Memikirkan tentang Abyss, Asheel menjadi terpikirkan beberapa hal. Dia masihlah naif bahkan setelah hidup lama yang dia sendiri tidak menghitungnya. Sikapnya juga tidak berubah dan masih menyukai kebebasan. Pepatah berkata bahwa jika semakin lama seseorang hidup, maka kebijaksanan dalam dirinya akan semakin besar. Tapi itu sepertinya tidak bekerja untuknya.
Jika dilihat dari luar, Asheel tidak memancarkan aura kebijaksanaan yang dibicarakan. Malahan, perasaan menindas yang tidak diketahui apakah itu berbahaya atau tidak.
Tapi, apakah dia benar-benar naif?
Naif bukan kata yang tepat untuk menggambarkan orang kuno sepertinya. Maksudnya, dia benar-benar berpikiran positif untuk situasi apapun yang dihadapinya.
Artinya, dia adalah Makhluk Chaos yang mencoba menjadi manusia.
Sebuah suara membuat Asheel keluar dari pemikirannya.
"Kalau begitu, Asheel-sama, mari kita jadikan kota ini sebagai wilayah kekuasaan kita! Perlihatkan kepada orang-orang rendahan itu betapa besar kekuatan dan kekuasaanmu!" Albedo menyarankan sambil tersenyum, seolah itu hal yang wajar.
Saat mengatakan itu, semua orang juga setuju dengan Albedo.
Jika saja Asheel setuju, maka Albedo pasti akan langsung menyusun rencananya dengan Demiurge, menahan Asheel di takhtanya, dan mengatakan bahwa itu tugas bawahan untuk mempersembahkan kota ini kepadanya.
Asheel mengerti hal itu, mungkin dia tidak akan melakukannya dengan cara itu. Dia ingin pendekatan yang berbeda, yaitu dengan cara yang damai. Dia tidak ingin terlibat terlalu banyak dengan kekuatan-kekuatan besar di dunia ini, setidaknya untuk saat ini. Dia tiba-tiba merasa bahwa dirinya menjadi bijak.
"Mungkin bagus, tapi ... kali ini kita akan menggunakan pendekatan yang berbeda. Aku masih menginginkan ketenangan bahkan untuk sesaat, jadi mari perlakukan waktu kita didunia ini seperti liburan!"
Albedo mengangguk dan mencatat hal yang dikatakan Asheel di benaknya. Dia akan menganalisis maksud kata-katanya nanti lalu mendiskusikannya dengan Demiurge sebelum memutuskan rencana mana yang harus dijalankan.
Jika Asheel tahu apa yang dipikirkan Albedo, maka dia akan tersedak air liurnya sendiri. 'Aku hanya ingin hidup damai dengan para wanitaku, kenapa kalian mempersulitnya?!'
Mungkin, dia akan berteriak seperti itu dibenaknya.
Jika itu terjadi.
Asheel tidak mengetahui apa yang dipikirkan Albedo dan hanya mengira dia memahaminya.
Walaupun dia berkata omong-kosong kedamaian seperti itu, sebenarnya Asheel mencemooh dirinya sendiri dalam benaknya; 'Hidup damai? Persetan! Hanya dengan asal-usulku sendiri, tidak akan pernah kedamaian dalam hidupku. Maksudnya, aku malah orang yang akan membuat kekacauan.'
Itu mungkin adalah apa yang dimaksud dengan dirinya yang naif. Pemikirannya benar-benar ditentang oleh dirinya sendiri.
Mengabaikan konflik pikirannya, kemudian mereka berjalan pulang bersama.
Setelah sampai di kondomoniumnya, Asheel pergi ke kamar mandi, dan langsung berendam air panas. "Ahhhh ... "
Tiba-tiba pintu dibuka dan Sera masuk. Kamar mandinya cukup besar, dia pergi ke shower untuk membersihkan diri sebelum bergabung dengan Asheel di bak mandinya yang besar.
Melihat ke jendela, mereka bisa melihat pemandangan di luar.
"Besok pagi, kita akan pergi jalan-jalan!" Kata Sera menatapnya tajam.
'Apa dia marah karena aku tidak mengajaknya? Kupikir tadi malam sangat melelahkan, dan aku tidak tega membangunkannya setelah melihat wajah imutnya saat tidur.' Asheel sedikit berkeringat, dan pikirannya kemana-mana, mencoba mencari alasan.
Dia menghela nafas, "Tentu, tapi untuk sekarang mari kita perlakukan waktu eksklusif ini dengan baik!"
Asheel menarik tubuh Sera dan membawanya ke pelukannya, kedua kulit mereka bersentuhan secara langsung, membuat Sera tersipu. Walau tubuhnya telah disentuh olehnya berkali-kali, tapi tetap saja wajahnya akan memerah saat Asheel menggoda dan memanjakannya.
Kepala Sera bersandar di dadanya, sedangkan Asheel memeluknya dari belakang.
"Ini adalah saat-saat yang tenang."
"Benar!"
"Kuharap bisa seperti ini selamanya."
"Yah, kita hanya bisa berharap!" Asheel perlahan memeluknya lebih erat.
"Sera, aku mencintaimu!"
Sera mendongak dan tersenyum bahagia, dia merasa sangat aman dan nyaman saat ini. "Aku juga mencintaimu, Asheel!"
...
Setelah sesi kecil itu, Asheel berganti pakaian dengan kemeja hitam lengan panjang, lengannya dilipat sampai siku, kancing dadanya sedikit terbuka memperlihatkan tubuh berototnya dan tatonya, sedangkan rambut panjangnya dibiarkan tergerai di punggungnya. Dia juga memakai kalung di lehernya.
"Aku pergi!"
Setelah semua orang merespon, Asheel pergi diikuti oleh seorang wanita.
"Asheel-sama, apakah kita akan menuju tempat biasanya?"
Asheel melirik kecantikan itu sejenak sebelum menjawab, "Benar, Narberal!"
Narberal Gamma adalah seorang kecantikan yang elegan, berkulit putih salju, dengan ekor kuda hitam. Dia tidak memakai pakaian battle maidnya, melainkan pakaian maid prancis biasa.
"Kalau boleh bertanya, mengapa Anda memutuskan untuk membangun kafe itu?" Narberal bertanya. Sebagai pelayan profesional, dia bertindak dengan elegan di setiap gerakannya.
"Kenapa, ya? Karena itu menyenangkan?"
Narberal tidak mengerti apa yang dikatakan Asheel dan tidak bertanya lagi.
Saat berjalan, orang-orang disekitarnya iri dengan Asheel karena mempunyai maid cantik disisinya, tapi saat melihat wajah Asheel yang tampan, tegas, dan dingin, mereka mulai mengutuk ketidakadilan mereka.
Melihat Narberal selalu berjalan di belakangnya, Asheel memanggilnya, "Narberal, kemarilah!"
Narberal segera berada disampingnya, "Apa yang Anda perintahkan, Asheel-sama?"
Asheel menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya ingin kamu berjalan disampingku. Bukankah kamu merasa kesepian?"
"Saya tidak, asalkan bisa melayani Tuan kita, aku tidak peduli dengan hal semacam itu.." Narberal menjawab.
"Tidak boleh begitu, Narberal. Kalian sudah kuanggap anak-anakku sendiri, aku tidak akan tenang jika kalian tidak bahagia."
"Tapi, melayani Anda adalah sebuah kebahagiaan--" Sebelum Narberal menyelesaikan kalimatnya, dia merasa tangannya digenggam dengan kuat. Dia melihat Asheel tersenyum padanya, "Asheel-sama?"
"Hahh.. mungkin aku tidak memandang kalian para gadis sebagai anak-anakku, tapi sebagai seorang wanita?! Habisnya, kalian sangat menawan.." Asheel mengangkat dagu Narberal, matanya bertatapan selama beberapa detik sebelum Narberal menyadari apa yang dia lakukan dan tersipu.
Orang-orang disekitarnya merasa hatinya berdarah saat melihat dua kemesraan itu.
"Tapi.. yang harus kita lakukan adalah melayanimu.. mungkin yang boleh berada disisimu adalah Albedo-sama.." Setelah tangan mereka terpisah, Narberal tidak berani menatap wajahnya lagi.
"Narberal, kamu tidak ingin?" Asheel menatapnya sekali lagi yang membuat Narberal tersipu.
Ekspresi dingin dan tabah Narberal sudah menghilang dan dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Pada akhirnya dia memberanikan diri, "Tentu saja, aku ingin.."
"Kalau begitu tetaplah berada disisiku, aku ingin lebih mengenal bawahanku, dan tentu saja.. aku ingin lebih dekat denganmu!" Asheel menggenggam tangannya sekali lagi.
Narberal sudah pasrah dengan apa yang terjadi dan hanya mengikuti keegoisan Tuannya. Sepanjang jalan, mereka berdua bergandengan tangan yang membuat Narberal malu, karena menurutnya tidaklah pantas diperlakukan seperti ini oleh Tuannya sendiri.
...
Melepas tangan mereka masing-masing saat tujuan mereka telah tercapai, di depannya adalah kafe yang lumayan besar untuk muat puluhan orang.
Wajah Narberal masih merah saat ingatan sebelumnya terus berada dipikirannya. Dia juga yang pertama kali melepaskan tangannya saat mereka saling terjalin, takut para saudarinya akan tahu jika mereka melihat tindakannya.
Saat Asheel membuka pintu, mereka berdua disambut oleh kecantikan lainnya.
"Asheel-sama, selamat datang! Saya akan mengantar Anda ke ruangan pribadi Anda!"
"Yuri Alpha! Baik, antar aku kesana!" Asheel berjalan dengan santai.
Dua orang lain dibelakang Yuri membungkuk.
Yuri Alpha adalah wanita cantik dengan tampilan yang cerdas, memakai kacamata dan kerah biru di lehernya, kemungkinan besar akan tetap menempelkan kepalanya ke tubuhnya karena dia adalah seorang Dullahan. Rambutnya diikat menjadi sanggul berpotongan rendah di belakang kepalanya. Dia mengenakan pakaian maid tanpa peralatan tempurnya. Selain itu, Yuri Alpha memiliki getaran seorang Onee-san.
Dua orang lainnya yang membungkuk adalah Solution Epsilon dan Lupusregina Beta.
Solution adalah kecantikan pirang dengan ikal spiral dan mata biru, serta pakaian maid yang menekankan daya tarik tubuhnya. Bagian atas seragam maidnya didesain untuk dibuka dengan mudah, sehingga Solution dapat menyerap korban ke dalam tubuhnya. Karena dia adalah ras slime, Solution dapat mengubah penampilannya sesuai keinginannya. Dia juga tidak mengenakan peralatan tempurnya.
Kecantikan lainnya, Lupusregina Beta adalah kecantikan berkulit coklat dengan tampilan atletis dan rambut merah yang diikat dalam dua kepang panjang. Dia mengenakan seragam maid dengan lengan pendek dan sarung tangan hitam panjang dengan rok yang memiliki celah panjang di sisi kirinya, memperlihatkan stoking putih setinggi paha.
"Baik, semuanya! Aku juga akan bersiap-siap." Narberal menyapa mereka sebelum berjalan ke ruang kerja.
Setelah melihat chapter komen terbaru, saya baru mengetahui jika bab ini adalah masalah ulasan buruk saya. Saya benar-benar menulis apa yang ada dipikiran saya saat itu, dan bahkan saya lupa beberapa hal yang saya tulis.
Saya salah paham dengan kata naif. Dari semua anime yang saya tonton, saya memiliki kesimpulan jika naif adalah orang yang memiliki sikap seolah-olah semuanya akan baik-baik saja, terlepas dari masalah yang orang itu alami.
Thx
Ple Ple Pleiades!