App herunterladen
1.07% I Want You to be My Love / Chapter 3: Pilihan yang tak ada pilihan lain.

Kapitel 3: Pilihan yang tak ada pilihan lain.

"Kita langsung aja ke intinya. Saya sebagai pimpinan Glady's Whorkshop mau bekerja sama dengan perusahaan kamu," kata Gladys langsung ke inti pembicaraan.

"Kamu yakin?" tanya Adnan sedikit tidak percaya. Ia memberikan Gladys kesempatan untu berpikir ulang.

"Kenapa kamu tanya begitu?" heran Gladys. "Berita tentang Aditya GROUP yang hampir bangkrut sudah menyebar di mana-mana. Saya berbaik hati untuk memberikan bantuan agar perusahaan kamu bisa bangkit kembali. Kamu gak yakin perusahaan saya bisa membantu?"

"Bukan begitu," kata Adnan dengan nada lembut. "Cuma, saya heran. Disaat seperti ini, perusahaan lain enggan bekerja sama, tapi kamu? Kamu malah menawarkan diri untuk bekerja sama dengan perusahaan saya. Saya gak mau su'uzon, tapi kayaknya ada sesuatu yang kamu rencanakan dibalik ini semua." Kini, Adnan menatap Gladys curiga.

Mendengar hal itu membuat Gladys tertawa. Ternyata laki-laki itu tahu apa maksud dari pertemuan ini. "Hahaha, ternyata kamu pintar juga," katanya. Detik kemudian, gadis itu menyerahkan buku Cek yang ia taruh di atas meja. "Kamu bisa tulis berapa pun di sini, tapi memang di jaman sekarang semua gak ada yang gratis."—"Gladys memainkan kukunya—"Ada sesuatu yang bisa kita sepakati kalau kamu setuju dengan kerjasama ini." Gladys menatap Adnan yang berada dalam kebimbangan, ia mengangkat satu alisnya.

"Apa yang harus disepakati jika perjanjian ini berlangsung?" tanya Adnan.

"Kamu harus menikah dengan saya."

"Kamu gila ya!" teriak Adnan menggebrak meja. Pria itu berdiri dari tempat duduknya. Apa maksud dari penawaran itu?

Gladys terdiam, baru kali ini ia melihat Adnan marah seperti ini. "Kamu pikir penrnikahan itu seperti apa?" tanya Adnan dengan wajah penuh emosi. "Kamu pikir itu adalah sebuah permainan? Yang bisa kamu ajak siapa saja sesukamu?" Perempuan dihadapannya tak berkutik. Bukan karena takut, namun jika ia melawan maka hubungannya dengan laki-laki itu akan berakhir. Dan Gladys tidak mau itu terjadi.

Detik kemudian, Adnan memilih untuk pergi dari sana daripada amarahnya semakin menambah.

*****

"Lala!" seru Rendi melambaikan tangannya pada seorang gadis yang baru saja masuk ke sebuah cafe.

Si gadis yang dipanggil Lala itu menoleh ke kanan-kiri mencari sumber suara, dari arah jam tujuh gadis itu menemukan Rendi yang duduk di salah satu sudut ruangan. Lantas, Lala segera menghampirinya. Dalam hati Rendi, ia sangat senang diberi kesempatan di tengah-tengah jam sebuknya untuk bertemu dengan Lala. Hari ini gadis itu terlihat cantik dengan dress berwarna biru muda dibalit dengan jaket levis yang membuat penamilannya memiliki sedikit sentuhan casual. Ambut gadi itu dibarkan tergerai indah meengkapi wajah cantiknya yang dipoles make up tipis.

Rendi menarik satu kursi di depannya memberi akses untuk Lala duduk, gadis itu berterimakasih sambil menunjukkan senyum terindahnya. Senyuman favorite Rendi yang sekian lama ia tidak melihatnya. Laki-laki itu membalas ucapan terimakasih Lala dengan senyuman pula sembari duduk di tempat duduknya.

"Jadi, gimana desain baju lo?" tanya Lala melipat kedua tangannya di atas meja.

Rendi menarik satu sudut bibirrnya kemudian berkata, "udah lama gak ketemu, sekalinya ketemu masa yang ditanya desain sih? Orang mah tanyain kabar kek, apa kek yang berhubungan tentang gue, ini malah tanya yang lain."

"Hahaha!" Lala menutup mulutnya karena tidak bisa menahan tawanya. "Tanpa gue tanya juga gue tahu lo sehat walafiat begini." Dibiang begitu Rendi mengeluarkan ekspresi betenya, ia tidak suka dengan sikap Lala yang selalu menyepelekan hal-hal kecil. "Yee, malah ngambek. Iya deh iya, jadi gimana kabarnya?"

"Baik," jawab Rendi jutek.

Tak! Rendi mendapatkan jitakan kasih sayang dari Lala.

"Katanya mau ditanya tapi jawabnya malah jutek begitu, kalau tahu dijawab singkat begitu mah mending gue tanya tahapan-tajhapan lo nge-desain baju," ambek Lala.

"Ih, kok jadi lo yang ngambek?" heran Rendi ketika Lala melipat kedua tangannya di depan dada lalu membuang mukanya. "Heh, di sini itu harunya gue yang ngambek bukan lo, kenapa keadaannya malah kebalik? Dasar cewek, diambekin malah ngambek balik, ujung-ujungnya malah gue yang minta maaf."

"Biarin aja, wleee!" Lala memeletkan lidahnya, melihat itu membuat Rendi kesal. Alhasil laki-laki itu mengulurkan kedua tangannya untuk meraih wajah Lala. Namun gadis itu segera menghindar. Gadis itu terus meledek sahabatnya.

"Permisi, Kak. Ini pesanannya," ucap seorang waiters dengan nampan berisi pesanan.

Sontak Rendi dan Lala menghentikan aksinya dan membiarkan sang waiter menaruh pesanannya diatas meja. Keduanya mengucapkan terimakasih pada si waiters yang melangkah meninggalkan mereka.

Suasana menjadi hening, di depan Lala dan Rendi masing-masing terdapat sepiring nasi goreng spesial, segelas juice orange untuk Lala dan juice avocado untuk Rendi. Laki-laki itu sudah tahu apa makanan dan minuman favorite Lala, jadi ia memesan semua ini tanpa sepengetahuan gadis itu. Keduanya pun menyantap hidangan di depan mereka.

"Oh ya, lowongan kerja yang gue bilang di telpon tadi," kata Rendi teringat seuatu ditengah-tengah meeka makan. Laki-laki itu menelan makannya kemudian berkata, "gue dapat kabar kalo Aditya GROUP lagi buka lowongan kerja."

"Oh ya? Bukanya peruahaan itu nerima yang lulusan S1 ya?" tanya Lala kemudian memaukan satu suap nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Emang iya sih, tapi keadaan perusahaan itu lagi kacau balau. Katanya ada yang korup gitu bawa lari uang perusahaan," ucap Rendi. Entah kenapa suasananya seperti sedang menggibah. "Karena itu karyawannya banyak yang resign. Nah karena reputasi perusahaan itu lagi jelek, mereka meneruima yang fresh graduate. Lo bisa coba nih!"

"Oyah? Kalo gitu mau dong gue, penempatannya seuati domisili kan?"

"Gak tahu sih gue kalo itu, gue kan kerja di GLADY'S Whrkshop."

"Gue pingin sih nyoba, tapi kalo harus di Jakarta gue gak bisa kerja pulang-pergi.Lo tau sendiri kan Jakarta jauhnya kayak apa?"

"Udah tenang aja kalo lo ditempatin di Jakarta, lo bisa tinggal satu kos sama gue." Mendengar itu ekpresi Lala berubah menjadi takut. Gadis itu gagal fokus ketika mendengar kata 'tinggal satu kos sama gue'. Lantas Rendi langsung meralatnya. "Maksud gue kita tinggal sdi satu rumah kos, tapi beda kamar. Jangan pikir yang aneh-aneh deh lo."

"Syukur deh gue lega," ucap Lala mengelus dadanya. "Gue pikir lo mau mesum tadi."

"Hah? Mesum? Ahaha, gue masih bisa control birahi gue kali, La. Lagian, kalaupun gue mau, gue bisa cari cewek yang seksi dan berpayudara besar. Siapa juga yang terangsang sama tubuh kecil kurus layaknya triplek kayak lo."

"Heh, body shaming banget sih lo!" keal Lala memuukul kepala Rendi dengan sendok. Detik kemudian gadis itu melirik dadanya sambil berkata dalam hati, apa payudara gue sekecil itu?

*****


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen