Sebuah meeting penting melibatkan Daniel dan juga calon wali kota yang di gadang-gadang akan memberi suntikan dana pada perusahaan kecilnya, siapa lagi lagi kalau bukan Adrian? Di sebuah ruang meeting, mereka tampak bicara serius mengenai pengembangan perusahaan yang akan di lakukan beberapa minggu kedepan.
Bukannya ikut menyimak, Adrian justru hanya memperhatikan Daniel yang tengah bicara di depan mereka. Dia pun tersenyum bengis, tidak ada kepintaran sama sekali yang melekat pada diri Daniel. Sebagai pemimpin, Daniel sama sekali tidak terlihat pantas untuk jabatannya sekarang.
Setelah bertemu dengan Abian kemarin, Adrian mulai berpikir jika anaknya jelas jauh lebih baik dari pada anak budi. Direktur? Heh, bahkan Daniel lebih pantas menjadi petugas kebersihan dari pada menjabat.