"Nggak bisa gitulah, kamu egois namanya."
Dhika menarik Cia masuk ke dalam pelukkannya, "tidak ada egois. Lupakan saja, malam ini aku banyak membantu. Anggap pembatalan hukuman itu, sebagai kompensasi kecil."
"Kamu emang nggak pernah tulus, heran." Sewot Cia yang masih berada dalam pelukkan suaminya. Batal ya batal lah. Lagipula suaminya udah baik budi malam ini.
"Kita jemput anak-anak dulu kan?" tanya Cia. Dia menyandarkan tubuhnya di dada bidang Dhika yang terbalut jas mahal dengan wangi parfume yang khas. Dhika banget.
"Mereka tidur di rumah kakek," jawab Dhika santai. Tangannya mengelus lembut rambut Cia yang di hiasi dengan jepitan bunga daisy yang terbuat dari berlian.
Cia sedikit mendongak, "jemput aja, nggak enak sama kakek. Pasti cape."