Kapitel 140: Duapuluh Tujuh

Setiap kali mereka menendang, menyiksa dan mengolok-oloknya, anak lelaki di tanah akan menyumpahi mereka bajingan, sialan, pengecut, tidak tahu diri, iblis, kalian bukan pria pemberani, dia bukannya meminta ampun malah menatap orang-orang yang menghajarnya dengan tatapan tajam dan mulutnya tidak pernah berhenti mengumpat, kebencian di matanya terlihat begitu jelas.

Lian Hua mengingat betapa pengecutnya pemilik tubuh ini dulu, dia bahkan tidak berani melawan sedikitpun bahkan saat dirinya harus dikirim ke rumah pengasingan, dia bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membela diri.

Melihat pemandangan yang ada di depannya, mata lian hua berbinar senang, dia menemukan seseorang yang luar biasa, seseorang yang dalam keadaan disiksa dan dihina dengan kejam namun mampu bertahan tanpa meminta ampun dia bahkan terus berusaha melawan.