Kapitel 165: Buku harian lagi.

Lembayung yang telah berlalu, kini tersorot cahaya lampu-lampu tepi jalanan, hingga dinding terbias cahaya dari ujung-ujung pilar yang menyala terang. Daichi dan Yurika yang masih duduk bersama, akhirnya beranjak dari sebuah kafe menemani keduanya di jam makan petang.

Daichi membukakan pintu untuknya, "Silakan!" sebutnya.

Yurika dengan penuh senang hati memasuki mobil sembari melupakan semua yang telah berlalu hari ini, keduanya bergegas untuk mencoba menjalani kehidupan menuju pintu ikatan cinta suci.

***

Malam itu memperlihatkan cahaya remang penuh dengan harapan untuk masa depan. Di langit yang sama, di bumi yang sama, masih bernapas dengan penuh kejutan.

Aku memasuki lorong yang memfokuskan diriku pada ruang rumah kecil yang sudah tak jauh dari mataku, sedangkan mataku malah melirik ke arah balik punggung seorang pria yang sangat dekat dengan Jebran tersebut.

Wilson memasuki ruang di ujung dinding rumah kami.

"Wah!" dengusku.