App herunterladen
15.38% My Unexpected Man / Chapter 2: Bab 1

Kapitel 2: Bab 1

Di depan gerbang sekolah Dayana tidak bisa masuk karena gerbang sudah di kunci. Dayana menengok ke pos satpam tidak ada satpam yang jaga, menoleh ke kanan dan kiri tidak ada seorang pun disana.

"Ada yang bisa saya bantu, Neng?" Dayana tersentak karena satpam tiba-tiba datang.

"Maaf Pak, saya murid baru, baru masuk hari ini, maaf saya terlambat"

"Mari, saya antar ke ruang Kepala Sekolah"

"Terimakasih Pak."

Di depan ruang kepala sekolah, ternyata masih ada meeting morning, Dayana menunggu di depan ruangan.

"Sedang apa kamu disini? Nggak denger bel masuk sudah berbunyi?" tegas seorang bapak-bapak berkumis tebal, perut buncit, postur tubuhnya tidak terlalu tinggi, BUDI SASONGKO nama yang tertera di name tag nya.

"Permisi Pak, saya murid baru, baru masuk hari ini. Saya mau bertemu kepala sekolah"

"Kamu datang terlambat?" tanya beliau sambil mengangkat penggaris kayu yang ada di tangan kanannya.

Iya Pak. Maaf. Tadi saya ketingga..."

"Baru masuk hari pertama sudah terlambat" potong guru tersebut tanpa mendengar jawaban dari Dayana.

"Ada apa ini?"

Dayana berbalik mencari arah suara. Seorang pria umurnya tidak beda jauh dari Pak Budi, berbadan tegap, dengan postur tubuh yang cukup tinggi, kumis tipis, rambut potongan cepak tersisir rapih. Keluar dari ruang kepala sekolah diikuti guru-guru yang lain.

"Ini ada siswa baru Pak. Mau bertemu dengan bapak" jelas Pak Budi.

"Oh iya.. silahkan masuk."

Dayana mengikuti Pak Kepala Sekolah masuk ke ruangan, sedangkan Pak Budi dan guru-guru yang lain pergi ke ruang kelas masing-masing untuk memulai jam pertama pelajaran.

Di ruangan kepala sekolah Dayana menjelaskan alasan mengapa dia pindah sekolah dan menyerahkan dokumen-dokumen pribadinya dari sekolahnya yang lama.

"Mari Nak, Bapak antar ke kelas"

"Baik, Pak" Dayana berjalan mengikuti Kepala Sekolah dari belakang.

Mereka berhenti di depan ruang kelas yang cukup gaduh, terlihat pelajaran pertama belum di mulai karena belum ada guru disana. XI IPS 2 tertulis tulisan di atas pintu. "Mungkin ini kelasku" batin Dayana.

"Pagi anak-anak" sapa Pak Kepala Sekolah.

"Pagi Paaak" suasana seketika menjadi hening.

"Kalian kedatangan teman baru dari kota Batam"

"Silahkan perkenalkan diri Nak"

"Perkenalkan namaku.."

"Kutilang Darat" celetuk anak laki-laki yang duduk sendiri di belakang. Semua anak tertawa, hingga suasana kelas menjadi gaduh.

"Ya Tuhan... Apalagi ini? Hari pertama aja udah kaya gini. Apa dia bilang, kutilang darat. Emang sih aku kurus, kerempeng. Ya Tuhan.. bisa bertahan kah aku di sekolah ini?" kesal Dayana dalam hati.

"Tenang anak-anak" suara Pak Kepala Sekolah seketika membuat kelas menjadi hening.

"Ayo lanjutkan Nak"

"Hemm hemm" karena gugup Dayana merapihkan roknya yang sebenarnya masih rapih.

"Perkenalkan nama saya Dayana. Dayana Mahaeswari. Saya pindahan dari kota Batam. Saya.."

"Permisi Pak, maaf minta waktunya sebentar" seorang pria memanggil pak kepala sekolah.

"Astaga.. Apa lagi ini...?" batin Dayana putus asa. Kepala sekolah segera keluar mengikuti pria tadi.

"Udah deh langsung duduk aja, kita nggak butuh basa-basi lho" celetuk anak laki-laki yang sama. Anak-anak yang lain menahan tawa. Dayana tidak memperdulikan anak tersebut, Dayana tetap berdiri di depan kelas, sambil memerhatikan anak-anak yang lain satu per satu.

"Dayana boleh duduk sekarang"

Dayana melihat ada dua kursi kosong, sebelah anak laki-laki tadi yang menyebut dirinya "kutilang darat", dan yang satu lagi di sebelah anak perempuan yang terlihat tersenyum tulus kepadanya. Automatis Dayana memilih duduk di sebelah anak perempuan.

"Hai... sini duduk" ramah anak perempuan yang akan menjadi teman sebangku Dayana.

Dayana hanya membalas dengan senyuman, sembari duduk di sebelahnya.

Pak Kepala Sekolah menyampaikan pengumuman...

"Anak-anak Pak Bahrun sedang ada urusan, jadi kalian belajar Ilmu Sejarah sendiri yah"

"Baik Paaak" mereka menjawab serempak.

"Bapak pergi dulu. Kalian belajar di modul sejarah kalian masing-masing. Jangan ribut, nanti mengganggu kelas lain yah" pamit Pak Kepala Sekolah sebelum meninggalkan kelas.

"Yeay..." anak-anak bersorak serempak setelah pak kepala sekolah meninggalkan kelas.

Begitu juga teman sebangku Dayana, teman yang duduk di depannya, begitu pula yang duduk di belakangnya. Tapi ada yang menarik perhatian Dayana, satu anak perempuan yang cuek sama keadaan kelas, dia nggak peduli sama jam pelajaran kosong. Dia malah fokus melihat ke arah jendela.

"Hai kenalin nama gue Feriska. Feriska Elma. Panggil aja gue Riska" sapa teman sebangku Dayana.

"Dayana Mahaeswari" jawabnya sambil meraih jabatan tangan Feriska.

"Iya udah tau. Tadi kan loe udah ngenalin di depan"

Dayana hanya tersenyum.

"Oh ya ini kenalin Dian. Diana Tama. Yang suka bayarin kita jajan di kantin. Tapi kita nggak maksa kok, dia yang rela dengan sendirinya, kadang-kadang aja kita maksa, kalo uang jajan lagi di potong sama bokap nyokap. Tapi dia bukan anaknya Pak Wishnutama yah"

Dayana tersenyum mendengar pernyataan Riska.

"Bisa aja loe Ris. Hai gue Dian" sapa Dian yang tempat duduknya tepat di belakang Riska.

"Halo Dayana..." sapanya sambil tersenyum.

"Kalo yang ini namanya Veronica. Panggil aja Pero. Karna dia orang Sunda, nggak bisa ngomong ef atau ve. Dia selalu ngintilin Dian kemana-mana udah kaya anak kembar. Kemana-mana bareng, dimana ada Dian pasti disitu ada si Pero. Kesukaan mereka juga sama. Sama-sama suka nonton drakor. Ya nggak Per?" tunjuk Riska ke anak yang duduk di sebelah Dian.

"Apaan sih loe Ris?" sambil nonjok lengan Riska pelan. "Gue Pero" sapa Veronica singkat.

"Dayana...."

"Kalo yang ini cowok paling cantik di kelas kita. Namanya Patton alias plankton hahaha" Riska terbahak diikuti Dian dan Veronica.

"Sukanya pada gitu deh, panggil gue plankton. Nama gue Patton. Patton Matthew. Loe jangan ikut-ikutan dia, Oke? Kalo sekali-kali sih no problem, tapi jangan keterusan." jelas anak laki- laki yang duduk di depan Dayana dengan gemulai.

"I-iyaa" jawab Dayana ragu.

"Yang di samping Patton namanya Alisha. Al ada anak baru nih, mau kenalan" lanjut Riska lagi.

Anak itu memutar badannya ke belakang, dia yang menarik perhatian Dayana dari tadi. Dia seakan nggak peduli dengan suasana kelas. Dia sibuk dengan dunianya sendiri.

"Ya ampun.. Cantik banget. Mata Belo, bulu mata lentik, hidung mancung, bibirnya mungil, sedikit tebal tapi sexy, dihiasi lipbalm tipis berwarna pink. Tubuhnya ideal, tinggi, berambut lurus dan panjang. Pasti dia banyak disukai cowok di sekolah ini deh" batin Dayana merasa terpesona.

"Halo... Aku Alisha" sapanya sambil mengulurkan tangan.

Dayana membalas tangan Alisha. "Ya Ampun... halus banget tangannya." batin Dayana lagi.

"Halo... Aku Dayana" jawab Dayana ramah.

Alisha berbalik duduk menghadap ke depan lagi, sesekali dia melihat ke arah jendela.

Melihat itu Dayana jadi sedikit canggung.

"Udah nggak usah terpesona sama Alisha, dia emang udah cantik dari lahir. Dia blasteran Indo-Paris" jelas Riska.

"Ohh.. pantesan" batin Dayana manggut-manggut mengiyakan pernyataan Riska tadi.

Alisha yang di bicarakan tidak merasa risih, dia tetap diam tidak merespon sama sekali.

"Banyak anak-anak sini yang suka sama dia, tapi dia nggak pernah merespon, ada yang sampai nyerah saking cueknya si Alisha. Ada cowok yang dia suka, tapi malah cowoknya nggak merespon sama sekali."

"Siapa? Anak sekolah sini juga?" tanya Dayana penasaran.

Alisha tetap diam tidak merespon, meskipun tau sedang dibicarakan sama temannya.

"Iya. Namanya Anderu. Anderu Wibisana. Kakak kelas kita, kelas XII IPA 1. Ganteng anaknya, sebenernya cocok sama Alisha tapi mereka sama- sama pendiem. Kak Anderu cool banget kaya es, jarang ngobrol kecuali sama temen-temen deketnya, senyum juga jarang. Dia sampai di juluki "Pangeran Es" sama anak-anak" jelas Riska panjang lebar.

Alisha masih sama nggak merespon sama sekali. Sedangkan Dian dan Veronica nonton drakor di laptop, kalau Patton main game di handphone nya.

"Satu lagi. Loe jangan kaget yah, kalo Alisha diem, cuek, nggak banyak ngomong, kadang apatis. Tapi dia sebenernya baik anaknya. Dia emang gitu, nanti loe bakal terbiasa, kita berempat juga awalnya gitu, tapi lama-lama enggak. Dia kalo udah ngomong dia bisa ngomong terus, cerita ini itu, tapi cuma sama orang yang udah nyaman menurut dia, kaya kita berempat" jelas Riska lagi.

"Misterius" batin Dayana.

"Makasih ya Ris, kamu sudah mau bercerita banyak, padahal kita baru ketemu"

"Santai aja Day, nggak usah sungkan, gue malah seneng kok jadi bisa tambah temen, selain mereka berempat"

"Sekarang giliran loe cerita, kenapa loe bisa pindah sekolah disini"

"Aku pindah sekolah karena ayah aku dipindah tugas ke kota ini, kakakku juga kuliah disini jadi ya udah deh pindah semua satu rumah" jelas Dayana.

"Loe anak bontot?"

"Iya, cuma dua bersaudara sama kakakku"

"Bokap loe kerja apa Day?" sahut Patton tak lepas dari game di tangannya.

"Kebetulan ayahku jaksa"

"Kakak loe cowok apa cewek" celetuk Dian.

"Cowok"

"Kuliah dimana?" tanya Dian lagi.

"Di salah satu PTN di kota ini"

"Ganteng nggak?" sambung Veronica.

Alisha tiba-tiba merubah posisi duduknya, mendengarkan percakapan mereka berlima.

"Yah gitu deh" cengir Dayana.

"Nanti kenalin sama gue yah?" pinta Veronica.

"Huuuu... Maunya..." teriak Riska dan Dian sambil tangannya memoles kepala Vero. Mereka berempat tertawa, tak lupa juga Alisha, Alisha tersenyum mendengar cerita mereka berempat. Dayana akhirnya melihat Alisha tersenyum. Kecuali Patton dia masih fokus dengan game di handponenya.

Dari kejauhan ternyata ada yang memperhatikan mereka berenam.

"Eh tadi pagi waktu aku mau ketemu Kepala Sekolah, aku ketemu guru galak banget. Pak Budi Sasongko kalo nggak salah namanya" cerita Dayana.

"Wkwkwkwkwkwkwk" mereka berempat terbahak, Alisha tetap dengan senyumannya.

"Kalian kok malah ketawa sih, emang beliau guru mata pelajaran apa?

"Beliau guru BK, super killer, tapi kocak haha" jelas Riska. "Beliau tuh killer, tapi waktu pelajaran sering di kerjain sama anak-anak"

"Emang loe di marahin gimana sama Pak Busa?" tanya Dian.

"Kenapa dipanggil busa?" Dayana penasaran.

"Emang itu namanya. BuSa ~Budi Sasongko~" jelas Patton dengan gemulainya.

Mereka tertawa terbahak-bahak. Akhirnya Alisha ikut tertawa.

Tanpa mereka sadari ternyata guru BK yang mereka bicarakan lewat di depan kelas.

"Kelas XI IPS 2 sedang pelajaran apa?" tegas Pak Budi.

Tiba-tiba suasana kelas menjadi hening.

"Pelajaran Sejarah Pak, tapi Pak Bahrun sedang ada acara jadi kita di suruh belajar sendiri" jelas salah satu anak di bangku depan.

"Bapak lihat, kalian nggak belajar, malah ribut sendiri-sendiri. Buka modul kalian masing-masing! Jangan ribut! Mengganggu pelajaran kelas yang lain. Paham?"

"Paham Paaak"

Pak Budi kemudian pergi meninggalkan kelas.

Merasa Pak Budi sudah menjauh mereka tertawa kembali.

"Wkwkwkwkwkwkwkkkwkwk"

"Gila jantung gue mau copot" celetuk Patton.

"Kira-kira beliau denger nggak ya?" Dayana mulai cemas.

"Enggak bakal, kalaupun denger besok juga pasti udah lupa" tambah Riska, masih belum berhenti ketawa.

Tiba-tiba ada yang mendekat ke meja Dayana.

"Kalian langsung akrab aja sama anak baru ini?"

Dayana menengok siapa yang gabung bersama mereka. Dayana langsung memasang wajah cemberut.

"Emang kenapa? Loe mau ikut juga?" sahut Vero.

"Monmaap kuota kita udah limited" sambung Patton.

"Apa loe mau ngatain Dayana ~kutilang darat~ lagi?" ejek Riska.

"Enggak dong. Kenapa si kut.., maksud gue si Dayana diem aja nih? Lagi sariawan yah?"

"Ngapain sih loe kesini, nggak usah deket-deket deh, ntar malah suka lagi sama Dayana." usir Dian.

"Pasti" jawabnya lalu pergi.

"Isssshhh" sahut mereka kompak.

"Udah Day, nggak usah diurusin tuh anak. Jonathan emang gitu anaknya, suka receh, sering caper kalo ada anak baru. Tapi aslinya dia baik kok. Santai aja."

Dayana cuma tersenyum, manggut-manggut mengiyakan.

🌿🌿

💌 Bang Satria

'Abang udah di depan Day.'

Bunyi notifikasi pesan handphone Dayana, ternyata pesan dari kakaknya.

💌 'Iya Bang. Bentar ini lagi di toilet. Bentar lagi Day keluar. Tunggu yah!🥰'

Dayana mengetik balasan pesan langsung buru-buru keluar toilet.

"Day... Day... Dayana..."

Dayana menengok ke kanan kiri mencari sumber suara. Ternyata Riska dkk.

"Loe langsung pulang Day?" tanya Riska.

"Iya nih, aku udah di tungguin kakakku di depan."

"Yah padahal kita mau ngajakin loe jalan-jalan ke mall"

"Maaf yah nggak bisa hari ini. Next time aja yah?"

"Loe di jemput kakak loe Day? Kenalin ke kita dong?" pinta Vero. Veronica sudah mau jalan ke depan.

"Pero mau ngapain? Nggak usah!" cegah Dian, sambil menyimit kerah baju seragam Vero, seperti menyimit kucing.

"Sampai ketemu besok Day. Bye!" pamit Riska.

"Kita duluan sist!!" Patton dengan gemulainya.

"Bye. Dayana" Akhirnya Dayana bisa mendengar suara Alisha.

"Bye. Alisha"

Mereka berlima berjalan ke parkiran, Dayana langsung ke gerbang depan menuju mobil sang kakak.

"Abang udah lama?" tanya Dayana duduk di samping kakaknya.

"Lumayan. Mau kemana dulu kita nih?"

"Langsung pulang aja deh Bang. Day capek, pengen istirahat."

"Ok. Let's Go"


AUTORENGEDANKEN
Rumai Rumai

Like? Add your library!!

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C2
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen