Kapitel 166: Bangsawan palsu

Semua orang berharap terlahir sebagai sendok emas bukan? Hidup bergelimang harta tanpa takut kekurangan. Walau kau tak terlahir sebagai orang kaya, tapi kau bisa memoles diri sampai orang tak sadar kamu bukan bangsawan.

Tetesan air turun dari rambutku membasahi lapangan tepat setelah aku selesai berlari. Kakiku terasa berat dan keras mungkin berubah menjadi berotot saking lamanya aku berlari. Pak Yoga kejam, membiarkan kami lari keliling lapangan yang luasnya menyamai stadion Gelora Bung Karno. Tidak, itu hanya hiperbola, tapi serius kakimu akan pegal meski hanya lari satu putaran.

Rasanya lega saat pantat ini menyentuh rerumputan yang empuk. Tidur disini pun tak akan terasa sakit justru nyaman. Aku menyandarkan punggung pada pohon di belakang sambil meluruskan kaki yang terasa sakit, seperti ada semut yang menggigit kakiku.