Saat energi yang mengamuk dipaksa untuk tenang, di tengah pusaran badai itu, seorang pria mengambang di udara seperti dewa kuno yang turun untuk menyelamatkan dunia dari bencana.
Semua energi yang tersisa dari badai tersedot ke arahnya, benar-benar berani menyerap energi yang sangat destruktif itu.
Zerdite tidak bisa mengendalikan tubuhnya, tapi mentalnya sangat tersiksa oleh rasa sakit yang luar biasa.
Rasa sakit itu disebabkan oleh gumpalan Aura Kekacauan yang mengalir di pembuluh darahnya. Tubuhnya dipasok secara paksa, akibatnya beberapa bagian tubuhnya membengkak tak terkendali menjadi raksasa.
Urat nadinya menonjol keluar, menjulang hingga membentuk lintasan di permukaan kulitnya. Warna tubuhnya menggelap menjadi ungu, rambutnya acak-acakan, sklera matanya menghitam, dan pupilnya berubah berkilau keunguan.
Kekuatan yang mengalir darinya membentuk domain penghancur, yang memusnahkan apapun dalam radius beberapa mil disekitarnya.
Saat dia mendambakan kekuatan untuk keluar dari situasi menyedihkan yang menimpanya, Inti Kekacauan bereaksi dan menanggapi keinginannya.
Selanjutnya, dia dipaksa menerima energi yang sangat mengerikan ini, hingga tubuhnya rusak parah. Meski kekuatannya melambung secara eksplosif, tapi kerusakan jiwa dan tubuh fisiknya begitu besar, hingga Dewa Omniverse seperti dia tidak begitu memahami berapa lama kerusakannya akan pulih.
Semua pengalaman itu membuatnya berpikir bagaimana Penguasa Kekacauan bisa tetap waras setelah menjadikan energi yang sedang menghancurkan tubuhnya secara perlahan-lahan ini sebagai darah dagingnya.
Apakah pembuluh darahnya tidak rusak?
Bagaimanapun, rasa ini sangat menyiksa, dan jika dibiarkan lebih lama lagi, mungkin dia tidak akan bisa bertahan lama. Tubuhnya tidak akan bertahan jika dia terlalu lama dalam keadaan ini, tapi bagaimana dia bisa menghentikannya?
Aura Kekacauan yang sedang mengalir di nadi darahnya ini tidak mau mengikuti kehendaknya, seolah-olah dengan bebas menggerogoti tubuhnya dari dalam, dan dia hanya diijinkan untuk melepaskannya dalam bentuk semburan energi.
Proses ini tidak sama seperti saat Tuan Muda Yogghgod menyatu dengan materi Anti-Chaos, tapi saat ini dia sedang dalam proses Chaosifikasi.
Konstitusinya akan berubah menjadi Chaos yang tidak murni.
Origin Primordial yang tercemar oleh Chaos, seolah kain putih bersih yang tercelup dalam limbah selokan, mustahil untuk memulihkan kemurniannya lagi.
Bahkan jika penampilan kain putih itu sama seperti sebelumnya setelah dicuci, pengguna akan tahu jika kain itu pernah terkotori oleh limbah selokan, melabeli kesan menjijikkan terhadapnya.
Bahkan jika Zerdite pulih setelah proses Chaosifikasi, dia akan tetap tercemar, dan Origin miliknya akan rusak.
Origin adalah unsur kekuatan yang menjadi inti dari elemen milik Dewa. Jika ternyata rusak, maka tidak akan bisa dipulihkan lagi, atau kalau tidak, maka itu akan sangat sulit, dan bahkan jika sembuh sekalipun, efektifitasannya akan menurun drastis, membuat kualitasnya tidak sesempurna sebelumnya.
Aura Kekacauan adalah kekuatan yang cocok untuk merusak konstitusi seseorang, bisa dengan mencemarkannya atau merusaknya dengan mengganggu energinya.
Akibat dari itu, konstitusi fisik dan jiwa Zerdite ikut rusak setelah menerima kekuatan yang dipaksakan ini, tapi mau bagaimana lagi, itu terlalu tiba-tiba dan dia sudah dalam keadaannya yang sekarang.
Tidak berdaya menerima kekuatan yang begitu besar, dan dia tidak bisa menerimanya dengan benar.
Proses Chaosifikasi berlangsung sebentar, kurang lebih satu menit kemudian, badai energi yang mengamuk dalam dirinya akhirnya mereda dan dia bisa berdiri dengan benar.
Inti Kekacauan menyatu dengan tubuhnya dan menjadi jantung kedua baginya.
Saat ini, dia sedang beradaptasi dengan rasa sakit yang timbul pada setiap gerakannya, dan yang lebih penting, dia harus segera beradaptasi dengan kekuatannya agar bisa mempertahankan kesehatannya saat ini.
Jika ini berlangsung beberapa menit lebih lama, tubuhnya akan masuk pada fase penghancuran.
Dia kemudian menarik pandangannya ke atas dan melihat Penguasa Kekacauan yang juga menatapnya dari sana.
Penampilannya benar-benar berbeda dari saat terakhir kali mereka bertemu.
Pria itu sekarang menyerupai Iblis sejati, dengan aura yang sangat mengintimidasi sedang mengalir keluar, dan perasaan menindas itu berhasil memengaruhinya.
Yang orang itu lakukan hanya menatapnya, tapi seolah-olah dia sedang menghadap mata raksasa yang memandangnya seperti semut.
Perasaan acuh tak acuh saat memandangnya membuat kulitnya kedinginan, apalagi ketidakpedukian terlepas dari ketidaktahuan kondisi Istrinya saat ini.
Zerdite hanya tidak tahu jika Asheel mengetahui keberadaan Sera sangat aman sekarang, mungkin sedang bertengkar kucing dengan D, yang dia lakukan hanya memikirkan apakah akan mencubit semut dibawahnya sampai mati.
Bagaimanapun, Chaosifikasi kali ini sangat spesial karena dia tidak melakukannya secara pribadi, melainkan yang melakukannya adalah kehendak dari Inti Kekacauan.
Inti Kekacauan, jika dilihat dari klasifikasinya sudah termasuk ke dalam Artefak Dewa, bahkan melampaui itu. Tapi kehendak yang terkandung dalam senjata yang disebut artefak itu hanya setingkat dengan kesadaran bayi, dan sejak dulu belum pernah berkembang.
Inti Kekacauan sudah cemas lama sejak Asheel meninggalkannya, seperti bayi yang ditinggal oleh orang tuanya.
Ini memang salah Asheel karena meninggalkannya secara tidak peduli, dia hanya tidak mempertimbangkan jika kehendak didalamnya akam bergerak secara tiba-tiba.
Perkembangan menuju kedewasaan kehendak itu membutuhkan pemicu seperti saat ini, mungkin Inti Kekacauan bisa menjadi artefak ilahi yang sangat kuat.
Pemicunya adalah ketika Asheel mendekatinya setelah sekian lama, seolah-olah seorang anak yang merindukan orang tuanya.
Serius, Inti Kekacauan hanyalah sebuah alat baginya yang berfungsi untuk menstabilkan energi yang selalu mengamuk dalam dirinya. Sekarang, artefak berbentuk bola itu menjelma menjadi orb penghancur, yang mana keberadaannya bisa menjadi ancaman serius bagi Omniverse.
Tapi karena Asheel melihat ini, maka dia akan menyimpannya untuk dirinya sendiri. Toh, sejak awal Inti Kekacauan memang sudah menjadi miliknya.
Mereka saling menatap untuk sejenak. Sementara tatapan Asheel penuh dengan pandangan merendahkan, Zerdite mengambil pandangan curiga.
Kemudian, Zerdite menyadari jika dia tidak bisa berdiam diri lebih lama, atau tubuhnya tidak akan mampu bertahan sebelum dia benar-benar kabur dari tempat ini.
Jika Asheel mendengar apa yang dia pikirkan, maka dia akan menertawakannya. Sejak keduanya menginjakkan kakinya di teritori D, kabur adalah hal yang sangat mustahil untuk Zerdite. Adapun Asheel, dia harus merusak teritori ini dari dalam, yang mana dampak kehancurannya bisa dipastikan akan mempora-porandakan Doomland menjadi rata dengan tanah.
Itu adalah hal yang tidak diinginkan oleh Asheel, dan D mampu memanfaatkannya.
Lagipula, keduanya juga tidak ingin tempat penuh kenangan ini hancur. Meski separuh kota sudah hancur akibat badai energi, sih.
Tapi hal itu bisa dipulihkan dengan mrmbangun ulang kota, yang mana sangat mudah bagi para Iblis yang fisiknya sudah diberkati. Mereka memiliki bakat menjadi kuli sejati.
Bercanda, fisik kuat tidak akan bisa menjadi faktor utama dari kesempurnaan sebuah bangunan, apalagi mendesain seluruh kota.
Mengesampingkan kesempurnaan, aura mengancam yang keluar dari Asheel saja sudah membuat bangunan didekatnya bergetar, seolah-olah akan runtuh.
Apalagi Zerdite yang sama sekali tidak bisa mengendalikan aliran kekuatannya, benar-benar membuat dampak kehancuran yang nyata.
Tanah yang dipijaknya sudah retak, mengancam akan runtuh jika dia berdiri di sana lebi lama lagi. Tapi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Zerdite sama sekali tidak mempunyai waktu untuk terus berdiri diam, dia harus segera kabur dari tempat ini!
Maka dari itu, dia mengambil inisiatif untuk menyerang.
BOOM!
Hanya dari tolakan kaki sederhana, tubuhnya melambung sangat tinggi hingga melubangi awan dan langit merah menjadi kilauan cahaya.
Aura menakutkan itu seperti sambaran petir, dengan untaian energi yang mampu meruntuhkan langit dan bumi.
Melihat ledakan kekuatan itu, Asheel berkata: "Skala itu sudah bukan merupakan kekuatan yang bisa ditanggung dunia ini. Semoga D lebih tahan dalam mempertahankan teritorinya sendiri..."