Sudah tiga hari lebih Putri Jang mengurung dirinya dikamar tidak mau menerima tamu, tidak mau berbicara dengan siapapun dan tidak mau makan sama sekali. Hal ini membuat Perdana Menteri Hwang khawatir mengingat pernikahan Putri Jang dengan Raja Joon akan digelar seminggu lagi.
"Jang... apa yang harus ayah lakukan? mengapa kau seperti ini," gumam Perdana Menteri Hwang berkali kali.
Perdana Menteri Hwang meminta Dayang Han untuk terus membujuk sang putri agar ia mau makan, namun usaha Dayang Han tak membuahkan hasil.
Malam itu tubuh Putri Jang menggigil karena demam yang telah ia derita beberapa hari ini. Putri Jang terus saja mengigau memanggil manggil ibunya dan sesekali memanggil nama Pangeran Dong.
"Ibu," igau Putri Jang lirih namun masih dapat didengar dayang Han.
"Dong Hwa maafkan aku," igaunya lagi.
Dayang Han terjaga sepanjang malam menjaga sang putri yang sedang terkulai lemah sesekali membenarkan selimut sang putri dan mengganti kompresan didahinya. Tengah malam Suara pintu diketuk pelan yang membuat Dayang Han terkesiap. Dayang Han membuka daun pintu dengan perlahan betapa terkejutnya ia melihat sosok didepannya. Dia lah pangeran Dong Pangeran kedua kerajaan Moon yang merupakan kekasih Putri Jang. Dayang Han segera mempersilahkan Pangeran Joon untuk masuk ke dalam, dan kembali menutup pintu rapat rapat karena tak ingin orang lain melihatnya. Bisa jadi malapetaka jika sampai Pangeran Dong ketahuan oleh pengawal sedang berada dikamar Putri Jang calon selir Raja malam malam begini.
"Hormat saya Pangeran."
"Dayang Han bagaimana keadaannya? apakah dia sudah meminum obatnya?" tanya pangeran Dong Khawatir.
Pangeran Dong bergerak menuju sisi ranjang Putri Jang dan duduk disana sembari memeriksa keadaannya.
"Putri... Putri tidak mau makan minum bahkan bicara dengan siapapun selama tiga hari ini pangeran, putri selalu mengurung dirinya di kamar."
"Baiklah Dayang Han kembalilah ke kamarmu, malam ini aku akan menjaganya."
"Tapi pangeran."
"Jangan khawatir, aku akan pergi sebelum semua orang terbangun dari tidurnya. Kau hanya perlu kemari sebelum ayam mulai berkokok," ucap Pangeran Dong yang dibalas anggukan oleh Dayang Han.
Dayang Han pergi meninggalkan kamar Putri Jang menuju kamar miliknya, sementara Pangeran Dong menggantikan tugas Dayang Han.
"Jang... ku mohon bukalah matamu! ini aku Dong Hwa."
"Jang aku juga sama tersiksanya sepertimu, bangunlah Jang."
"Apapun yang terjadi aku akan slalu mencintaimu Jang," bisik Pangeran Dong.
Pangeran Dong mengambil pil di meja kecil samping tempat tidur Putri Jang memasukkan Pil itu ke dalam mulutnya lalu ia mendekatkan wajahnya ke depan wajah Putri Jang menangkup pipi tersebut dan mulai mencium bibir Putri Jang dengan lembut ia kemudian meneroboskan lidahnya memasuki rongga mulut sang putri yang terasa panas lalu mendorong pil yang tadi ia masukkan ke dalam mulutnya ke dalam mulut Putri Jang dan mendorongnya kembali dengan lidahnya hingga Pil bergulir masuk ke dalam rongga tenggorokan sang kekasih. Ia melepaskan pagutannya membuka sedikit mulut Putri Jang lalu memasukkan beberapa sendok air agar pil yang tadi ia masukkan bisa benar benar masuk ke dalam tubuh Putri Jang.
"Maafkan aku yang telah lancang Jang, aku hanya ingin kau sembuh," gumamnya.
Pangeran Dong menanggalkan gat dan jubahnya lalu naik keatas ranjang Putri Jang dan membaringkan tubunnya di sana, ia mendekap Putri Jang dengan erat seolah olah tak kan ada hari esok mengecup kening Putri Jang dalam lalu menutup mata.
Seperti janjinya Pangeran Dong telah kembali menuju istana sebelum semua orang terbangun. Sebelum Pangeran Dong pergi ia menyempatkan berdialog dengan Putri Jang seolah Putri Jang membalas ucapannya.
"Hai mengapa kau tidur begitu lama, tak tahu kah kau jika aku merindukan cerewetmu hemm." Pangeran Dong terkekeh ketika melihat wajah Putri Jang entah mengapa berubah menjadi cemberut seolah mendengar apa yang sedang ia ucapkan.
"Kau mendengarnya rupanya, baiklah aku harus pulang dulu, kau harus jaga diri baik baik. Jangan menyiksa diri dan terus menyalahkan dirimu sendiri Jang, karena aku tahu itu semua bukan salahmu dan bukan kemauanmu." Pangeran Dong menarik nafas perlahan mengusap lembut pipi Putri Jang kemudian melanjutkan ucapannya.
"Dong Hwa maafkan aku,"ucap Putri Jang lirih dalam mimpinya.
"Kau hanya perlu tahu aku mencintaimu sampai kapan pun aku mencintaimu meski takdir berkata lain, cinta ini tetap untukmu Jang tidak akan pernah berubah selamanya... jangan khawatir aku tak kan pernah marah ataupun menyalahkanmu untuk ini Jang." Pangeran Dong mengecup kening Putri Jang dalam lalu pergi meninggalkan kediaman Perdana Menteri Hwang.
Disusul kemudian Dayang Han yang datang sesuai intupsi Pangeran Dong kemarin malam.
"Pangeran," sapa Dayang Han ketika berpapasan dengan Pangeran Dong.
"Dayang Han kau sudah datang, masuklah aku akan pulang dulu," uap Pangeran Dong seraya berlari secepat kilat.
Dayang Han tersenyum usai memeriksa dahi Putri Jang rupanya kedatangan Pangeran Dong benar benar membuat sang putri menjadi lebih baik. Dayang Han memerintahkan seorang pelayan mengantarkan semangkuk bubur untuk Putri Jang karena Dayang Han yakin jika hari ini Putri Jang akan sadar dan bangun dari tidurnya.
Ucapan Pangeran Dong selalu terngiang ngiang ditelinga Putri Jang membuatnya membuka mata mencari keberadaannya.
"Dong Hwa," ucapnya lirih sebelum ia benar benar membuka matanya.
"Putri Jang, Putri sudah bangun? syukurlah," ucap Dayang Han bahagia.
Putri Jang menggosok gosok matanya kemudian menyandarkan tubuhnya yang lemah dikepala ranjang.
"Putri, apa putri menginginkan seauatu?"
"Aku haus bi, bisakah bibi mengambilkanku minum?"
"Tentu saja." Dayang Han berbalik badan lalu mengambil secangkir teh hijau hangat dan memberikannya kepada Putri Jang.
"Bibi berapa lama aku tertidur?"
"Tiga hari Putri, tapi syukurlah berkat kedatangan Pangeran Dong keadaan Putri jadi membaik dan Putri terbangun sekarang."
"Pangeran Dong? benarkah dia menemuiku bibi? jadi aku semalam sedang tidak bermimpi ya," ucap Putri Jang sembari terkekeh.
"Tidak Putri anda tidak sedang bermimpi itu memang benar Pangeran."
"Bibi siapkan aku air mandi, aku ingin mandi dan ingin segera bertamu ayah, aku sangat merindukannya," ucap Putri Jang antusias.
"Saya tidak menyangka Pangeran benar benar membuat anda berubah, semua ini berkat Pangeran Putri."
"Entahlah bi, rasanya hatiku sudah lega dan segala rasa bersalah dan ketakutanku hilang begitu saja."
Putri Jang telah cantik dengan hanbok berwarna tosca bersiap menemui sang ayah diruangannya ditemani oleh Dayang Han.
"Putri Jang telah tiba." Seru seorang Kasim.
Perdana Menteri Hwang yang terkejut pun segera bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pintu untuk memastikan jika itu benar putrinya.
"Jang." Perdana Menteri Hwang langsung memeluk Putri Jang.
"Ayah, aku merindukanmu," ucap Putri Jang yang berhambur memeluk sang ayah.
"Ayo kemarilah Jang, duduklah di sini." Ajak sang ayah menuntun sang putri duduk.
"Ayah, bolehkan aku mengajukan syarat sebelum aku menikah dengan Raja Joon?"
"Tentu saja, katakan nanti ayah akan menyampaikannya kepada Raja."
"Aku hanya ingin meminta waktu seminggu untuk menyembuhkan ibu dan jika aku berhasil menyembuhkannya maka aku meminta ibu dikeluarkan dari pengasingan" Perdana Menteri Hwang menatap wajah sang putri tidak percaya ternyata ucapannya waktu kecil masih ia pegang teguh hingga sekarang.
"Tapi Jang... Itu terlalu besar resikonya, jika kau gagal kau bisa tertular dan kau bisa dalam bahaya."
"Ayah meragukan kemampuanku? aku sudah mempelajari ini siang dan malam sepanjang hidupku ayah dan ini kesempatanku untuk membebaskan ibu ku mohon percayalah padaku ayah."
"Baiklah ayah akan menyampaikan persyaratanmu ini kepada Raja."
Berita pernikahan Putri Jang dan Raja Joon disambut hangat oleh para rakyat mereka sangat antusias menunggu acara pernikahan tersebut berlangsung. Mereka sangat mendukung Putri Jang menggantikan posisi Ratu Jung karena mereka percaya menikahnya Putri Jang dengan Raja Joon akan memberikan dampak yang baik bagi kerajaan.
Berita tersebut pun juga terdengar sampai ketelinga sang panglima perang yang merupakan kakak Putri Jang, Hyun Boo segera meminta ijin pulang ingin mencari tahu tentang kebenaran berita tersebut. Hyun yang saat itu bertugas menjaga wilayah perbatasan pun terpaksa harus pulang lebih cepat untuk mendengar langsung berita tersebut dari ayah dan juga adiknya pasalnya ia tahu pasti kisah hubungan adiknya dengan pangeran kedua itu sebabnya ia penasaran dan ingin segera pulang.
Hyun memasuki ruangan belajar sang adik dari belakang ia dapat melihat jelas sang adik tengah sibuk mencari sebuah buku dirak buku dengan posisi membelakanginya. Ia memeluk perut sang adik dari belakang yang membuat sang empunya terlonjat kaget.
"Kyaaaa." Putri Jang langsung menoleh kebelakang.
"Kak Hyun, kenapa kakak lama sekali perginya? apa kakak tidak merindukanku hemm?"
"Tentu saja tidak, kenapa harus aku merindukanmu, kau adik yang cerewet dan juga menyebalkan," Ucap Hyun yang membuat Putri Jang menggembungkan pipinya.
"Begitukah? ahh tega sekali kau kak," ucap Putri Jang merajuk.
Panglima Hyun terkikik melihat tingkah sang adik lalu mencubit gemas hidung mancung Putri Jang yang membuat sang adik kesal.
"Ku dengar kau akan menikah dengan Raja apakah berita itu benar?" Putri Jang mengangguk lesu menjawab pertanyaan sang kakak.
"Bagaimana bisa Jang? mengapa kau mau? bukankah kau tahu jika Raja hanya mencintai Ratu seorang lalu bagaimana denganmu nanti?"
"Ini keputusan dewan kerajaan kak dan ini demi menyelamatkan kerajaan, aku bisa apa jika keputusan ini mutlak? menolaknya pun hanya akan membahayakan nyawa kita semua."
"Kau benar Jang, maafkan kakak tidak bisa berbuat apa apa untukmu tapi kakak slalu ada untukmu jika kau membutuhkan orang untuk menghiburmu."
"Terimakasih kak itu sudah cukup untukku," ucap Putri Jang sembari tersenyum.
Mohon dukungannya Readers... jangan lupa komentarnya ya.... terimakasih sudah berkenan menyisihkan waktu membaca ceritaku....