****
Tara mengembalikan ponsel pada Kiya, "makasih, Ya."
tanpa membalas kalimat itu, Kiya membuka pintu penumpang dan masuk begitu saja. Mencoba tidak menoleh saat taksi mulai melaju. Namun, sudut matanya menangkap jelas jika lelaki itu masih berdiri di sana. Hatinya seperti menghitung mundur. Apakah dirinya akan menoleh atau tetap keras kepala menuruti logika sialan?
Saat taksi mencapai gerbang, Kiya tidak bisa menahan diri untuk tidak menoleh.
Dan laki-laki itu masih tetap berdiri di tempatnya.
****
Pukul satu dini hari ketika dia tiba di hendak pulag karena selesai mengurus urusan pekerjaan kantornya. Karena malam sudah larut, Tara ingin pulang ke apartement. Menyetir mobilnya sendiri. Jaraknya tidak terlalu jauh. Sambil dia menikmati suasana malam yang tenang dan lengang.
Semuanya terluka, tidak ada yang antagonis di sini. Tapi geregetan juga sama Kiya yang masih nggak konsisten. Etapi aku juga yakin kalau di sini ada yang merasakan di posisi Kiya hehehe
Kalau suka cerita ini, tolong bantu author dengan mengirim powerstone yaaaa