"Surat kabar.." Elise mengulangi kata-kata Nala, dan setelah ingat kejadian yang baru saja menimpanya dua jam lalu. Tubuhnya seketika menegang kembali dan air matanya mulai tersedu-sedu menangis karena mungkin akan kehilangan setengah dari jiwanya untuk selama-lamanya.
Tidak tega melihat kesedihan sahabatnya itu. Nala langsung memeluknya berusaha menenangkan nya.
"Nala.. Arsen.." kata Elise terbata di sela-sela Isak tangisnya.
Nala mengangguk "Ya, aku sudah tahu. Elise. Kau harus sabar. Aku tahu masalah yang kau hadapi ini sangat berat. Tapi kau juga harus tahu kalau ini tidak lain adalah rencananya yang sudah ditakdirkan nya untukmu. Mungkin Tuhan punya sesuatu di balik semua ini. Kau harus kuat. Kau harus kuat menjalaninya." Nala berusaha menenangkan sambil membelai rambutnya.
"Tapi, kenapa takdirku selalu seperti ini? Apa Tuhan memang tidak pernah ingin aku bahagia?" Elise semakin tersedu-sedu menumpahkan semuanya dalam pelukan Nala.