah Edgar dengan lidahnya, menelan cairan yang menganggu wajah Edgar hingga habis, setelah membuka mata, Edgar melihat tubuhnya yang bak masuk kedalam kubangan Sperma, Ia tertawa sendiri melihatnya, Edgar mengerti, kekasihnya memang butuh Ia sentuh.

"terima kasih" ucap Olivier.

"sepertinya belum, ini masih keras Olli" Edgar menyentuh penis Olivier, Olivier hanya tersenyum, sebenarnya dia menginginkan bokong Edgar, tapi Olivier tidak berani mengutarakan keinginannya.

Edgar melepas kainnya yang basah karena cairan Olivier, "apa kau mau menggendongku?" tanya Edgar setelah tubuhnya telanjang didepan Olivier.

Olivier langsung mengangkat tubuh Edgar, menggendong Edgar didepan Lalu pelan pelan mengarahkan penisnya ke liang belakang Edgar, liang Edgar sedikit terbiasa dengan penis Olivier, sehingga dengan hentakan yang fokus, setengah batang penis masuk kedalam liang Edgar, hanya setengah, sedangkan 20cm nya lagi terlihat kokoh diluar, Olivier tidak mau menyakiti kekasihnya.

"Olli akhhh" desah Edgar yang juga dibalas desahan oleh Olivier.

"Ed...Kau menjepitku akhh.." Olivier mengerang.

"apa kau akan tetap mendiamkannya disana" celetuk Edgar, "bergeraklah sedikit, agar dapat mengurangi rasa sakitku" perintah Edgar.

Olivier memaju mundurkan pinggangnya, dengan ritme yang pelan, sedikit kencang, kencang, dan semakin kencang.

"akhh.....kenapa akhh--kenapa sepertinya semakin besar Akkhh" Racau Edgar yang ada di gendongan Olivier, Ia menyadari penis Olivier memang semakin besar dan panjang.

"Ed, Akhh...kau menjepitku, rasanya sempit akhh..dan hangat..akhh" Desah Olivier meracau.

Seiring penis Olivier yang maju mundur menerobos liang Edgar, seiring itu juga desahan Agh Ugh dari mulut sepasang kekasih itu.

"agh....Olli, akk--ku, Aku sampai...Akhh....." Setelah pergulatan mereka berjalan hampir 1 jam Edgar memuntahkan cairannya karena gesekkan perut Olivier

"Aku...Aku jug--ga Ed..Agh...Aku mau sampai ugh...akh.." racau Olivier, Ia masih merasa jika cairannya yang kedua ini masih banyak, sehingga Olivier melepas hujaman penisnya di bokong Edgar, Ia meletakkan tubuh Edgar di bawah, Edgar membelakangi Olivier yang sedang mengurut penisnya sendiri, lalu Edgar menunduk, hingga liangnya yang berwarna pink berkedut berharap cairan itu ikut masuk mengalir kedalam tubuh Edgar.

"agh.....akkh....." Olivier mendesah, cairannya kembali keluar membasahi punggung Edgar, menyadari masih ada sisa yang menetes, Olivier menyibak lubang milik Edgar, lalu membiarkan tetesan cairannya tepat masuk kedalam liang Edgar, seperti tetesan air keran yang mengalir kedalam lubang selang.

"agh..Ed, Terima kasih" ucap Olivier menutup pergulatan.

Edgar tersenyum, Ia memeluk Olivier yang duduk untuk mensejajarkan dirinya dengan Edgar, Mereka berciuman, saling memagut bibir.

"Kau harus mandi lagi" ujar Olivier mengangkat tubuh Edgar, Ia membawa tubuh Olivier ke tempat pemandian yang ada di sisi ruangan dan kembali memulai percintaan mereka.

Darius tersenyum dari luar, Ia mendengar desahan kencang dari kedua kekasih itu. Seekor burung merpati menghampiri Darius, di kaki merpati terikat surat, Darius mengambilnya dan melepas merpati itu kembali dengan mengucap terima kasih.

Darius membuka suratnya, surat itu adalah surat dari Claudia yang mengatakan akan menjemputnya disini, hati Darius sangat bahagia, kekasihnya akan menghampiri mereka.

[•]

Setelah selesai membersihkan diri Olivier kebingungan apa yang harus Edgar pakai karena kainnya sudah terkena lelehan cairan Olivier.

"Olivier, Aku memiliki pakaian yang cocok denganmu dan Edgar, silahkan Ambil didalam lemari berwarna hitam" Suara Darius terdengar dari luar.

Olivier membuka lemari, Ia mendapati dua celana panjang dengan warna dan model yang sama, hanya saja berbeda ukuran, mereka memakainya.

"ah..manis sekali" decak Edgar, "kita terlihat cocok" puji Edgar pada dirinya dan Olivier.

"tentu saja!, mari kita lanjutkan perjalanan" ujar Olivier menggenggam tangan Edgar, mereka keluar ruangan bermaksud pamit pada Darius.

Mereka sudah disambut Darius dengan wajah bahagia, "Claudia akan kesini!" teriak Darius kegirangan.

"kk--kau serius?" Olivier mengenal Claudia yang terpaksa menjadi selir King sangat bahagia mendengarnya, Darius mengangguk.

Raut wajah Olivier tiba-tiba muram, Ia melupakan jika orang-orang Istana pasti akan menangkapnya, Claudia pasti tidak datang sendiri, pikir Olivier.

"kami harus pergi sebelum Claudia tiba" ujar Olivier.

Darius terkejut, matanya memicing, "kenapa begitu?" tanya Darius heran.

Olivier menceritakan semuanya, Ia juga mengungkap jati diri Edgar, hingga Soka yang mengincarnya.

"Kau tidak perlu khawatir Olivier, Aku akan melindungi dan membantu kalian" ujar Darius setelah mendengar cerita Olivier, "kumohon bermalamlah disini, hingga Claudia datang, Aku yakin Claudia tidak akan menangkapmu, kau kenal dia dengan baik bukan" Darius menambahkan.

"Kau benar" jawab Olivier, "Ed, apa kau ingin bermalam disini?" tanya Olivier.

"tentu..asal kau mau mengajakku kencan" jawab Edgar tersenyum.

"kencannya nanti malam saja, lebih baik kalian beristirahat terlebih dahulu" ucap Darius, keduanya mengangguk dan memutuskan untuk tidur.

* * *

Sora dan Sona yang mengikuti Olivier dan Edgar secara diam-diam sudah tiba di depan pagar rumah Darius, menyamarkan diri seperti penduduk Femigo pada umumnya.

"apa kau yakin sora?" tanya sona,

Sora mengangguk, "terpaksa, ini tidak akan menyakitinya, percayalah".

"baiklah, semoga saja Giant itu mampu membantu" ujar sona lagi.

"Distortos" Sora dan Sona melafalkan mantra.

Mereka berubah bentuk menjadi dua anak perempuan kecil membawa keranjang berisi pisang, Mereka berlari dengan riang seolah benar benar menikmati menjadi anak kecil, lalu sesampainya di pintu rumah Darius, kedua saudara kembar itu mengetuknya.

Darius tertidur pulas di ruangan pribadinya yang kedap suara, sehingga suara dari luar tidak terdengar olehnya, sedangkan Olivier juga sudah mendengkur, hanya Edgar yang mendengar suara ketukan pintu itu.

Edgar berjalan membuka pintu mendapati dua anak kecil menggemaskan memakai gaun sedang berdiri didepan pintu.

"hai!!!" seru Edgar, Ia memang sangat menyukai anak kecil, "ada yang bisa kubantu cantik?" Tanya Edgar, Ia duduk agar sejajar dengan kedua anak kecil itu.

"hai paman! perkenalkan Aku Clitora" ujar sora berbohong.

"Aku clitoris" timpal Sona, Sora melototi saudari kembarnya yang asal memberi nama.

Edgar tertawa terbahak-bahak

"lalu...apa yang bisa paman bantu?" tanya Edgar mengulang kalimatnya.

Sora yang menyamar menjadi anak kecil bernama Clitora menyodorkan pisang yang Ia bawa, "ini untuk paman, kami sengaja membagikannya ke seluruh penduduk di Femigo"

"oh wow!, Aku merasa tersanjung, terima kasih banyak" ujar Edgar tersenyum ramah sambil mengelus rambut kedua bocah perempuan itu, "apa Aku bisa meminta dua lagi untuk temanku"

Sora dan Sona saling berpandangan.

"tidak bisa paman, kami hanya memberi kepada orang yang kami temui" jawab Sona.

"baiklah, sekali lagi aku ucapkan terima kasih, Akan kumakan sekarang" ujar Edgar tersenyum bahagia.

Edgar membuka kulit pisang yang diberikan oleh Sora, lalu mengigit dan mengunyahnya.

"cough ukh uhuk" Edgar terbatuk, terasa ada sesuatu yang menyumbat saluran pernafasannya, matanya berkunang-kunang, sedetik kemudian Ia pingsan didepan pintu.

Sora dan Sona sontak berlari, mereka takut ketahuan.

"strategi snow white kita berhasil" ujar mereka bersamaan.

"jangan ulangi kebodohanmu!!" hardik Sora kepada Sona.

"apa salahku?" tanya Sona kebingungan.

"berkacalah Sona, kau menyamar sebagai anak laki-laki berpakaian perempuan, lalu kau menamai dirimu Clitoris, dasar bodoh!!" Sora memukul kepala Sona.

Sona mengangkat Roknya, Ia mendapati penis kecil yang menggemaskan, "bukankah bentuknya kecil seperti clitoris?" tanya Sona dengan polosnya.

"oh dewa!! terserah kau saja!!" Sora menghilang dari hadapan Sona, disusul Sona yang ikut menghilang.


Load failed, please RETRY

Bald kommt ein neues Kapitel Schreiben Sie eine Rezension

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C15
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen