Kapitel 78: Akhirnya...

"Nggak nyangka," kata Jodi setelah melepas tas punggungnya dan meletakkan tas tersebut di atas meja. Sementara itu, Pak Abdul duduk terpisah di meja sisi kiri dari keberadaan Jodi sendiri. "Ternyata si Bima itu adiknya Abang, ya."

Rezqi tersenyum mengangguk-angguk. "Yaah, begitulah. Adik sepupu."

"Hoo… pantes wajahnya nggak mirip."

"Emangnya, saudara kandung sekalipun kudu mirip gitu wajahnya, apa?"

"Yaa, kebanyakannya sih gitu."

"Enggak semuanya juga."

"Ouh iya, Bang," Jodi menelisik keadaan di sekeliling warung itu. "Anaknya Abang mana, kok gak kelihatan?"

"Anak?" sebelah alis pemuda itu terangkat tinggi.

"Iya, Bang," Jodi tersenyam-senyum. "Itu lhoo, yang malam itu kita ketemu di tukang jual maratabak itu."

"Ouh…!" Rezqi terkekeh pelan geleng-geleng kepala. Minuman keduanya selesai ia bikin, dan lantas membawa kedua gelas tersebut. "Itu mah bukan anak gue. Itu si Shinta, adik bungsunye si Bima."