App herunterladen
10.86% Tunanganku Arwah Jugun Ianfu / Chapter 34: Pindah Kantor

Kapitel 34: Pindah Kantor

Pagi berikutnya,

Tama bersiap untuk beres-beres dari kantor lamanya. Dia sudah di terima di perusahaan yang lebih bonafid. Semenjak dia memenangkan penghargaan sebagai arsitek terbaik, namanya melejit dan di elu-elukan di seluruh penjuru kota. Dia menjadi rebutan, Tama pun menempatkan pilihannya kepada PT. Kentaro tbk yang berada di bawah naungan Ken Group, yang Pemiliknya adalah salah satu orang terkaya di negeri ini. Dia berjanji akan memberikan performa terbaik di perusahaan barunya tersebut.

Ketika dia akan beres-beres, secara tidak sengaja dia melihat berita yang disiarkan di televisi. dia menghentikan aktifitasnya sejenak. Dilihatnya lamat-lamat headline berita yang terpampang di televisi.

Lima puluh siswa pelajar dari Jepang meninggal setelah meminum ramuan misterius.

Tama mengucek-ucek matanya dan melihat headline berita itu lagi. Memang dia tidak salah membaca. Dia menjadi teringat dengan dendam kesumat yang dulu pernah di lakukan oleh Raflina, dengan cara yang sama persis yang terjadi dengan berita itu. Tama menggeleng-gelengkan kepala. menepis pikiran buruk yang menderanya. Tidak, mungkin ini hanya kebetulan saja. Tidak mungkin 'kan Raflina masih hidup dan melakukan semua ini.

Tama tersenyum getir. Dia kembali teringat dengan Raflina yang sangat dia cintai dan penyesalan yang masih membayanginya. Seandainya waktu bisa berputar dia sangat ingin memperbaiki semuanya.

Pria itu segera membereskan barang-barangnya di kantor yang lama.Setelah itu dia harus menghadiri pesta makan-makan yang diadakan oleh dirinya sendiri bersama, acara perpisahan sekaligus rasa syukur karena Tama mendapatkan jabatan yang cukup baik di kantor barunya itu.

*

Sebuah hotel itu tampak heboh berbagai awak media yang datang. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk meliput kejadian meninggalnya 50 pelajar yang berasal dari jepang secara misterius. Para korban yang rencananya akan melaksanakan study wisata di kota itu malah meninggal dengan cara yang mengenaskan.

Awalnya para siswa itu pergi ke sebuah pasar tradisional. Lantas, seorang yang berpenampilan misterius menawarkan minuman kepada mereka. Seorang wanita dengan jubah hitam dengan memakai masker. Dengan segala tipu daya dari orang tersebut, akhirnya para siswa pun tergiur untuk meminumnya, terlebih menurut mereka minuman itu sangat enak dan menyegarkan. Namun siapa sangka, jika itu adalah racun yang sangat mematikan.

Seluruh aparat keamanan sedang memburu penjual minuman tersebut. Namun, sangat sulit terdeteksi karena penjual minuman itu menghilang tanpa jejak dan jarang ada saksi mata yang melihat keberadaannya sebenernya.

Sementara di suatu rumah tua, terlihat seorang wanita yang melepas tudung jubahnya dan maskernya, sementara tampak wanita lain yang sedang menyambutnya di ruang tamu sambil menonton televisi.

"Bagus, kamu sudah berhasil membunuh mereka tanpa meninggalkan jejak sedikit pun." Terlihat seringai yang mengerikan dibalik wajahnya yang dingin. Terlihat wanita yang menggunakan jubah itu duduk di seberang wanita tadi dengan tatapan yang khawatir.

"Tapi, aku takut kalau sampai ketahuan."

Sang wanita dengan sorot mata yang tajam melirik ke arah wanita berjubah itu.

"Kamu dengar baik-baik. Apa yang kita lakukan ini bukan hal jahat. Melainkan kita telah melakukan suatu kebajikan. Kita telah membantu meringankan beban yang mendera para leluhur terdahulu yang telah diperbudak oleh ras penjajah itu." Cetus wanita itu seolah merasa bahwa apa yang dikatakan itu adalah hal yang benar. Terlihat wanita yang menggunakan jubah itu seperti terintimidasi dan hanya mengangguk saja.

Sang wanita berwajah gahar itu berdiri. dia melangkah mendekati jendela rumahnya. Sambil tersenyum sinis dia berkata, "Kita masih punya musuh lain yang harus ditumpaskan. Mereka adalah keluarga kaya raya. Namun, untuk kali ini biar aku saja yang bekerja. kamu tetap berjaga di markas kita sembari siapkan amunisi.

Si wanita yang menggunakan jubah itu hanya mengangguk saja. Dia tidak ubahnya hewan peliharaan yang nurut apa kata majikannya. Entah sampai kapan dia harus menuruti hawa nafsu sesat dengan membunuh suatu ras yang tidak tahu apa-apa mengenai para pendahulunya tersebut?

*

Tama sudah mulai menempati ruang kerjanya yang baru di perusahaannya yang baru. Dia tidak berhenti berdecak kagum dengan indahnya ruangan yang akan dia tempatinya itu.

Tama berjalan dan melihat Name tag yang terpampang namanya sebagai seorang manajer. Dia tersenyum. sungguh karirnya sekarang melejit dengan cepat. Harus bagaimana lagi selain rasa syukur yang dia ucapkan.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya, Pria gagah itu berteriak lantang, "Masuk."

Kemudian, munculah seseorang yang ternyata adalah sekretaris pribadinya sendiri yang lantas beringsut mendekatinya.

"Permisi Pak Tama, Pemilik dari perusahaan ini sudah berada di ruangannya. Beliau mau bertemu dengan Bapak." Jelasnya yang membuat Tama mengernyit dahi. Pasalnya sekretarisnya ini tidak menyebut nama dari pemilik perusahaan tersebut.

"Kamu itu bagaimana masak tidak menyebutkan nama pemilik perusahaan ini? itu tidak sopan namanya." Tukas Tama yang berusaha mengoreksi bawahannya itu.

"Maaf Pak, pemilik yang meminta saya untuk menyampaikan seperti itu." sahutnya yang membuat Tama terheran-heran.

"kalau begitu saya permisi dulu ya Pak." ujar si sekretaris sambil keluar dari ruangan itu. Tama terduduk sejenak di kursi empuknya sambil tertegun. Dia sangat tahu kalau pemilik dari perusahaan ini adalah pria bernama Kendi Wijaya, yang merupakan seorang keturunan jepang. Apa mungkin beliau yang yang memintanya untuk bertemu. Tapi kenapa sekretarisnya itu tidak berkata kalau sang pemilik tidak mau di sebutkan namanya padahal dia sudah tahu kalau pemiliknya adalah beliau.

Di tengah kebingungan yang mendera, dia pun melangkah keluar dari ruangan itu dan pergi menuju ruangan pemilik perusahaan. Dengan langkah yang mantap meski jantung berdebar-debar.

Sesampainya di depan ruangan itu, Tama memastikan penampilannya. Tentu dia ingin mendapatkan kesan yang baik di hari pertama bekerja terlebih di depan pemiliknya langsung. Dengan senyum percaya diri, dia mengetuk pintu yang sengaja sudah di buka sebagian tersebut. Langsung terdengar suara sahutan dari dalam.

Pria itu masuk dan mendapat seseorang yang sedang duduk membelakanginya. Dari nada bicaranya terdengar familiar di telinganya, tapi dia lupa pastinya.

Seseorang itu memutar kursinya sehingga Tama bisa melihat dengan jelas dengan siapa dia berhadapan.

"Lia." seru Tama tertahan.

Wanita itu tersenyum melihat ekspresi wajah Tama. Sesungguhnya dia sangat suka memberikan kejutan bagi orang lain, terutama kepada seorang Pria yang tengah berdiri di hadapannya ini.

Tama masih terpaku. Tidak menyangka kalau akan bertemu dengannya kembali dengan kondisinya yang berbeda. Nyatanya Lia Adriani adalah pewaris tunggal yang akan memegang seluruh kekayaan dari orang tuanya yang sudah waktunya untuk pensiun tersebut. Dan gadis itu yang dia temui semalam adalah Lia yang sama. Sungguh momen yang sangat mengejutkan.

Lia berdiri. Dengan langkah yang gemulai dia mendekati sosok tegap Tama. Entah kenapa seolah ada sesuatu yang menggetarkan jiwanya kalau bertemu dengan pria ini. Pria berwajah oriental yang sangat tampan.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C34
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen