Arini masih saja enggan menyembulkan senyumannya pada langit malam yang cantik itu.
Ia merasa bahwa dunia amatlah kejam karena Arini merasakan yang tak seharusnya Ia rasakan dalam kehidupannya yang memang terasa hancur.
"Sayang ... Masuklah! Ini sudah larut," ajak Riadi seraya mengusap pundak Arini dan mencium kening Sang istri. Kemudian Riadi melihat wajah Arini dengan tatapan kosongnya. Riadi ikut meneteskan air mata saat Ia melihat Arini sedang berderai air mata.
"Sayang ... Aku mohon kamu harus kuat. Jangan buat aku khawatir dengan apa yang sedang terjadi padamu. Aku tahu, aku tidak berhak berkata seperti ini karena aku tidak merasakan apa yang sedang kamu rasakan. Namun, aku ingin kamu kuat dan bisa melewati semua ini demi Radit dan Arinda, ya?!" ujar Riadi seraya menyeka air mata yang jatuh berderai di pipi Arini.