App herunterladen
4.53% Menikahi Mertua Mantan Suami / Chapter 20: Merah Seperti Di Tampar

Kapitel 20: Merah Seperti Di Tampar

Tidak ada yang berubah dari Nindy. Dia tetap seperti dulu, ramah, apa adanya dan ceria. Seakan-akan dia tidak pernah menderita dan di penjara.

Padahal nyonya Elsa Surya mendengar perusahan "NK" milik tuan Roy Herwawan Kurniawan sudah guling tikar, dan meninggalkan banyak hutang, aset keluarga itu juga sudah banyak di jual, bahkan anak tunggalnya di penjara dan istrinya, nyonya Clarita Adelia tidak diketahui tinggal dimana. Masalah keluarga Roy Hermawan Kurniawan tidak diketahui orang banyak. nyonya Elsa Surya mengetahui kondisi nyonya Clarita Adelia Hernawan tersebut dari Rohani, pelayan di rumah itu. Sebagai orang yang pernah dekat dengan keluarga itu nyonya Elsa Surya berusaha mencari tahu tentang mereka. Hanya saja nyonya Elsa Surya tidak menemukan nyonya Clarita Adelia, bahkan dia tidak tahu, Nindy di penjara dimana.

Nyonya Elsa Surya membeli makanan di restoran, mereka makan di butik itu sambil bercerita.

"Nindy...maaf...mengapa kamu bisa di penjara, kesalahanmu apa?" Nyonya Elsa Surya tidak tahan untuk bertanya.

Nindy membersihkan bibitnya dengan tisu, sebelum menjawab.

"Begini...setelah perusahaan NK bangkrut, dan rumah dan villa serta tanah kami di jadikdn jaminan bank, kami pindah ke kota kecil, mencari tempat bersembunyi dari orang-orang yang mengejar hutang. Sejak kematian papa, ibu jadi stress dan jatuh sakit. Aku hanya punya uang sedikit, kami hidup sederhana di sana, lalu terjadilah peristiwa itu...aku tertangkap karena kepemilikan narkoba. Saat kejadian aku tidak mengerti kenapa di mobilku itu menyimpan narkoba. Sekalipun aku tidak mengerti, bahkan aku juga tidak memakai barang haram itu, bukti menunjukkan kalau aku bersalah, begitulah...aku pindah rumah ke 'rumah besar' penjara!" Nindy. bercerita dengan tersenyum, deritanya sudah lewat. Sementara nyonya Elsa Surya dan Inggrid mendengarkan dengan terharu.

"Lalu bagaimana dengan ibumu?' tanya nyonya Elsa Surya dengan wajah perhatian. Dia tikus dengan perasaannya.

"Oh dia sehat...hanya sekarang sedikit pelupa!" Nindy tersenyum. Dia tidak menceritakan bagian drama menyedihkan bagi dirinya. Itu sejarah hidupnya sendiri.

"Syukurlah...aku senang ibumu dan kamu kembali sehat!" kata Nyonya Esther dengan wajah lega.

**

Nindy mematut-kan dirinya di cermin dengan wajah kagum. Dia jadi sangat berbeda dengan gaun dari perancang terkenal.. Nyonya Elsa Surya memang bertangan dingin. Busana hasil rancangannya selalu bagus, dan pantas untuk di pemakai.

"Terus terang...sampai sekarang aku tidak percaya, bayangan badak di cermin itu sudah menghilang, sekarang yang terlihat hanya gadis di cermin itu aku. Dia cantik sekali!" Nindy menghina dan memuji dirinya sendiri.

Nyonya Elsa Surya dan Inggrid tertawa geli. Nindy masih bisa melucu seperti dulu.

"Rupanya Nindy tidak jatuh miskin!"_ bisik nyonya Elsa Surya dalam hati.

Orang kaya selalu punya harta cadangan! Mereka pasti sudah membuat investasi yang aman di luar negeri. Nyonya Elsa Surya tersenyum bahagia, Nindy tidak menderita karenanya.

Dulu, nyonya Elsa Surya membuatkan gaun pengantin untuk Nindy ketika menikah dengan Frans Winata, tetapi kemudian dia sering melihat Frans menemani Evie Melody di butik seberangnya. Rupanya Frans menikah lagi dengan Nindy, teman kuliahnya dulu, dia menceraikan Nindy yang di penjara.

Meski Nindy terlihat ceria, pastilah dia menderita. Nyonya Elsa Surya melihat cahaya penuh luka dari mata Nindy yang bening.

"Nyonya...bisakah anda membantu, saya ingin menata sedikit gaya rambut saya!" kata Nindy membuyarkan lamunan nyonya Elsa Surya.

"Hahaha... jangan khawatir, saya akan menelpon seseorang membantumu!" nyonya Elsa Surya meraih telponnya. Lima menit kemudian, seorang wanita cantik masuk butik.

"Bantu nona ini menata rambutnya!" kata nyonya Elsa Surya kepada wanita yang bernama Monic.

"Aku ingin menyesuaikan dengan busana ini!" kata Nindy.

"Ok... dengan senang hati!" Monic mengangguk.

Monic menata rambut Nindy dengan tatanan yang simpel. Wajah Nindy juga sudah diberi make up minimalis.

Pada dasarnya, Nindy memang cantik, Monic tidak perlu memberi banyak sentuhan, tidak sulit baginya menata orang cantik. Sedikit sentuhan saja sudah berubah, hasilnya tentu saja, luar biasa cantik. Nindy menjelma menjadi eksekutif wanita yang anggun dan mempesona. Nindy puas dengan hasilnya. Dia jauh berubah dari Nindy yang dulu. Berubah 360 derajat.

Saatnya memberikan tamparan ke butik di seberang! Nindy masih jengkel dengan nyonya dengan pelayannya.

"Inggrid...bisakah kamu memberikan kunci mobilku dengan petugas di lobby, suruh mereka memarkirnya di depan!"

"Oh tentu!" Inggrid tersenyum.

"Nyonya Elsa...saya pamit... saya akan lebih sering menemui anda nantinya . nona Monic, tanganmu memang dingin...aku jadi terlihat sempurna dengan riasan-mu!" Nindy pamit.

Inggrid membawakan belanjaan Nindy ke mobil. Gadis itu terkejut melihat mobil sport merah di depan lobby mal.

"Nyonya Nindy ternyata memang kaya!"_ pujinya dalam hati.

Nindy tidak langsung ke mobil, dia mampir dulu ke butik nyonya Esther.

Nyonya Esther terlihat sibuk dengan karyawati-nya itu menyusun aksesoris di lemari kaca.

"Selamat siang...selamat datang di butik Esther!" Karyawati itu menyambut penuh semangat wanita cantik dan anggun yang masuk ke butik itu.

Sikap dia 100 persen jauh berbeda ketika menyambut Nindy pertama kali.

Nindy berjalan pelan dengan dagu terangkat. Di tangannya denang dua tas khas butik Elsa Surya terangkat, menunjukkan sikap angkuh. Karyawati itu terkejut nyonya di depannya mengenakan gaun rancangan butik sebelah dan tas belanjaannya berlogo butik dari sebelah.

"Hmm...hanya ini koleksinya!" Nindy berkata dengan wajah mencibir.

Nyonya Esther yang duduk di kursinya berdiri. Dia tidak suka dengan gaya nyonya kaya di depannya. Tetapi dia tidak bisa berbicara kasat terhadap tamu butik yang kaya.

Nyonya Esther tersenyum terpaksa.

"Maaf... kami belum memajang semua koleksi kami!" kata nyonya Esther berusaha menjelaskan sekalipun hatinya panas. Dia selalu ingin merebut pelanggan butik nyonya Elsa Surya.

"Seandainya di sini tidak membayar registrasi sepuluh juta, mungkin tadi saya memborong di sini!" sindir Nindy.

Nyonya Esther terkejut. Dia bicara masalah registrasi 10 juta dengan satu orang saja.

"Wanita ini.... jangan-jangan dia...oh...!" wajah Nyonya Esther Melody berubah merah seperti di tampar. Dia menyesal dan malu sekali. Wanita yang dia usir tadi ternyata sosialita kaya.

Wajah Karyawati nyonya Esther Melody berubah pucat. Dia telah membuang uang ratusan juta rupiah.Dia tahu persis berapa harga busana, tas, sepatu dan aksesoris di butik sebelah itu, semuanya tidak ada yang murah. Tas itu saja, harganya 50 juta rupiah, sepatu itu harganya 25 juta rupiah, belum busana casual itu, meskipun sederhana, tetapi gaun itu di bandrol 75 rupiah. Dan yang lainnya...yang lainnya. Karyawati itu jadi pusing.

Karyawati itu keluar butik mengikuti langkah Nindy, mengamati dat jauh, menjadi mata-mata sesuai kode perintah nyonya-nya. Seperti biasa.

Astaga! Wanita itu menepuk jidatnya dengan keras. Sakit!

Dia melihat Inggrid bolak balik mengangkut belanjaan pelanggan butik itu ke mobi mewah!. Ya Tuhan! Wanita itu masuk mobil....dan mobilnya....mobilnya mewah sekali! 3 kali lebih mahal dari mobil nyonya Esther Melody.

Wanita itu konglomerat!


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C20
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen