"Kenyang, Sayang?" Ervan bertanya pada Fira.
Fira mengangguk, setelah itu Ervan memanggil penjual untuk menghitung. Habis itu Fira mau ke suatu tempat lagi, untuk beli beberapa sayur untuk dimasak siang nanti.
"Semua delapan puluh lima ribu rupiah," jawab penjual tersebut. Ervan pun mengeluarkan selembar warna merah kepada penjual itu.
Alex dan Alberto sedang menikmati bakso di depan. Kemudian tanpa sengaja Fira menyenggol seseorang saat ini sedang enak dengan baksonya tersebut. Bakso ada di sendok, mau tak mau jatuh ke jiplak kuah di bajunya.
Alberto yang lihat pun tercegah, Alex tak berkutik setelah apa yang terjadi sekarang. Noda cokelat pas mengenai baju putihnya tersebut. Alex pun mengebrak sendok dan berbalik membuat orang ada di rumah makan bakso menoleh.
"Tu-Tuan ..." Alberto mencoba menenangkan Alex. Tapi Alex sudah memasang geram pada seorang wanita.
Fira yang bersiap untuk beranjak dari rumah makan bakso itu pun mendongak, dan menatap pria di depannya.
"Kau lagi, kau lagi," geram Alex, dia menahan kesalnya.
"Memang ada masalah apa Anda dengan aku?" balas Fira malah tidak tau maksud pria di depannya itu.
Alex tercegah melihat wanita di depannya pura-pura tidak tau apa yang terjadi. "Heh? Kau itu sebenarnya pura-pura bloon apa bego sih?" sanggah Alex pada Fira.
Fira yang dengar sindiran itu, dia merasa tidak terima. "Apa? Bloon? Bego? Eh, Bung! Jangan kau pikir orang kaya kayak Anda bisa mengatai seperti itu? Di mana etika sopan santun Anda? Apa orang tuamu gak pernah diajari berbicara bahasa tata baik? Datang-datang sudah marah-marah gak jelas, aku bertanya, ada masalah apa Anda dengan aku?" balas Fira malah menceramahi Alex panjang lebar.
Orang-orang ada di rumah makan bakso itu cuma menonton atas sikap mereka berdua. Ervan baru saja kembali dari kamar mandi, kemudian melihat istrinya sedang berdebat dengan seseorang. Dengan cepat Ervan mencegah perdebatan mereka itu.
"Kau!"
"Apa? Kurang suka? Kurang suka aku bilang orang tuamu tidak pernah mendidik Anda cara bahasa tata bicara yang baik?!" balas Fira makin marak saja suasana di sini.
"Sayang, ada apa?" Ervan bertanya pada Fira.
"Ini loh, Sayang. Masa aku gak tau masalah apa, dia tiba-tiba sudah marah-marah ke aku, heran aku sama orang kayak dia. Amit-amit moga anak aku gak kayak dia," jawab Fira mengadu pada Ervan.
Alex mengamati pria di samping wanita itu. Alex paling malas kalau ketemu sama wanita sikit-sikit lapor. 'Apa begini cara wanita hamil, sikit-sikit lapor ke suami?' batin Alex bertanya pada dirinya sendiri.
"Maaf, Pak. Kalau ada masalah bisa diselesaikan di luar secara kekeluargaan. Gak enak hati sama pengunjung di sini," sapa penjual meminta mohon pada Alex untuk tidak memperpanjang soal hal kecil.
"Siapa juga keluarga?" balas Alex dan Fira. Penjual itu pun tercekat dengan suara bersamaan pada bentakan mereka.
Penjual itu pun sudah tidak mood hati lagi, pagi-pagi dia buka untuk usaha hidup. Bukan pertama kali dia jumpa orang seperti ini. Tanpa rasa bersalah apa pun. Penjual itu mengusir Alex, Alberto, Fira, dan Ervan dari rumah makan bakso nya.
▶▶◀◀
Sejak kejadian tadi suasana hati Fira tidak mendukung. Kalau bukan pria tadi mencari gara-gara mungkin rumah makan bakso tadi tidak akan bertindak cara kasar mengusir mereka.
"Sudahlah, Tuan! Masalah kecil jangan diperbesar. Toh, cuma ke jiplak kuah bakso doang. Mungkin wanita tadi memang tidak sengaja," ucap Alberto mengamati lewat kaca depan mobil, melihat sikap Alex mencoba membersihkan noda di baju putih nya itu.
"Apa yang tidak sengaja! Wanita itu coba balas dendam karena soal kemarin, jadi dia sengaja lakuin itu agar aku dipermalukan sama orang ada di rumah makan bakso tadi?!" tutur Alex masih jengkel dengan Fira.
"Biarlah soal kemarin berlalu, Tuan. Kalau dilihat dari sikap Tuan ke wanita tadi, ada sedikit kemiripan," kata Alberto langsung buat terpaku diam.
"Maksudmu?" Alex malah tidak paham perkataan Alberto.
"Coba Tuan ingat lagi, awal pertama jumpa dengan wanita itu? Ketidaksengajaan itu terus berulang-ulang. Pertama Tuan gak sengaja bertabrakan dengan dia di Rumah Sakit waktu mau besuk Ibu Marika, kedua Tuan marah-marah gak jelas hanya gara-gara dia melempar botol minuman gak sengaja kecipratan sepatu Tuan, sekarang Tuan kembali bertemu lagi dengan wanita itu hanya gara-gara dia gak sengaja menyenggol Tuan dari belakang," jelas Alberto menerangkan semua permasalahan kepada Alex.
Alex pun juga sependapat dengan Alberto menjelaskan soal wanita hamil itu. Alex juga tidak tau bagaimana itu semua bisa kebetulan. Bahkan wanita itu juga tidak mau mengalah, selalu saja membalik perdebatan dari omongannya.
"..., apalagi Tuan masih ingat waktu di pajak tradisional, ada seorang pria selalu mendampingi wanita itu, kayaknya itu suaminya. Sempat Tuan dengar kalau suaminya bilang ke wanita itu, dia sedang hamil? Bisa jadi wanita itu sedang kebawa hormon dan terlalu sensi. Jadi, saya berharap Tuan jangan terlalu menekan wanita seperti itu, Tuan belum merasakan bagaimana seorang wanita kalau sifat mood nya suka berubah-ubah," tutur Alberto menasihati dan menceramahi Alex.
Merasa di mobil tidak ada suara sahutan dari Alex, Alberto pun menoleh, Alex sudah tidak ada di sana. "TUAN!" Alberto segera keluar dari mobil dan mengejar Alex sudah menjauh dari parkiran dengan pakaian dia ganti mengenai noda kuah bakso tersebut.
Meskipun Fira sekarang tidak mood, dia tetap keliling melihat beberapa buah dan camilan ringan seperti kue basah, roti, atau makanan buat mengganjal perutnya.
"Bang, martabak kecil berapa?" Fira berdiri salah satu gerobak yang mangkal di dekat toko-toko pakaian. Di sana berderetan jualan aneka kue ringan.
"Tiga, sepuluh ribu, Mbak," jawab Abangnya.
"Ya sudah, Bang. Aku pesan martabak kecil dua puluh ribu, ya. Terus lemang satu berapa?" ucap Fira pada Abangnya kemudian dia bertanya lagi sama Abangnya soal lemang.
"Tiga ribu, Mbak! Mau berapa?"
"Bang, Lemang sepuluh ribu, ya!" ucap seseorang membuat Fira tidak asing lagi dengan suara itu. Dia menoleh dan menatap pria di belakangnya. Alex mengalihkan tatapan wanita di depannya.
"Kamu lagi, kenapa sih ikut-ikut, aku mulu?" celetuk Fira, makin sensi sama Alex.
"Siapa juga ikut kau? Orang aku mau pesan lemang juga!" jawab Alex acuh.
"Tapi aku duluan yang pesan?!"
"Tapi aku lebih dulu bayar?!"
Lagi-lagi mereka berdua merebutkan soal makanan hingga orang-orang yang lewat cuma bisa menggeleng, Abang yang jualan malah menghela berat doang.
"Ini, Pak, lemangnya," Abang itu berikan bungkusan lemang kepada Alex. Tapi direbut oleh Fira.
"Ini punya ku, aku yang duluan pesan, kok, malah kamu dapet!" sewot Fira tak terima.
"Aku duluan bayar, situ yang salah, cuma pesan, siapa cepat dia yang dapat, Wlek!" Masih sempat nya Alex mengeluarkan lidahnya tanda mengejek. Fira seperti di permainkan. Dia pun semakin kesal dan tanpa bersalah dia menendang kaki Alex. Alex sontak kesetrum luar biasa.
Fira pergi begitu saja tanpa mengambil pesanan martabak dia beli sama Abang itu. Alex masa bodoh, Alberto yang lihat tadi bisanya diam di sana. Ervan dari tadi mencari istrinya. Ternyata ketemu dia melihat istrinya berjalan sangat cepat dengan muka merenggut lagi. Pasti ada masalah lagi di tempat lain.